Sejarah Alkitab Indonesia

Naskah-naskah Kitab Suci

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
Buku Hijau
Sejarah Alkitab di Indonesia
Sejarah Alkitab Daerah Indonesia
Sejarah Alkitab di Luar Indonesia
Biblika
Doktrin Alkitab
Pengantar dan Garis Besar Kitab
Studi Kata Alkitab



"Naskah" dinamakan Kitab (kitab) Suci yang ditulis dengan tangan sebelum orang tahu mencetak. Cetakan pertama Kitab Suci Perjajian Lama (Ibrani) dibuat tahun 1477 Mas.; Perjanjian baru (Yunani) pertama kalinya dicetak tahun 1514 Mas. dan tahun 1520 baru diterbitkan di Spanyol.

Dua macam bahan dahulukala digunakan untuk membuat "buku", yaitu "papirus" dan kulit (binatang) baik yang "kasar", yaitu yang belum dikerjakan, maupun yang "halus", artinya yang dikerjakan. Memang lebih dahulu lagi digunakan sebagai bahan untuk menulis macam-macam barang lain. Dipakai papan tanah liat yang setelah ditulisi (digurati) dibakar, papan kayu atau logam yang diberi lilin (Yes 30:8) dan ditulisi dengan penggurat. Khususnya untuk dokumen-dokumen terpenting dipergunakan juga papan (atau tiang) batu. Kesepuluh perintah Allah sebagai undang-undang dasar diukir dalam loh batu (Peng 24; 12; 31:18; 34:1; Ul 9:11). Untuk surat-surat kecil dipergunakan juga pecahan-pecahan tembikar (dinamakan: ostraca) hingga di zaman agak belakangan.

"Papirus" ialah "kertas" yang dibuat dari sejenis teberau (besar) (nama Yunaninya: papuros), yang khususnya tumbuh di Mesir dalam rawa dekat pada sungai Nil. Bagian dalam dari kulit dilepaskan, dipotong menjadi pita yang lebih kurang panjang. Pita-pita itu dilekatkan satu sama lain silang-menyilang, lalu dipipih. Hasilnya helai-helai lebih kurang besar yang dipotong seperlunya. Umumnya "kertas" itu kasar sekali. Tetapi ada macam-macam "papirus" yang berlain-lainan mutu dan halusnya. Semenjak lebih kurang tahun 2100 sebelum Mas. "papirus" itu sudah umum dipergunakan sebagai kertas. Dari Mesir diekspor ke mana-mana, antara lain ke Palestina. Dalam nama kota "Byblos" di pantai Palestina terpelihara nama "kertas" sedemikian itu. Jadi waktu bangsa Israel masuk Palestina "papirus" di sana sudah dipakai sebagai bahan untuk menulis. Bahan ini sangat rapuh dan lekas lapuk.

Semenjak lebih kurang tahun 500 sebelum Masehi orang juga mulai menggunakan kulit-kulit binatang. Khususnya untuk kitab-kitab dan dokumen yang dianggap penting, maka bahan itu suka dipergunakan. Beberapa lamanya dipakai untuk membuat "kitab" baik papirus (yang lebih murah) maupun kulit binatang (yang lebih mahal tapi juga lebih lama tahan). Macam khusus dari "kulit" itu ialah "perkamen" (kertas kulit), yang dibuat dari kulit domba-domba atau anak domba, kambing dan anak lembu dengan cara khusus. Untuk pertama kalinya (menurut berita) perkamen dibuat di kota Pergamon dan dari nama kota itu berasal namanya "perkamen".

Sebagai "pena" dipergunakan batang teberau dan "tinta" dibuat dari jelaga halus yang dicampur dengan lim. "Tinta" itu hitam warnanya dan ternyata bermutu tinggi. Sebab sesudah 2000 tahun lebih masih terbaca juga. Ada naskah-naskah kitab suci yang menggunakan tinta keemas-emasan atau ungu. Huruf besar pada permulaan pasal atau bagian seringkali diberi berwarna (merah, keemas-emasan, perak) dan juga bergambar (miniatur). Tetapi perhiasan sedemikian baru muncul di zaman agak belakangan.

