Dari Sejarah Alkitab Indonesia
Di banyak negeri hanya ada satu bahasa saja, setidak-tidaknya satu bahasa resmi yang dapat dipergunakan dan sungguh dipergunakan semua penduduk negeri itu. Tidak demikian halnya di Indonesia. Memang sekarang ada satu bahasa resmi dan umum, bahasa Indonesia, tetapi di samping bahasa itu masih ada banyak, ratusan bahasa lain, yang amat berlainan dari bahasa Indonesia maupun satu sama lain; banyaklah pula penduduk yang tidak mahir dalam bahasa Indonesia, melainkan hanya dalam bahasanya sendiri. Di antara banyak bahasa itu memang ada yang agak sederhana, dipergunakan hanya oleh golongan, kelompok kecil saja dan karenanya bahasa-bahasa itu kiranya lama kelamaan akan hilang atau menjadi "logat" setempat. Tetapi bahasa-bahasa lain, seperti bahasa Jawa, Sunda dan lain-lainnya sungguh bahasa yang sangat maju, bahasa sastera dan bahasa kebudayaan. Tak mungkinlah bahasa itu akan lenyap. Umum diketahui, bahwa bahasa Indonesia moderen berasal dari bahasa Melayu yang sudah berabad-abad lamanya merupakan bahasa antar-nusa di Indonesia maupun di luar Indonesia.
Bagaimana kedudukan Kitab Suci bertalian dengan bahasa-bahasa yang dipakai di Indonesia? Tersedialah terjemahan Kitab Suci? Dibandingkan dengan pelbagai negeri lain Indonesia boleh berbangga. Kitab Suci sungguh tersedia baginya dalam bahasa-bahasanya sendiri. Dan itupun berkat jerih-payah raksasa dari pihak gereja-gereja Kristen di Indonesia, pada hal Gereja Katolik amat terbelakang.
Baiklah kiranya kami serba singkat menyajikan di sini sejarah terjemahan-terjemahan Kitab Suci dalam bahasa Indonesia, dahulu dalam bahasa Melayu/Indonesia, lalu dalam bahasa-bahasa daerah. Boleh dicatat di sini, bahwa menurut-hukum Gereja Katolik (C.J.C.c.1400) semua orang yang sedikit banyak mempelajari Kitab Suci boleh menggunakan setiap terjemahan baik, juga dari pihak bukan Katolik, asal tidak dibarengi dengan keterangan-keterangan yang tidak tepat. Nah, Lembaga Alkitab Indonesia (dan Lembaga-lembaga Alkitab protestan lainnya) menerbitkan hanya teks saja tanpa pendahuluan atau keterangan sedikit pun. Maka itu semua orang yang mengikuti kursus ini boleh menggunakan terjemahan-terjemahan Lembaga Alkitab juga.
Bahasa Melayu/Indonesia
Baru saja orang Belanda sampai di Indonesia, Kitab Suci mulai diterjemahkan dalam bahasa Melayu, bahasa kebudayaan di masa itu. Dalam tahun 1612 diterbitkan Injil Mateus dan tahun 1638 Injil Markus, dalam bahasa Melayu pakai tulisan Arab. Terjemahan itu dikerjakan oleh seorang pegawai Kompeni Belanda yakni Cornelis Ruyll. Dalam tahun 1646, diterbitkan Injil Lukas dan Injil Yohanes oleh pegawai Kompeni lain, yakni |J. van Hazel. Jadi keempat Injil sudah tersedia dalam tahun 1646.
Terjemahan seluruh Kitab Suci dalam bahasa Melayu yang lama dipakai ialah: "Elkitab iya itu segala Surat perjanjian Lama dan Baru", yang dikerjakan oleh Dr. Melchior Leydekker (sampai Ef. 6,7) dan Ds. P. van der Vorm. Karyanya dimulai oleh Leydekker dalam tahun 1691 dan diteruskannya hingga meninggal tahun 1701; dalam tahun itu juga karyanya diselesaikan oleh P.v.d.Vorm. Bahasa yang dipakai ialah "bahasa Melayu Tinggi", jadi bahasa kuno dan bahasa sastera. Tetapi bahasa itu sukar dimengerti oleh rakyat, yang mempergunakan "bahasa pasar", terutama di Maluku (khusus untuk rakyat di Maluku terjemahan itu dimaksudkan). Tambahan pula Leydekker menggunakan banyak perkataan asing, kata-kata Arab dan Parsi. Itupun sebabnya, maka terjemahan itu mendapat perlawanan gigih, terutama dari pihak Ds. Francois Valenteyn. Dia itu telah menterjemahkan seluruh Kitab Suci kedalam bahasa Melayu - Maluku.
