Dari Sejarah Alkitab Indonesia
Teks (dari kata Latin: textus) disebut apa yang tertulis (huruf, kata, kalimat) di dalam naskah-naskah (atau cetakan) Kitab Suci. Teks memang terpenting, justru oleh karena dialah menyatakan apa yang dimaksudkan dan mau dikatakan oleh pengarang suci (dan Allah). Memang seharusnya teks yang sama diketemukan dalam semua naskah (cetakan), tetapi ternyata teks Alkitab tidaklah sama dalam semua naskah (dan cetakan). Sudah barang tentu pengarang suci sendiri hanya menulis satu teks saja dan teks inilah adalah teks aseli. Maka perbedaan yang ada dalam naskah-naskah mungkin mengherankan sedikit, malah membingungkan orang yang tidak ahli. Adapun sebabnya maka ada perbedaan-perbedaan kecil besar dalam naskah-naskah ialah: teks aseli (yang dikarang oleh si penulis) hanya terpelihara dalam salinan-salinan saja. Berabad-abad lamanya teks Kitab Suci disalin dengan tangan. Dalam disalin masuklah ke dalam teks macam-macam kekeliruan, kekhilafan dan perubahan. Ada yang kebetulan saja, tetapi juga ada yang disengaja dibuat oleh penyalin-penyalin dengan macam-macam alasan. Sejarah teks itulah yang menerangkan mengapa teks Alkitab tidaklah sama dalam semua naskah. Dengan lain kata: Teks Kitab Suci mempunyai sejarahnya sendiri dan dalam senjarah itu dialaminya macam-macam hal-ihwal. Dalam hal ini Alkitab tidak berbeda dengan buku-buku manusiawi dari zaman dahulu. Hanya pada umumnya boleh dikatakan: karena hormat terhadap Kitab Allah teksnya lebih baik terpelihara daripada teks dari buku-buku yang bersifat insani belaka.
Baiklah dibedakan teks Perjanjian Lama dan teks Perjanjian Baru. Masing-masing teks mempunyai sejarahnya sendiri.
Daftar isi |
Teks Perjanjian Lama
Ada kitab-kitab dari Perjanjian Lama yang ditulis dan terpelihara dalam bahasa (dan tulisan) Ibrani/Aram, dan ada kitab-kitab yang aselinya ditulis dalam bahasa Yunani atau hanya terpelihara dalam terjemahan Yunani. Kitab-kitab dalam bahasa Ibrani/Aram adalah yang lebih dahulu, sedangkan kitab-kitab dalam bahasa Yunani berasal dari zaman kemudian.
Teks Ibrani/Aram
Aselinya kitab-kitab ini ditulis dengan tulisan Ibrani kuno (Kena'an, Fenisia). Tulisan itu jauh dari sempurna. Hanya ditulis (seperti dalam tulisan Arab dan Israel moderen) huruf mati saja. Hanya beberapa huruf mati sekaligus berlaku sebagai huruf hidup (mater lectionis), sedangkan huruf-huruf hidup pada umumnya tidak ditulis. Ucapan tepat kata (yang demikianpun ditentukan maknanya pula) dihafal saja. Begitu dapat muncul macam-macam "bacaan", sesuai dengan huruf hidup yang diucapkan, dan "bacaan" itu tidak sama artinya (ingat akan pelbagai "bacaan" Al-Quran). Ada juga beberapa huruf mati yang amat serupa bentuknya. Dengan menyalin teks huruf-huruf sedemikian mudah tertukar dan demikian muncul perbedaan teks, di samping kekeliruan dan kekhilafan yang lazim dibuat seorang penyalin.