Buku dahulu kala ada dua macam bentuknya, yaitu gulungan dan "kodeks" (Codex). Adapun yang berbentuk "gulungan" (volumen) dibuat sebagai berikut: helai-helai papirus (atau kulit) dijahit atau dilekatkan satu sama lain pada ujungnya, sehingga terbentuk helai "kertas" yang panjang (kadang-kadang beberapa meter). Lajur demi lajur (bdk. Yer 36:32) ditulis, yang satu di samping yang lain. Pada ujung (kadang-kadang pada kedua ujung) helai dipasang tongkat (kayu, logam dan sebagainya) dan setelah helai panjang seluruhnya ditulisi digulung jadi gulungan. Dapat diikat dengan pita penutup dan demikian disimpan. Semenjak abad ke-2 masehi mulai dipergunakan bentuk buku lain, yaitu kodeks, sebagaimana lazim sekarang. Rupa-rupanya kodeks-kodeks pertama dibuat dengan perkamen, yang tidak mudah dapat dibuat helai panjang. Lama kelamaan bentuk "kodeks" itu menjadi lazim juga untuk Kitab Suci. Tetapi orang Yahudi masih lama (malah di sana-sini hingga dewasa ini) mempertahankan bentuk gulungan untuk Kitab Suci yang dibacakan dalam ibadah (di sinagoga). Ada kodeks-kodeks dari papirus dan dari kulit.

Pengarang-pengarang suci sendiri menggunakan sebagai "kertas" papirus tersebut dan bukan kulit. Karangan-karangan mereka (kalau panjang sedikit) berupa gulungan (bdk. Yer 36:2; Yeh 2:9-10). Dalam Perjanjian Baru (1Tim 4:13) disebut "helai" (selaput) yang kiranya dibuat dari kulit (perkamen) dan memuat teks-teks suci (Kitab Suci Perjanjian Lama, terjemahan Yunani). Namun demikian pengarang-pengarang Perjanjian Baru pasti menggunakan papirus untuk menulis karangannya. Bahan itu murah dan mereka tidak menduga, bahwa karangan-karangannya harus disimpan lama. Di kalangan Yahudi di zaman itu Kitab Suci ditulis atas kulit binatang. Hal itu terbukti oleh naskah (Kitab Suci) dari jemaat Qumran, yang semua dibuat dari kulit dan berupa gulungan.

Naskah-naskah Kitab Suci

Dari naskah-naskah asli, artinya yang ditulis oleh pengarang suci sendiri, tidak ada satu pun terpelihara untuk kita. Semua sudah lama hilang. Ini mengenai baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Mudah dimengerti juga. Bahan yang dipakai ialah papirus yang rapuh sekali dan lekas lapuk jika dipakai. Maka itu hanya salinan dari naskah-naskah asli tersedia, dan malahan biasanya salinan dari salinan. Berabad-abad lamanya Kitab Suci disalin dengan tangan. Buku lama diganti dengan yang baru. Naskah-naskah lama dibuang. Kemudian orang-orang Yahudi yang sangat menghormati Kitab Suci dan khawatir kalau-kalau nama Allah yang tertulis di dalamnya dicemarkan, menyimpan naskah-naskah Kitab Suci yang usang di dalam gudang khusus di sinagoga. Kemudian naskah-naskah Kitab Suci itu dengan hormat dikubur di tanah. Gudang-gudang untuk menyimpan naskah-naskah lama disebut "geniza". Apa yang terjadi dengan naskah-naskah aseli Perjanjian Baru tidak diketahui.

Salinan-salinan Kitab Suci mengalami nasib sama seperti dialami buku-buku insani. Ternyata tidak ada penyelenggaraan ilahi khusus mengenai Kitab Suci yang melindunginya terhadab nasib biasa. Maka itu dalam salinan-salinan Kitab Suci pun ada agak banyak kesalahan dan kerusakan (lihat: Teks Kitab Suci).