Perselisihan agak lama berlangsung tetapi diakhiri oleh Kompeni Belanda dengan menerima terjemahan Leydekker, setelah Valenteyn meninggal dalam tahun 1727. Terjemahan itu direvisir sekali lagi dan diterbitkan dalam tahun 1733. Terjemahan ini dalam abad XX masih beberapa kali dicetak yakni tahun 1905, 1911, 1916 dan di Ambon masih dipakai juga. Tetapi umumnya terjemahan Leydekker sudah lama tidak memuaskan. Maka dari itu Lembaga Alkitab Belanda (NBS) menyuruh H.C. Klinkert mengusahakan terjemahan baru, yaitu dalam tahun 1863.
Dalam tahun 1879 terjemahan itu diterbitkan dan hingga dewasa ini dipakai oleh gereja Kristen di Minahasa. Di samping itu suatu terjemahan lain dalam bahasa Melayu dikerjakan oleh Dr. W. C. Shellabear atas pesan Lembaga Alkitab Inggris untuk luar Negeri (BFBS) dan diterbitkan dalam tahun 1913 (untuk Malaka). Atas pesan Lembaga Alkitab Belanda dan Lembaga Alkitab Inggeris Ds. W. A Bode dalam tahun 1930 mulai membuat terjemahan baru lagi.
Dalam tahun 1938 Perjanjian Baru diterbitkan serta mendapat sambutan yang hangat. Sebelum Ds. Bode dapat menyelesaikan Perjanjian Lama, ia meninggal akibat perang (tahun 1942). Kitab-kitab Perjanjian Lama yang sudah selesai tidak diterbitkan. Kitab Suci dalam bahasa Indonesia (Melayu), yang diterbitkan dewasa ini oleh Lembaga Alkitab Indonesia (sejak tahun 1954) ialah: terjemahan Klinkert dalam Perjanjian Lama, dan terjemahan Bode dalam Perjanjian Baru.
Sudah barang tentu orang tidak merasa puas lagi dengan terjemahan tersebut, sebab agak kolot, kaku dan sukar dimengerti rasanya untuk orang Indonesia moderen. Bahasanya pun bukan bahasa Indonesia, melainkan bahasa Melayu. Maka itu sejak tahun 1951 gereja-gereja Kristen (Lembaga Alkitab Indonesia) mengusahakan suatu terjemahan dalam bahasa Indonesia moderen dan populer. Beberapa kitab Perjanjian Lama (yang berupa sementara) sudah terbit, yakni: Kejadian, Keluaran, Ulangan, Yusak, Hakim-hakim, Rut, Ester, Ezra, Nehemnya.
Lambat-laun pekerjaan maju langkah demi langkah dengan kompetensi yang bermutu tinggi. Bahasa yang dipakai umumnya sederhana dan mudah dipahami. Hanya di sana-sini kurang lancar dan sedikit kaku rasanya. Di samping karya raksasa gereja-gereja Kristen lainnya, gereja Katolik tidak berbuat apa-apa. Sebelum kemerdekaan Indonesia suatu terjemahan tidak diusahakan.
Akhir-akhir ini usaha ke jurusan itu dimulai oleh P.Y. Bouma SVD, yang waktu itu sudah lanjut usianya. Dalam tahun 1955 ia menerbitkan keempat Injil dan Kisah Rasul-rasul. Bahasa terjemahan itu sebenarnya kurang memuaskan dan terjemahannya sendiri pun tidak selalu tepat. Tapi umat Katolik toh dapat membaca Injil dalam bahasa Indonesia. Usaha itu diteruskan dan tahun 1964 diterbitkan seluruh Perjanjian Baru, yang dikerjakan oleh P.Y. Bouma SVD, P.M. Beding SVD. dan P.V. Jebarus SVD. Terjemahan Injil dan Kisah Rasul-rasul dari tahun 1955 sangat diperbaiki bahasanya, dan bagian-bagian lain pun jauh lebih baik bahasanya.
Dalam surat pengantar para penterjemah menerangkan terjemahannya ini pun berupa sementara dan mereka sadar, bahwa jauh dari sempurna. Dan kritik tentu saja mungkin. Terjemahan ini dibarengi dengan suatu Pendahuluan untuk Perjanjian Baru yang panjang serta catatan-catatan exegetis di halaman bawah. Dalam pada itu suatu panitia penterjemah mulai mengerjakan Perjanjian Lama juga dan menerima tugas itu dari para Wali Gereja di Indonesia. Kitab Mazmur diterbitkan tahun 1961, Kitab-kitab Kebijaksanaan tahun 1962, Kitab-kitab Syemuel dan Raja-raja tahun 1963, Kitab-kitab Sejarah lainnya tahun 1964. Kitab Para Nabi tengah dicetak dan mungkin tahun ini (1967) akan terbit. Kitab-kitab Taurat hampir selesai diterjemahkan.
