Sejarah Alkitab Indonesia

Qumran

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
Buku Hijau
Sejarah Alkitab di Indonesia
Sejarah Alkitab Daerah Indonesia
Sejarah Alkitab di Luar Indonesia
Biblika
Doktrin Alkitab
Pengantar dan Garis Besar Kitab
Studi Kata Alkitab



Qumran adalah nama suatu tempat yang terletak di gurun Yudea di pantai Laut Asin (Mati) di sebelah barat. Tempat itu serta daerah di sekitarnya (Wadi Murabba'at, 'Ain Fesykhah, Wadi Qumran) semenjak tahun 1947 menjadi terkenal di semesta dunia. Sebab mulai dengan tahun 1947 sampai dengan tahun 1955 diketemukan di sana, tersembunyi di dalam gua-gua pegunungan banyak naskah-naskah dari zaman Kristus dan sebelumnya. Di Qumran sendiri digali puing-puing suatu kompleks bangunan yang agak luas, peninggalan sekelompok orang Yahudi, suatu jemaat yang mempunyai corak dan ciri-ciri yang khas. Bangunan itu, yang kerap kali dikatakan semacam biara, dinamakan "Khirbet Qumran". Khirbet artinya "puing". Baiklah berturut-turut dibahas barang sedikit tentang jemaat Qumran, penemuan-penemuan, naskah yang diketemukan dan hubungan jemaat Qumran dengan Perjanjian Baru.

Daftar isi

Jemaat Qumran

Berkat naskah-naskah yang diketemukan orang agak banyak tahu tentang jemaat yang membangun "biaranya" di Qumran. Jemaat itu boleh dimasukkan ke dalam kalangan "kaum Esseni", yang juga dibicarakan oleh pengarang Yahudi Flavius Yosephus dan Philo dari Iskandria, dan oleh pengarang kafir Plinius. Rupanya Qumran adalah pusat utama dari kaum Esseni dan di sana orang paling teliti dalam menepati segala aturan kaum Esseni itu. Di luar Qumran juga ada kelompok-kelompok semacam itu, tetapi kurang keras dan teliti. Jemaat Qumran menjunjung tinggi seseorang yang dinamakan "Guru Kejujuran" atau "Guru yang jujur" yang dipandang sebagai pendiri sekte itu. Jemaat Qumran mengasingkan diri ke gurun jauh dari agama Yahudi yang di zaman itu resmi. Mereka terutama bertentangan dengan kalangan para imam di Yerusalem, yang dianggap tidak sah. Banyak anggota jemaat Qumran termasuk ke dalam kalangan para imam turunan Sadok dan imam-imam itu memainkan peranan penting dalam jemaat itu. Jemaat itu menetap di Qumran sekitar tahun 75 SM (atau lebih dahulu). Lalu tinggal di situ hingga tahun 36 SM Kemudian pindah, entah ke mana. Mungkin ke Yerusalem. Setelah raja Herodes Agung (tahun 4 SM) meninggal jemaat itu kembali ke Qumran. Waktu dalam tahun 68 M tentara Roma mendekati dan mengepung Yerusalem jemaat itu ikut berperang, lalu dimusnahkan sama sekali oleh tentara Roma. Kiranya waktu darurat itu anggota-anggota jemaat itu menyembunyikan kitab-kitab sucinya di dalam gua-gua disekitar Qumran, tempat diketemukan kembali dalam tahun 1947 dst.

Jemaat di Qumran menyebut dirinya "Jemaat Perjanjian Baru (dan Kekal)", seperti yang dinubuatkan nabi Yeremia. Demikian corak eskatologis jemaat itu ditandaskan. Harapan eskatologis-apokaliptis itu kentara sekali dalam naskah-naskah yang ditinggalkan jemaat itu. Mereka yakin bahwa akhir zaman sudah agak dekat sehingga perlu orang menyiapkan diri untuk hari pengadilan Tuhan. Sebelum itu akan tampil dua al-masih, yang satu keturunan Harun, jadi iman, yang lain keturunan Daud, jadi raja. Tetapi yang utama dan terpenting ialah al-masih turunan Harun. Anggota-anggota jemaat itu hidup bersama-sama dan sangat sederhana, semua barang menjadi milik bersama. Sebagian (besar) di antara mereka tidak kawin dengan motif eskatologis dan kemudian asketis. Seorang calon yang mau masuk jemaat itu harus dahulu melewati masa percobaan (+/- 3 tahun) yang keras sekali. Kemudian ia diizinkan menjadi anggota penuh dengan mengangkat sumpah bahwa akan menepati Taurat Musa sesuai dengan adat-kebiasaan jemaat itu dan juga berpegang teguh kepada ketertiban jemaat itu. Ketertiban itu cukup keras juga. Jemaat Qumran sangat teliti melaksanakan Taurat Musa, bahkan lebih keras daripada kaum Farisi. Mereka sangat teliti dan saksama dalam hal najis dan tahir, haram dan halal, dan melakukan banyak pembasuhan sebelum beribadah. Merekapun mempunyai ibadahnya sendiri. Mereka tidak ikut serta dalam ibadah dalam Bait Allah di Yerusalem, tetapi rupanya mereka sendiri juga tidak mempersembahkan kurban. Anggota-anggota jemaat itu rajin dalam mempelajari Alkitab dan kitab-kitab saleh lain. Banyak kitab disalin oleh mereka. Di bidang ekonomis jemaat itu lebih kurang self-supporting.