Sekitar tahun 400 seb. Mas. teks kuno itu mulai ditulis dengan tulisan lain (hurufnya berbentuk segi empat, tulisan Asyur), meskipun teks-teks yang paling suci masih lama ditulis dengan huruf-huruf kuno. Hal itu terbukti oleh "Pentateukh Samaria" (tahun 400-300) yang masih tertulis dengan huruf kuno dan naskah-naskah Qumran yang kadang-kadang juga masih sebagiannya tertulis demikian. Tetapi di zaman Kristus seluruh Kitab Suci sudah tertulis dengan huruf-huruf bersegi empat juga. Hal itu terbukti oleh Mat 5:18 (huruf yod dalam tulisan kuno bukan yang terkecil) dan naskah-naskah dari Qumran (antara 200 seb. Mas. dan 100 Mas.), yang umumnya memakai huruf segi empat. Dengan dipindahkan ke dalam tulisan baru itu beberapa kekeliruan dan kekhilafan baru memasuki teks Alkitab. Tulisan baru inipun tidak sempurna pula. Huruf hidup belum dipakai dan ada beberapa huruf mati yang amat serupa sehingga mudah tertukar. Dalam menyalin Kitab Suci para penyalin tidak jarang keliru lagi.
Maka dalam sejarahnya hingga zaman masehi teks Kitab Suci sudah mengalami agak banyak kerusakan. Dalam naskah-naskah ada perbedaan-perbedaan yang kadang-kadang cukup besar. Perbedaan sedemikian itu terbukti oleh terjemahan-terjemahan kuno, seperti terjemahan Yunani (Septuaginta) dan Suriah (Pesyitta), yang ternyata berdasarkan naskah-naskah Ibrani yang teksnya agak berbeda dengan teks dalam naskah-naskah yang terpelihara bagi kita.
Tetapi semenjak lk. tahun 100 seb. Masehi para ahli Yahudi mulai berdayaupaya dengan macam-macam alat, supaya teks Alkitab disalin dengan semurni dan seteliti mungkin. Usaha ini ditingkatkan di zaman masehi (sekitar tahun 100) dan ahli-ahli itu menetapkan pelbagai aturan dan kaidah bagi para penyalin. Lama kelamaan mereka menentukan suatu "teks resmi", yang lebih kurang umum diterima. Sekaligus mereka berusaha untuk membersihkan teks itu dari kesalahan, kekeliruan dan kerusakan. Dalam usahanya itu mereka sendiri di sana-sini juga merubah teksnya sedikit, terutama bila teks aseli dianggap terlalu kasar atau tidak layak dan pantas bagi Allah. Sekitar tahun 100 Mas. sudah ada teks yang hampir umum diterima sebagai teks resmi, meskipun teks-teks yang tidak resmi dan yang agak rusak masih ada juga. Teks resmi itu makin lama makin disempurnakan lagi dan semakin mendesak teks-teks lain yang masih ada. Boleh dikatakan sekitar tahun 200-300 Masehi teks resmi itu umum diterima dan dengan disempurnakan lagi menjadi teks Perjanjian Lama sebagaimana terpelihara dalam naskah-naskah dari abad IX-X Mas. Dalam naskah ini tidak ada perbedaan-perbedaan besar lagi dan kesamaannya hanya mengherankan saja!.
Kaum ahli Yahudi yang lama kelamaan membentuk teks itu disebut "Kaum Masora" (= menurunkan, menyampaikan, tradisi). Teks mereka dinamakan Teks (kaum) Masora (singkatannya T.M. atau M.T.).
Para ahli itu juga mengumpulkan dari zaman dahulu macam-macam keterangan dan catatan yang mengenai teks Alkitab. Mula-mula keterangan dan catatan-catatan itu diturunkan secara lisan, tetapi akhirnya mulai dicatat juga. Catatan-catatan itu dikumpulkan dalam buku-buku tersendiri, tetapi juga ditulis dipinggir halaman naskah Kitab Suci (dipinggir atas, bawah, kanan dan kiri), dan catatan umum mengenai salah satu kitab ditempatkan pada akhir kitab itu. Demikian muncul apa yang dinamakan "Masora Besar" (buku-buku tersendiri) dan "Masora Kecil" (dipinggir halaman Kitab Suci sendiri). Catatan itu dimaksud menjamin supaya teks Alkitab disalin sebaik-baiknya; iapun memuat usul-usul dari pihak para ahli mengenai perbaikan teks yang dianggap perlu (qere-ketib; tiqqun sopherim = perbaikan oleh para ahli kitab) dan sebagainya.