Naskah-naskah Kitab Suci Perjanjian Lama (Ibrani)

Sampai tahun 1947 hanya tersedia salinan-salinan Kitab Suci Ibrani Perjanjian Lama yang dibuat dalam abad ke-10 Masehi dan selanjutnya. Semua salinan itu berupa kodeks. Hanya ada satu kodeks yang memuat Kitab para Nabi dan ditulis sekitar tahun 895 Masehi. Di samping itu masih ada kepingan kecil (yang memuat kesepuluh Perintah, Peng 20:1-7, dan beberapa ayat dari Kitab Ulangan 5, 6-9; 64-65) yang ditulis dalam abad ke-2 Masehi Ada juga sebagian dari Kitab Daniel yang dibuat dalam abad ke-8 Masehi . Semua naskah itu agak serupa dan sama teksnya. Tetapi dahulu memang ada perbedaan cukup besar sebagaimana dibuktikan oleh terjemahan-terjemahan kuno. Tetapi oleh para ahli Yahudi semenjak abad ke-5 Masehi teks asli sedapat-dapatnya dipulihkan dan ditetapkan suatu teks resmi (Masoretae: lihat: Teks Kitab Suci). Perlu disebut di sini beberapa naskah Ibrani dari Kitab Bin Sirah (yang dahulu hanya ada terjemahan Yunaninya) yang kepingan-kepingannya diketemukan di Kairo (dalam geniza Sinagoga yang tersembunyi) dalam tahun 1896. Naskah-naskah ini ditulis dalam abad ke-9, 10, dan 11 Masehi .

Ada puluhan-puluhan bahkan ratusan naskah Kitab Suci Ibrani yang terserak dalam pelbagai perpustakaan di Eropa, Rusia, dan Amerika dan di lain-lain tempat. Kerap kali naskah-naskah itu tidak lengkap dan tersisa hanya kepingan-kepingan saja. Lain-lain naskah hanya memuat sebagian dari Kitab Suci.

Dalam tahun 1947-1956 diketemukan kembali di gurun Palestina (dekat Qumran dan di sekitarnya: Lihat Qumran) beberapa naskah Kitab Suci Ibrani yang jauh lebih tua dari yang disebut tadi. Naskah-naskah ini diketemukan bersama dengan macam-macam naskah (bagian-bagian, kepingan-kepingan) lain. Semua naskah Kitab Suci adalah (aslinya) berupa gulungan. Dibuat dari kulit dan ditulis sekitar tahun 100 SM . Dari seluruh Perjanjian Lama (kecuali Kitab Ester) ada sisanya, tapi sayanglah biasanya hanya potongan-potongan kecil saja. Tetapi ada satu naskah lengkap (hanya ujungnya rusak sedikit) yang memuat seluruh Kitab Yeyasa (tandanya 1 QIsa: artinya: diketemukan di Qumram (Q) dalam gua pertama (I) dan memuat Nabi Yesaya (Is) dan ada naskah Kitab Yes. pertama (a)). Di samping itu diketemukan naskah (gulungan) Kitab Yesaya lain, tetapi naskah ini sangat rusak dan tidak lengkap (tandanya: 1QIsb). Masih ada naskah lain (hampir lengkap) yang memuat suatu tafsir Kitab nabi Habakuk. Tafsir itu juga memuat biasanya teksnya nabi itu yang diberikan tafsir (tanda naskah ini: 1QpHab: p=peser, artinya: tafsir). Ada sisa-sisa juga dari naskah-naskah lain yang memuat tafsir beberapa kitab lain lagi, seperti tafsir Kitab Mikha, Kitab Sefanya, Kitab Nahum. Tetapi semua sangat rusak dan berkeping-keping. Para ahli masih terus sibuk mengumpulkan semua sisa-sisa dan mencoba memulihkan seluruh naskah. Pekerjaan raksasa itu masih makan banyak waktu dan kiranya tidak akan berhasil seluruhnya.

Naskah-naskah Kitab Suci Perjanjian Baru (Yunani)

Jumlah naskah Perjanjian Baru adalah amat banyak sekali. Naskah ini sering kali hanya memuat sebagian dari Perjanjian Baru, tetapi ada juga yang memuat (hampir) seluruh Perjanjian Baru. Semua naskah Perjanjian Baru berupa kodeks dan tidak ada satu pun berupa gulungan. Namun bentuk itu mungkin bentuk naskah asli (yang ditulis oleh pengarang suci).

Berdasarkan huruf yang dipakai naskah-naskah Perjanjian Baru dibedakan dua golongan, yaitu "majusculi" (atau; unciales) dan "minusculi". Majusculi ialah naskah yang menggunakan huruf besar (miring sedikit) dan minusculi ialah naskah yang menggunakan huruf kecil (miring).