Penemuan

Dalam bulan Februari atau Maret 1947 seorang pemuda dari suku Ta'amireh yang bernama Muhammad adh.- Dhib serba kebetulan masuk salah satu gua di sekitar Qumran mencari seekor kambing yang hilang. Di dalam gua itu diketemukannya sejumlah buyung yang berisikan gulungan kitab dari kulit. Tujuh buah dibawanya dan ia mencoba menjualnya di Betlehem, tapi tidak berhasil. Akhirnya lima buah naskah dijual kepada uskup agung dan kepala biara dari umat Kristen Suriah-ortodoks di Yerusalem dan dua buah kepada E. Sunik dari universitas Ibrani di Yerusalem. Dalam tahun 1949 sampai dengan 1955 para ahli menyelidiki seluruh daerah di sekitar Qumran dan menggali Khirbet Qumran. Sementara itu para penghuni daerah itu pun mencari pula dan kerap kali mendahului para ahli dengan menemukan naskah-naskah baru lagi. Berangsur-angsur dijual kepada para ahli yang tersedia membelinya. Jumlah gua yang ternyata memuat naskah-naskah (dalam buyung yang biasanya pecah sudah) ialah sebelas. Banyak gua-gua lain menghasilkan barang pecahan yang sangat bernilai untuk menetapkan tanggal yang menyatakan umurnya naskah-naskah yang diketemukan.

Naskah-naskah Qumran

Kebanyakan naskah yang diketemukan rusak sekali dan kerap kali hanya tinggal kepingan-kepingan yang lebih kurang besar. Tetapi juga ada sejumlah naskah yang hampir utuh lengkap. Ada naskah (kepingan) dari kitab-kitab Alkitab, naskah dari Kitab apokrif dan pseudepigraf dan sejumlah naskah yang mengenai khususnya tatacara jemaat Qumran serta ajarannya yang khas. Baiklah disebutkan yang terpenting.

Naskah-naskah dari Alkitab

Ada kepingan dari naskah yang memuat hampir seluruh Kitab Suci sebagaimana diterima oleh Gereja Katolik. Jadi termasuk juga kitab deuterokanonik atau apokrif. Hanya dari kitab Yudit dan Kebijaksanaan sampai sekarang tidak ada bekasnya. Ini menyatakan bahwa jemaat di Qumran juga membaca kitab Deuterokanonik, meskipun tidak jelas apakah kitab-kitab itu dianggap senilai dan seharga dengan kitab-kitab protokanonik. Dari kitab Tobit yang dahulunya hanya diketahui dalam terjemahan (Yunani, Latin) ada kepingan-kepingan yang tertulis dalam bahasa Ibrani dan Aram.

Naskah-naskah dari Kitab-kitab Suci yang lebih kurang lengkap utuh dan terpenting ialah: Satu gulungan Kitab Yesaya yang lengkap (hanya sedikit rusak) dan satu lagi yang rusak sekali, sehingga hanya tertinggal lebih kurang 1/3 dari Kitab Yesaya. Lalu ada kepingan-kepingan yang lebih kurang besar dari kitab Samuel, Taurat Musa, terutama Ulangan, kitab Mazmur dll. Ada kepingan-kepingan yang cukup besar dari Kitab Bin Sirah dalam bahasa Ibrani.

Naskah-naskah dari kitab Apokrif (pseudepigraf)

Ada sejumlah besar naskah-naskah dan kepingan dari kitab-kitab Apokrif yang dahulu sudah dikenal. Yang terpenting ialah Kitab Henokh, kitab "Yubilaeorum", Wasiat Lewi, Anggaran Dasar Jemaat di Damsyik (Dokumen kalangan Sadok'), yaitu suatu jemaat yang mirip jemaat Qumran yang pernah menetap di Damsyik.

Naskah-naskah yang mengenai jemaat Qumran

  1. Ada sejumlah naskah dan kepingan yang memuat tafsiran kitab-kitab dari Alkitab Perjanjian Lama. Dalam tafsiran-tafsiran itu Perjanjian Lama diterapkan kepada jemaat di Qumran sendiri dan kepada "Guru Kejujuran". Ada suatu naskah lengkap yang menjajikan tafsiran semacam itu berdasarkan kitab Habakuk. Ada banyak kepingan yang memuat tafsir kitab Mazmur, kitab Yesaya, Mikha, Nahum, dan Sefanya. Ada juga bunga rampai dari nas-nas Perjanjian Lama.

  2. Anggaran Dasar jemaat Qumran terpelihara baik secara lengkap maupun berupa kepingan-kepingan dari naskah yang rusak. Oleh para ahli anggaran dasar itu dinamai: "Manual Disiplin". Judul aselinya tidak diketahui (bagian atas naskah rusak) tetapi kiranya berbunyi: "Serekh Hayjahad" = "Anggaran dasar Jemaat". Berkat naskah itu tatacara jemaat itu dikenal dengan cukup baik.