Kaum Masora tidak hanya berdaya upaya untuk memulihkan dan mempertahankan teks aseli yang sebaik-baiknya dibersihkan dari kesalahan dan kerusakan, tetapi merekapun berusaha juga supaya teks dibacakan semestinya. Ini perlu oleh karena bahasa Ibrani sudah menjadi "bahasa mati" dan tidak lagi dipergunakan dalam hidup sehari-hari (Gejala yang serupa terdapat juga sehubungan dengan Kuran). Maka mereka membubuhkan pada teks (yang tertulis dengan huruf mati saja) macam-macam tanda yang memberikan petunjuk bagaimana teks harus dibacakan. Tanda-tanda yang terpenting ialah tanda (titik dan baris yang bermacam-macam, di atas dan di bawah huruf mati) yang berlaku sebagai huruf hidup. Sekitar tahun 500/600 Mas. para ahli mulai menambahkan tanda itu dan sistemnya makin lama makin disempurnakan. Suatu sistem lengkap dan sempurna diketemukan dalam naskah-naskah yang ditulis dalam abad IX-X Mas.
Aselinya ada dua kelompok ahli Yahudi (kaum Masora) yang berdaya upaya untuk mendapat teks Kitab Suci yang sempurna dan murni dengan segala tanda pembantu. Satu kelompok bekerja di Babel (dikota Neharda dan Sura) dan kelompok lain bekerja di Palestina (di kota Tiberias). Teks yang ditetapkan di Palestina akhirnya mendesak teks dari Babel dan menjadi teks satu-satunya resmi. Tetapi dalam teks Palestina inipun masih ada dua cabang yang sedikit berlainan satu sama lain.
Teks yang oleh para ahli Yahudi (di Palestina) ditetapkan dan yang menjadi teks resmi (Teks Masora) pada umumnya baik dan cukup sesuai dengan teks aseli. Memang masih ada kekeliruan dan kesalahan serta kerusakan juga. Maka kalau perlu dan kalau ada alasan obyektip teks ini masih dapat diperbaiki juga. Ini khususnya mengenai huruf hidup yang dibubuhkan oleh kaum Masora. Catatan yang dibuat ahli Yahudi itu kadang-kadang juga sangat berharga dan amat menolong. Dan sudah barang tentu tidak benar dan adil tuduhan (yang dahulu kadang-kadang dilemparkan oleh pujangga-pujangga Gereja dan sejak Muhammad terus dilemparkan oleh kaum Muslimin), bahwa kaum Yahudi dengan sengaja memalsukan teks Alkitab. Mereka sesungguhnya dengan jujur, sebaik mungkin dan dengan segala daya-upaya yang di zaman itu tersedia berusaha untuk memelihara sabda Allah yang aseli. Maka itu pada umumnya teks mereka dapat dan harus dipercayai.
Terbitan teks Ibrani yang sampai dewasa ini paling baik ialah yang diterbitkan oleh R. Kittel (cetakan ketiga) 1937. Universitas Ibrani di Yerusalem sedang menyiapkan terbitan baru yang dengan hangat dinantikan para ahli.