Naskah-naskah tertua ditulis dengan huruf besar dan baru kemudian dari itu orang mulai menggunakan huruf kecil juga.

Berdasarkan bahan (kertas) yang dipakai diperbedakan naskah papirus (yang ditulis atas papirus) dan naskah perkamen (yang menggunakan kulit binatang yang dijadikan perkamen).

Di samping naskah yang memuat Kitab Suci (atau salah satu kitab) seluruhnya ada juga naskah-naskah yang memuat hanya bagian-bagian dari Perjanjian Baru yang dibacakan dalam Ibadah Gereja. Naskah-naskah itu disebut "lectionaria" (lectio=bacaan).

Jumlah naskah Perjanjian Baru yang terpelihara ialah sebagai berikut: Naskah (atau bagian-bagian) papirus berjumlah 76; naskah majusculi berjumlah 250; naskah minusculi berjumlah 1646 dan lectionaria berjumlah 1987. Dan jumlah itu masih terus bertambah dengan menyelidiki perpustakaan tua di Eropa dan Rusia (dan lain-lain tempat di Timur Dekat). Tidak semua naskah itu sama pentingnya. Sebab banyak (terutama minusculi) terlalu muda dan ternyata salinan dari naskah lain yang masih tersedia. Kalau demikian tentu saja hanya "naskah induk" perlu diperhatikan. Para ahli berusaha untuk menetapkan naskah-naskah manakah berasal (adalah salinan) dari naskah mana. Kalau hubungan itu diketemukan, maka naskah-naskah itu digolongkan menjadi "keluarga" naskah. Artinya: semua naskah ini berasal dari satu naskah induk. Adakalanya (sering) naskah-induk itu tidak ada lagi, tetapi dengan jalan lain dapat ditetapkan, bahwa naskah-naskah tertentu berasal dari satu naskah induk. Maka naskah-naskah sedemikian itu tentu juga satu "keluarga".

Supaya naskah-naskah mudah dapat ditunjuk, maka diberi tanda khusus. Naskah majusculi ditunjuk dengan huruf (Besar) dari abjad Latin, abjad Yunani (tentu saja apabila bentuk huruf adalah berbeda) dan abjad Ibrani. Tetapi jumlah huruf tidak mencukupi. Maka naskah-naskah lain diberi tanda: 01, 02. 03 dan seterusnya. Naskah-naskah minusculi ditunjuk dengan angka Arab: 1. 2, 3, 4, dan seterusnya. Naskah papirus ditunjuk dengan huruf P (pi Yunani) yang diberi angka Arab sedikit ke atas. Misalnya: P46, P50, dan seterusnya.

Baiklah kiranya di sini didaftarkan naskah-naskah yang terpenting dan yang tertua.

P52 ini ada sisa kecil dari naskah papirus dan tertua dari semua naskah Perjanjian Baru. Ia berupa sepotong papirus kecil sekali dan memuat hanya Yoh. 18, 31-33. 37-38. Naskah ini ditulis pada permulaan abad ke-2 Masehi dan mungkin berasal dari Mesir. Sekarang disimpan dalam Perpustakaan John Ryland di Manchester, Inggris. Karena itu disebut juga: Papirus (P52) Ryland.

P64 ini pun hanya sisa kecil dari naskah papirus yang memuat sebagian dari Mat 26. Ditulis pada akhir abad ke-2 (tahun 100-200) Masehi dan disimpan dalam perpustakaan Magdalen College, Oxford. Karenanya disebut Papirus Magdalen Greek 18. P45, P46, P47, adalah 126 halaman dari tiga naskah papirus. P45 memuat kepingan dari keempat Injil dan kisah Rasul-rasul; P46 memuat surat-surat Paulus; dan P47 memuat Wahyu Yoh 6-17. P45 dan P46 berasal (kiranya) dari permulaan abad ke-3 (tahun 200-300) Masehi dan P47 berasal dari akhir abad ke-3 Masehi Semua naskah ini disebut: Chester Beatty Papyri. Disebut begitu karena diketemukan oleh orang yang bernama demikian.

