Sejarah Alkitab Indonesia

Terjemahan Kitab Suci Dalam Brosur "Pendalaman Kitab Suci"

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
Sabda Tuhan dan Pembacanya
Sejarah Alkitab di Indonesia



Dalam majalah HIDUP pernah (1991/50) diperkenalkan sebuah brosur dwi bulanan yang sejak bulan Januari tahun 1992 diterbitkan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Brosur itu diberi nama PENDALAMAN KITAB SUCI, sebab sasarannya yang utama ialah kelompok-kelompok pendalaman Kitab Suci. Di Indonesia ada sejumlah orang (barangkali beberapa ribu) yang tahu bahwa brosur kecil itu melanjutkan karya yang pada tahun 1985 dimulai oleh Pastor Martin Harun dengan diterbitkannya brosur serupa, yaitu PENDALAMAN INJIL.

Secara lahiriah brosur PENDALAMAN KITAB SUCI tidak jauh berbeda dengan PENDALAMAN INJIL yang dulu itu. Namun sejumlah pemakainya yang jeli matanya segera menangkap kebaruan salah unsurnya, yaitu teks perikop injili yang disajikan di dalamnya. Teks itu ternyata tidak sama dengan yang dapat dibaca dalam Alkitab-TB (= Terjemahan Baru) dan berbeda pula dengan teks dalam Alkitab-Kabar Baik-BIS (= Bahasa Indonesia Sehari-hari).

Mereka yang sejak dulu berlangganan "Pendalaman Injil", menerima kebaruan itu dengan cukup tenang. Sebab mereka tahu bahwa dalam brosur yang dulu itu pun teks Injil kadang-kadang tidak sama dengan yang tercetak dalam Alkitab "resmi". Salah satu contohnya ialah teks "Sabda-sabda Bahagia" yang dapat dibaca dalam Pendalaman Injil No. 32/1987. Terjemahannya diubah dalam ayat 3, 5, 7, 8:

5:3 Berbahagialah orang yang bersemangat miskin...
5:5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan mewarisi bumi.
5:7 Berbahagialah orang yang mengasihani, karena mereka akan dikasihani.

Dan contohnya semacam ini bukan satu ini saja.

Namun dalam brosur PENDALAMAN KITAB SUCI teks Injil disajikan dalam terjemahan yang sama sekali baru. Lalu muncul pertanyaan-pertanyaan: Dari manakah terjemahan itu diambil? Siapa yang membuatnya? Buat apa perubahan itu? Apa untungnya teks Injil disajikan dalam terjemahan baru? Dan sebagainya....

Mereka yang tidak mengenal brosur LBI dari tahun-tahun sebelumnya, mengajukan beberapa pertanyaan tambahan, antara lain: Mengapa dalam terjemahan yang baru itu kata-kata tertentu ditempatkan dalam tanda-tanda kurung? Apa maksud segala singkatan yang ditambahkan di sebelah kanan teksnya?

Terjemahan teks Injil yang dapat dibaca dalam brosur PENDALAMAN KITAB SUCI memang baru dan tidak usah dicari dalam terbitan apa pun. Sebab terjemahan itu dibuat khusus untuk brosur itu saja. Yang membuatnya ialah orang yang ditugaskan oleh Lembaga Biblika Indonesia untuk meneruskan karya Pastor Martin dulu. Namanya tertera pada sampul buku ini.

Mengapa teks-teks perikop injili diterjemahkan secara baru? Sebab penerjemahnya yakin bahwa teks injili yang diperbincangkan dalam kelompok pendalaman Kitab Suci, sedikit banyak harus dipelajari oleh kelompok juga. Sungguh ideal seandainya kelompok menggunakan teks Injil dalam bahasa Yunani. Namun karena teks asli itu tidak dipahami oleh kebanyakan pembaca Indonesia, maka kepada kelompok dipersembahkan sebuah terjemahan yang sedekat mungkin dengan aslinya itu. Demi terwujudnya tujuan itu, penerjemah tidak mengutamakan indahnya bahasa Indonesia, melainkan kesetiaan pada teks. Bahwa terjemahannya tidak terlalu lancar, tidak memuaskan semua pihak dan masih dapat disempurnakan, disadarinya sepenuh-penuhnya.

Terjemahan "baru" ini bukan produk sesaat. Setelah dibuat dan dikoreksi oleh penerjemah sendiri, selanjutnya dikirim kepada pendiri Lembaga Biblika Indonesia yang terkenal sebagai pakar dalam bidang perkitabsucian, yaitu kepada Pastor C. Groenen OFM. Beliau membacanya dengan amat teliti dan memperbaikinya ataupun mengusulkan kemungkinan-kemungkinan lain. Baru setelah itu, terjemahan baru itu dimasukkan ke dalam brosur PENDALAMAN KITAB SUCI. Ditinjau dari sudut kesetiaan pada teks, terjemahan baru itu barangkali memenuhi syarat.