  3. Naskah (dan kepingan-kepingan) lain menyajikan suatu gambar tentang perang suci pada akhir zaman. Karena itu naskah itu dinamai "Gulungan Perang" (milhamah=perang). Di dalamnya digambarkan secara teliti dan luas perang antara "anak-anak cahaya" (=anggota-anggota jemaat) dan "anak-anak kegelapan". Jadi kitab itu mempunyai corak eskatologis dan apokaliptis.

  4. Ada sejumlah besar naskah (lebih kurang lengkap) yang memuat "Lagu-lagu Pujian" yang dipergunakan jemaat itu dalam ibadahnya. Naskah itu oleh para ahli dinamai "Hodayot" (=lagu-lagu puji).

Cara mengutip naskah-naskah Qumran

Untuk mudahnya para ahli memberikan kepada naskah-naskah Qumran suatu tanda, supaya mudah dapat dikutip. Sistem yang umum dipakai ialah: Disebutkan dahulu gua tempat naskah itu diketemukan, yaitu dengan angka Romawi (atau Arab). Misalnya: IQ = diketemukan dalam gua I di Qumran. Kemudian ditambah isi dari naskah (kepingan) itu. Misalnya IQ Isa = Naskah pertama nabi Yesaya (Isa) yang diketemukan dalam gua I Qumran. IVQM = naskah "perang" (M) yang diketemukan dalam Gua IV di Qumran. IQpHab = Peser (p) tafsir kitab Habakuk (Hab) yang diketemukan dalam gua I Qumran. IQH = naskah yang memuat Lagu Pujian (Hadayot = H) yang diketemukan dalam Gua I di Qumran. IQSb = naskah kedua (b) yang memuat Anggaran Dasar jemaat (Serekh Hayjahad = S) yang diketemukan dalam gua I di Qumran.

Hubungan jemaat Qumran dengan Perjanjian Baru

Sudah barang tentu penemuan di Qumran amat penting sekali untuk pengertian Perjanjian Baru. Sebab jemaat itu paling jaya justru pada zaman Kristus dan umat Kristen semula. Berkat penemuan itu kita sekarang tahu sebagian dari agama Yahudi di zaman Kristus, yang dahulu hampir tidak atau hanya sedikit dikenal. Jadi latar belakang kehidupan Kristus sendiri serta umat Kristen semula menjadi jauh lebih luas.

Tetapi kurang jelas apakah ada hubungan langsung antara Kristus sendiri dan jemaat di Qumran dan antara umat Kristen dan jemaat itu. Mula-mula para ahli suka menghubungkan kedua gerakan itu. Penengah dan pengantaraan utama ialah Yohanes Baptis. Ia tampil di gurun, justru dekat pada tempat tinggal jemaat itu. Kabarnya juga mempunyai corak eskatologis yang mirip dengan ajaran jemaat Qumran. Adapun Yesus beberapa lamanya tinggal di dekat Yohanes. Maka diambil kesimpulan bahwa Yohanes pernah masuk jemaat itu dan Yesus mengambil ajaran Yohanes yang terpengaruh oleh alam pikiran Qumran. Tetapi kemudian para ahli menjadi lebih hati-hati. Meskipun ada kesamaan antara Perjanjian Baru dan naskah-naskah Qumran, namun perbedaan lebih besar lagi. Yang menyolok mata ialah: jemaat Qumran mengasingkan diri dari pergaulan, sedangkan Yesus tidak. Jemaat itu menjunjung tinggi Taurat Musa serta segala peraturan-peraturannya, sedangkan Yesus tidak begitu peduli akan aturan-aturan itu. Jemaat Qumran mengajar bahwa anggota-anggotanya harus membenci orang lain dan hanya mencintai sesama anggota. Tetapi Yesus justru menekankan bahwa cinta kasih sejati merangkum semua manusia. Kendati perbedaan yang menyolok itu, kesamaan pun tak terpungkiri pula antara Perjanjian Baru dan jemaat di Qumran. Maka itu ada ahli yang berpendapat bahwa antara Yesus dan jemaat itu tidak ada hubungan langsung. Tetapi kemudian sejumlah anggota-anggota jemaat itu masuk Kristen dan ajarannya mulai mempengaruhi ajaran Kristen juga tanpa menghapus atau mengurangi perbedaan jelas. Perbedaan yang tetap menyolok ialah: Jemaat Qumran selalu mengutamakan Taurat Musa, sedangkan umat Kristen mengutamakan diri Yesus sebagai pusat kepercayaannya. Mula-mula para ahli juga banyak berspekulasi sekitar "Guru Kejujuran" yang mau disamakan dengan Yesus. Tetapi kemudian menjadi nyata bahwa tidak ada hubungan sedikit pun.


Catatan: dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA
Artikel ini diambil dari:
Judul belum diketahui, tapi kami menyebutnya sebagai buku hijau.
kembali ke atas