Dalam perpustakaan seorang yang bernama Bodmer di kota Geneva (Swiss) tersimpan beberapa (bagian) naskah papirus. P66 (papirus Bodmer II) memuat (hampir) seluruh Injil karangan Yohanes dan ditulis sebelum tahun 200 Masehi; P72 (papirus Bodmer VII, VIII) memuat surat Yudas dan kedua surat Petrus. Diduga, bahwa ditulis dalam abad ke-3 Masehi; P75 (papirus Bodmer XIV, XV) memuat bagian terbesar dari Injil karangan Yohanes dan injil karangan Lukas. Naskah ini ditulis pada akhir abad ke-2 (+/- 190) Masehi; P74 (papirus Bodmer XVII) memuat separuhnya dari kisah Rasul-rasul dan beberapa bagian dari surat Yakobus, Petrus dan Yohanes. Naskah ini ditulis dalam abad ke-6/7 (+/- tahun 500-600) Masehi.

Naskah-naskah Majusculi/Unciales yang terpenting ialah:

  • B (Vaticanus) tersimpan dalam perpustakaan Vatikan. Kodeks ini memuat seluruh Perjanjian Lama (Terjemahan Yunani) dan bagian terbesar dari Perjanjian Baru. Ia berasal dari Mesir (Iskandria) dan ditulis pada permulaan abad ke-4 (sekitar tahun 310). Oleh karena tintanya sudah amat pudar, maka sekitar tahun 1000 naskah ini ditulis kembali oleh seorang yang juga memasukkan perubahan-perubahan kecil.
  • S Sinaiticus (bertanda huruf alef Ibrani) diketemukan oleh von Tischendorf dalam tahun 1859 dalam suatu Biara (Catharina) di gunung Sinai. Dibawa ke Rusia, tetapi dalam tahun 1933 dijual kepada British Museum di London. Naskah ini memuat hampir seluruh Perjanjian Lama (Yunani) dan seluruh Perjanjian Baru. Ditulis di Mesir atau Palestina sekitar tahun 350 Masehi.
  • A (Alexandrinus) dahulu tersimpan dalam perpustakaan Batrik Iskandria, tetapi sekarang dalam British Museum, London. Naskah ini kiranya ditulis di Mesir dalam abad ke ke-5 Masehi. (tahun 400-500). Termuat di dalamnya seluruh Perjanjian Baru, tetapi sebagian dari injil Matius dan Yohanes hilang dan juga sebagian dari 2 Korintus.
  • C (Codex Ephraem Syri rescriptus). Keistimewaan naskah ini ialah: teks (Kitab Suci) pernah dihapus, lalu di atasnya ditulis risalat-risalat karangan Ephraem orang Suriah. Tetapi kemudian sebagian dari teks Kitab Suci berhasil ditampilkan kembali. Naskah ini sekarang tersimpan dalam perpustakaan nasional di Paris, Prancis. Naskah ini memuat sedikit dari Perjanjian Lama dan separuh dari Perjanjian Baru.
  • D Ada tanda yang menunjukkan dua naskah; yang satu dahulu dimiliki oleh seorang sahabat Kalvinus yang bernama Theodorus Beza. Karenanya disebut "Codex Bezae". Kedua naskah tersebut memuat di samping teks Yunani juga terjemahan Latinnya.

Naskah yang satu (Codex Bezae Cantabrigiensis, karena tersimpan dalam perpustakaan di Cambridge) memuat keempat Injil dan Kisah Rasul-rasul. Naskah ini dibuat dalam abad ke-6 (tahun 500-600). Naskah yang lain (Codex Claromontanus, karena dahulu tersimpan dalam perpustakaan biara Clermont) memuat surat-surat Paulus. Naskah ini pun ditulis dalam abad ke-6 pula. Untuk membedakan naskah ini dengan yang tadi, maka diberi tanda Dp.


Pada umumnya naskah-naskah "minusculi" kurang penting, tetapi ada di antaranya yang ada kepentingan yang cukup besar juga. Demikianpun halnya dengan "lectionaria".

Adapun pentingnya naskah-naskah Kitab Suci, teristimewanya naskah Perjanjian Baru, letaknya dalam hal ini, bahwa dengan pertolongannya para ahli agak berhasil memulihkan kembali Kitab Suci sebagaimana ditulis oleh para pengarang suci. Masalah ini dibahas di tempat lain, yaitu sehubungan dengan Teks Kitab Suci.

Catatan: dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA
Artikel ini diambil dari:
Judul belum diketahui, tapi kami menyebutnya sebagai buku hijau.
kembali ke atas