Terjemahan Perjanjian Lama ini dibubuhi kata pendahuluan yang panjang untuk masing-masing kitab dan keterangan-keterangan pada kakihalaman, yang serba singkat, tapi kiranya cukup menolong si pembaca. Lalu pula di pinggir halaman terdapatlah banyak petunjuk ke ayat-ayat Kitab Suci lain yang dapat menerangkan hal-hal tertentu. Kesemuanya itu nyata diinspirasikan oleh terjemahan Prancis, Bible de Yerusalem. Jadi terjemahan ini baik dipergunakan orang yang ingin mempelajari Kitab Suci.
Keberatan terhadap terjemahan ini ialah: ada agak banyak salah cetak dan terjemahan ini suka akan kata-kata yang sungguhpun Indonesia tapi kurang biasa dan kurang dipakai, sehingga kadang-kadang sukar dimengerti. Adakalanya orang membutuhkan Kamus Umum Bahasa Indonesia. Dalam Kitab Amsal terjemahan malah buruk sekali. Tinggal satu harapan lagi: Mudah-mudahan nanti para ahli Protestan dan para ahli Katolik sepakat dan atas dasar terjemahan-terjemahan baru dari kedua pihak menerbitkan satu terjemahan "oekumenis" untuk kaum protestan maupun kaum katolik. Usaha kejurusan itu sudah dimulai dan moga-moga keberatan dan kesulitan-kesulitan yang beraneka warna diatasi dengan hasil gemilang.
Bahasa daerah
Berkenaan dengan terjemahan-terjemahan Kitab Suci dalam bahasa-bahasa daerah gereja-gereja Kristen sekali lagi boleh berbangga. Dalam semua bahasa daerah yang penting seluruh Kitab Suci sudah lama tersedia. Oleh karena sudah lama dikerjakan terjemahan-terjemahan itu memang sedikit kolot dan kaku rasanya. Dalam bahasa Jawa ada dua terjemahan yakni: yang diterbitkan D. Y. Gericke dalam tahun 1854 dan yang diterbitkan oleh F. Janz dalam tahun 1892. Bahasa Sunda pun mempunyai terjemahan seluruh Kitab Suci yang dikerjakan oleh S. Coolsma dan diterbitkan tahun 1890. Dalam bahasa Batak--Toba Perjanjian Baru diterbitkan tahun 1890. Lagi pula seluruh Kitab Suci tersedia dalam bahasa Nias, bahasa Makassar dan Bugis, serta dalam bahasa Toraja-Bare'e dan bahasa Ngaju. Dalam bahasa Timor seluruh Kitab Suci segera akan (sudah) terbit. Perjanjian Baru, seluruhnya atau sebagiannya tersedia dalam pelbagai bahasa (adakalanya salah satu kitab saja berupa stensilan), yaitu: Bahasa Batak--Angkola, Batak--Karo, Simalungun, Batu, Mentawai, Madura, Maanyan, Sihong, Ot Danum, Balantian, Sangihe (Siauw), Toumbulu, Tountemboan, Mongendow, Kaili, Kulawi, Sigli, Napu, Bada, Ta'e, Mori, Tolaki, Sasak, Weiwewa, Kambera, Sabu, Rote, Maserete, Loloda, Galela, Tabelo, Tobaru, Numfoor, Windessi, Kepauku.
Dari fihak Katolik konon kabarnya segera akan diterbitkan terjemahan keempat injil dan Kisah Rasul-rasul dalam bahasa Jawa; bagian kedua Perjanjian Baru juga direncanakan.
Bagi saudara-saudara yang berbahasa Tionghwa boleh ditambahkan di sini, bahwa Lembaga Alkitab Indonesia juga menyebarkan terjemahan seluruh Kitab Suci dalam bahasa Tionghwa. Lagi pula ada terjemahan Tionghwa dari pihak Katolik. Terjemahan itu dikerjakan antara 1946--1961. Terjemahan ini terdiri atas 11 jilid dan diterbitkan di Hong Kong. Tersedia pula keempat injil tersendiri dan seluruh Perjanjian Baru tersendiri serta suatu bunga rampai dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
- Catatan: dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA
Artikel ini diambil dari: |