Adakah unsur-unsur khusus lain dalam terjemahan baru itu? Ada! Masing-masing akan dibahas ala kadarnya.

BENTUK VISUAL TEKS-Teks disajikan dalam bentuk salinan berbaris-baris. Setiap baris pada umumnya berisikan subjek dan predikat, sehingga - dalam arti tertentu - agak berdikari. Lewat cara sederhana ini, pembaca diberitahu "awal" dan "akhir" setiap anak kalimat. Selain itu, ucapan pelaku selalu dicetak pada posisi tersendiri, agak menjorok ke dalam, sehingga langsung diketahui manakah teks berupa narasi (= cerita) dan manakah teks berupa ucapan pelaku (monolog, dialog). Seluruh teks dibagi atas alinea-alinea dan subalinea, sehingga masing-masing bagiannya lebih jelas.

KATA-KATA DALAM TANDA KURUNG-Dalam terjemahan baru ini muncul sejumlah kata yang ditempatkan dalam kurung siku, misalnya Luk 1:14: "Kemuliaan bagi Allah di pucuk ketinggian [surga], dan damai-sejahtera di bumi di kalangan manusia yang diperkenan [oleh-Nya]". Dalam teks asli, kata "surga" dan "oleh-Nya" tidak ada, namun secara implisit terkandung di dalamnya, sehingga diberi tanda kurung siku.

Bila kata tertentu ditempatkan dalam kurung biasa ( ), lalu disusul dengan tanda =, maka inilah tanda bahwa teks asli diubah dalam terjemahan, misalnya Luk 2:4: "Sebab ia dari keluarga (= rumah) dan kota asal Daud". Teks aslinya "rumah" diganti dengan "keluarga" yang lebih jelas bagi pembaca Indonesia. Namun kata asli tetap diberitahukan kepada pembaca.

KUTIPAN DARI PERJANJIAN LAMA - Semua kutipan dari Perjanjian Lama yang muncul dalam teks Injil, dalam terjemahan baru digarisbawahi. Contohnya, misalnya Luk 2:24: "yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor piyik merpati".

TANDA BINTANG (ASTERISK)-Nama atau akta tertentu didahului dengan tanda.* (asterik), misalnya Luk 2:28: "*Simeon membawa [anak] itu dalam rangkulan tangannya". Tanda bintang itu menunjukkan bahwa dalam teks asli, nama Simeon tidak disebut; di situ tercantum "dia" saja. Namun karena kata "dia" itu bisa membingungkan pembaca, maka diganti dengan nama pelaku yang sebenarnya. Tetapi karena nama itu tak ada dalam teks aslinya, maka hal itu tetap diberitahu kepada pembaca lewat kode bintang itu. Kode* dapat menggantikan kata "dia", "mereka", "-nya".

AYAT-AYAT ACUAN/REFERENSI-Di sebelah kanan sejumlah baris terjemahan dicantumkan angka-angka yang menunjuk ayat-ayat referensi. Bila angka itu tidak didahului dengan singkatan kitab, maka ayat itu harus dicari dalam kitab yang sama. Tetapi pada umumnya ayat-ayat referensi mengacu kepada suatu kitab lain. Contohnya, Luk 1:31: "Engkau mendapat karunia pada Allah" Kej 6:8; Kel 33:16; Ams 12:2.

Dengan membaca semua ayat yang ditunjuk itu, dapat diketahui bahwa ungkapan mendapat karunia pada Allah lazim dalam tradisi Perjanjian Lama sehingga bukan suatu sapaan yang terlalu khusus.

Semuanya ini mungkin agak memusingkan kepala, terutama bagi mereka yang belum terbiasa bergerak dalam dunia Kitab Suci. Namun mudah-mudahan semua unsur "tambahan" yang baru itu akhirnya justru membantu para pembaca atau setidak-setidaknya menyadarkan mereka bahwa tidak mudah menerjemahkan teks asli Kitab Suci dan bahwa terjemahan apa pun mengandung sejumlah kelemahan bahkan kekurangan. Terjemahan apa pun, termasuk yang dimuat dalam PENDALAMAN KITAB SUCI yang diedarkan oleh Lembaga Biblika Indonesia jangan sekali-kali dimutlakkan. Terjemahan itu pun sebaiknya dibandingkan dengan terjemahan lain. Teks ini akan dicetak tebal


Bibliografi
Artikel ini diambil dari:
Leks, Stefan. Sabda Tuhan dan Pembacanya. Kanisius, Yogyakarta.
kembali ke atas