Teks Yunani
Dengan teks Yunani ini dimaksudkan teks kitab-kitab dari Perjanjian Lama yang aselinya ditulis dalam bahasa Yunani (2Mak., Kitab kebijaksanaan) atau yang hanya (lengkap) terpelihara dalam terjemahan Yunani saja (#1Mak., Tobit, Yudit, Putera Sirah, sebagian dari Kitab Ester dan sebagian dari kitab Daniel). Teks ini terpelihara bersama dengan terjemahan Yunani Perjanjian Lama (Septuaginta) dan terjemahan-terjemahan kuno lainnya (khususnya terjemahan Latin Vulgata) Kitab-kitab (atau bagian-bagian) itu tidak diterima oleh orang Yahudi (setidak-tidaknya semenjak tahun 100 Mas.) dan banyak umat Kristen di luar Gereja Katolik. Jadi kitab-kitab (bagian-bagian) ini adalah Deuterokanonik/Apokrip.
Pemeliharaan teks Yunani itu sangat lalai dan ada perbedaan-perbedaan yang amat besar dalam naskah-naskah yang memuat teks itu. Adapun sebabnya ialah: kitab-kitab ini tidak dianggap Kitab Suci atau dianggap tidak setara dan sederajat dengan kitab-kitab lain. Maka teksnya tidak dipelihara dengan saksama dan teliti. Amat sukar sekali ditetapkan teks yang aseli dan teks aseli itu sukar dipulihkan kembali. Sejarah teks ini amat ruwet dan sampai sekarang jauh dari jelas. Para ahli sedang berusaha untuk sedapat mungkin memulihkan teks aseli itu. Namun demikian menurut garis-garis besarnya teks Yunani inipun boleh dipercayai dan tidak terlalu jauh berbeda dengan yang aseli.
Teks Perjanjian Baru
Teks aseli kitab-kitab Perjanjian Baru (yang semua ditulis dalam bahasa Yunani) hilang sama sekali. Hanya salinan-salinan sajalah yang terpelihara dalam naskah-naskah. Berabad-abad lamanya teks itu disalin dengan tangan. Perbedaan-perbedaan teks dalam naskah-naskah yang tersedia amat banyak dan kadang-kadang besar sekali. Hampir tidak ada kata satupun yang dalam semua naskah tertulis dengan cara yang sama. Banyak perbedaan amat kecil sekali dan tidak berarti apa-apa serta tidak merubah arti dan makna teksnya. Tetapi juga ada perbedaan besar dan amat penting yang sangat merubah arti dan makna. Menurut keterangan-keterangan pujangga-pujangga Gereja dari zaman dahulu perbedaan-perbedaan sudah ada dalam abad II-IV.
Perbedaan-perbedaan dan kelainan dikarenakan oleh macam-macam hal. Banyak harus dipulangkan kepada kelalaian penyalin-penyalin yang tidak cukup teliti dan membuat kesalahan dan kekeliruan yang biasa dan tidak dengan sengaja. Tetapi juga ada perbedaan yang tidak kebetulan saja terjadi. Adakalanya penyalin-penyalin menyesuaikan satu sama lain teks-teks yang amat serupa. Gejala itu terutama diketemukan dalam ketiga injil sinoptis. Kadang-kadang penyalin merubah teks dalam naskah yang disalin untuk membela salah satu ajaran (benar atau sesat). Lain kali penyalin memasukkan ke dalam teksnya salah satu keterangan yang tercatat pada pinggir halaman naskah, yang disalin, oleh karena catatan itu dianggap teks aseli. Ada juga penyalin yang mau "memperbaiki" teksnya yang dianggap salah, pada hal tepat. Ada juga yang membandingkan beberapa naskah yang teksnya ternyata berlainan. Lalu kedua-duanya bergilir-ganti disalin saja dan dengan demikian muncul suatu teks baru yang berupa campuran. Dan masih ada beberapa faktor lain lagi yang menyebabkan perbedaan teks dalam naskah-naskah.
Umumnya boleh dikatakan ada empat "bentuk" (resensi) teks. Artinya: sejumlah naskah memuat suatu teks yang dalam semua naskah itu amat serupa dengan hanya perbedaan-perbedaan kecil saja. Tetapi teks ini cukup berbeda dengan teks yang terdapat dalam sejumlah naskah-naskah lain dengan hanya perbedaan kecil. Demikian ada empat bentuk teks yang terdapat dalam naskah-naskah yang tersedia. Keempat bentuk teks itu ialah: Teks Suriah, yang termuat dalam kebanyakan naskah baik yang pakai huruf besar (unciales) maupun yang pakai huruf kecil/miring (minusculi). Teks inipun terdapat pula dalam beberapa terjemahan kuno. Oleh karena dahulu teks ini paling umum diterima maka disebut "textus receptus".
Teks Barat, adalah bentuk teks yang agak berbeda dan khususnya termuat dalam naskah D dan terjemahan Latin kuno serta terjemahan Suriah.
Teks neutral yang diketemukan dalam naskah B dan S, disebut "neutral" oleh karena dahulu dianggap teks yang paling murni dan paling bersih dari kekeliruan dan kerusakan.
Teks Alexandria termuat terutama dalam naskah A, dan karenanya disebut "Alexandria". Teks inipun terdapat pula dalam satu terjemahan yang dibuat di Mesir.
Sudah semenjak dahulu kala para ahli berusaha memulihkan teks aseli Perjanjian Baru. Tetapi karena kekurangan alat hasilnya jauh dari memuaskan dan kerapkali hanya menambahkan kekacauan. Baru semencak abad XIX usaha itu berjalan dengan baik dan dengan hasil yang cukup memuaskan. Para ahli membandingkan satu sama lain naskah-naskah yang tersedia, terjemahan-terjemahan kuno dan kutipan-kutipan yang terdapat dalam karya-karya pujangga-pujangga Gereja dari zaman dahulu. Dengan jalan ini (yang dinamakan ilmu kritik teks) mereka berusaha memulihkan teks aseli sebagaimana dikeluarkan oleh pengarang suci. Ahli-ahli yang banyak jasanya di bidang ini ialah: C. von Tiskhendorf (1869-1872); B.F. Westcott-F.Y.A. Hort (1881-1882); H. von Soden (1902-1913). Teks-teks yang diterbitkan oleh ahli-ahli itu sungguh pada umumnya sama dengan teks aseli, sehingga hanya di sana-sini masih ada keraguan. Usaha masih terus dengan banyak susah-payah dan beaya diteruskan. Orang berharap pernah dapat memulihkan seluruh teks aseli dengan saksama dan teliti. Ada beberapa terbitan (yang pada umumnya bertumpu pada terbitan-terbitan besar tersebut) untuk pemakaian "harian". Yang termasyur di antaranya ialah terbitan E. Nestle (K. Aland), A. Merk dan baru-baru ini: K. Aland-M. Black-B. Metzger-A. Wilkgren (1966: United Bible Societies).
Pembagian teks Kitab Suci
Dengan meliwatkan pembagian teks (Ibrani) yang lazim di antara orang-orang Yahudi teks Alkitab dewasa ini dibagikan atas pasal-pasal dan pasal dibagi atas ayat-ayat. Pembagian ini tidaklah aseli, artinya tidak dibuat oleh pengarang-pengarang suci sendiri. Karenanya pembagian itu hanya mempunyai wibawa ilmiah saja. Pembagian tersebut malah agak "baru". Pembagian tersebut mula-mula dibuat dalam terjemahan Latin (Vulgata) dan kemudian dimasukkan juga dalam Kitab Suci Ibrani dan Yunani. Pembagian atas "pasal" dibuat dalam tahun 1205 oleh Steph. Langton dan muncul untuk pertama kalinya dalam tahun 1226 di Paris. Pembagian lebih lanjut atas ayat-ayat untuk pertama kalinya dicetak oleh penerbit R. Stephanus dalam tahun 1551.
- Catatan: dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA
Artikel ini diambil dari: |