Sejarah Alkitab Indonesia

Mengenal Visi dan Misi Lembaga Alkitab Indonesia

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
Sejarah Alkitab di Indonesia



English/Bahasa Inggris: Getting Acquainted With the Vision & Mission of the Indonesian Bible Society

Daftar isi

Prakata

Sejak tahun 1954, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menjalankan pelayanannya menyediakan Firman Allah kepada Gereja-gereja dan umat Kristiani di Indonesia, sesuai dengan visi dan misi yang dianutnya.

Agar masyarakat kristiani dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang visi dan misi ini, yang akan menjadi landasan kerja semua Lembaga Alkitab yang tergabung dalam Persekutuan Lembaga-Lembaga Alkitab Sedunia (United Bible Societies), maka LAI menerbitkan buku kecil ini. Di dalam buku ini diberikan penjelasan tentang pelayanan Lembaga Alkitab yang meliputi bidang penerjemahan, penerbitan dan penyebaran Alkitab serta bagian-bagiannya. Juga diuraikan secara singkat sejarah terbentuknya Lembaga-lembaga Alkitab.

Semoga buku kecil ini dapat membantu memperluas wawasan kita tentang pekerjaan Lembaga Alkitab Indonesia yang bersama dengan Lembaga-lembaga Alkitab lainnya bertujuan menyebarkan Alkitab dan bagian-bagiannya seluas mungkin, dengan format dan penampilan yang cocok bagi para pembaca, dalam bahasa yang mudah dimengerti, serta dengan harga yang terjangkau masyarakat pada umumnya. Semoga dengan demikian Firman Allah benar-benar dapat menjadi Sumber Hidup bagi Semua.

Kepada Dr. Daud H. Soesilo, konsultan penerjemahan Persekutuan Lembaga-Lembaga Alkitab Sedunia, kami mengucapkan banyak terima kasih atas pekerjaannya menyusun buku ini.

Atas nama Badan Pengurus Lembaga Alkitab Indonesia

Drs. Supardan, M.A. Sekretaris Umum

I. Awal Visi & Misi Lembaga Alkitab

Langka tetapi nyata bahwa Lembaga Alkitab yang pertama di dunia didirikan atas dorongan pengalaman seorang gadis cilik bernama Mary Jones. Kurang lebih dua abad yang lalu Mary dengan orang tuanya tinggal di dekat desa Tyn-ddol di sebelah utara Wales, Inggris. Ayahnya bekerja sebagai seorang penenun yang bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Mary pun sangat rajin bekerja, baik memberi makan ayam, membersihkan rumah, bahkan kalau diperlukan ia tidak segan-segan membantu pekerjaan di luar rumah.

Setiap hari Minggu Mary dengan orang tuanya beribadah di sebuah kapel kecil yang letaknya kurang lebih 3,5 kilometer dari rumah mereka. Mary sangat terpukau pada cerita-cerita Alkitab yang dibacakan di sana, itulah sebabnya ia ingin memiliki Alkitabnya sendiri. Tetapi pada masa itu harga Alkitab sangatlah mahal, dan orang tuanya bukanlah orang yang kaya. Tetapi hal itu tidak menghalangi Mary untuk mewujudkan cita-citanya untuk memiliki Alkitab.

Keinginan Mary telah bulat, ia menjual kayu bakar, telur ayam, bahkan tanpa segan-segan ia mencari pekerjaan pada tetangga-tetangganya, ya pekerjaan apa saja dilakukannya demi cita-citanya. Akhirnya setelah bekerja selama 6 tahun dan menabung seluruh hasil jerih payahnya, Mary memiliki cukup uang untuk membeli sebuah Alkitab. Dari salah seorang gurunya Mary diberitahu bahwa ada seseorang bernama Pak Charles di kota Bala yang menjual Alkitab.

Dengan berbekal tabungan dan makanan secukupnya, Mary yang saat itu berusia 15 tahun, berjalan sejauh 40 kilometer ke kota Bala. Agar sepatunya tidak cepat rusak, Mary berjalan tanpa alas kaki di jalan yang berbatu-batu. Setelah berjalan seharian penuh, tibalah Mary di kota tujuan. Keesokan harinya pagi-pagi sekali Mary mencari rumah Pak Thomas Charles. Setelah tanya ke sana ke mari, akhirnya Mary menemukan rumah Pak Charles. "Pak, saya mau membeli Alkitab, saya sudah menabung selama 6 tahun, ini uangnya, silakan hitung," kata Mary.

Setelah mendengar cerita perjuangan Mary yang selama 6 tahun bekerja keras dan menabung dengan setia untuk dapat membeli sebuah Alkitab, Pak Charles sangat terkesan dan tergerak hatinya. "Nak, kamu beruntung sekali. Di sini hanya tinggal satu Alkitab saja. Ya, inilah Alkitab yang sudah lama kamu tunggu-tunggu."

Pak Charles melepas kepergian Mary dengan tatapan yang mendalam dan penuh kesan sampai Mary tak tampak lagi. Ketika sampai di desanya Mary disambut dengan lambaian tangan dan sorakan sukacita oleh penduduk yang ingin melihat Alkitabnya. Dengan bangga Mary menunjukkan Alkitabnya seraya berkata lirih, "Terima kasih Tuhan Yesus. Terima kasih Pak Charles."

Kesan yang mendalam itu mendorong Thomas Charles untuk menyampaikan pengalaman Mary Jones kepada teman-temannya pada satu pertemuan di London. Ia menyatakan, "Pasti masih banyak Mary Mary yang lain di Wales, di England, di Skotlandia, di Irlandia, bahkan di berbagai negeri yang jauh yang sangat menginginkan mendapat Alkitabnya sendiri."

Mereka pun sepakat, "Kita harus berjuang untuk mendirikan sebuah lembaga untuk mengusahakan pengadaan Alkitab. Ini suatu tanda dari Allah supaya kita berusaha mati-matian mengadakan Alkitab dalam sebanyak mungkin bahasa."

Demikianlah pada awal abad ke-19 telah didirikan Lembaga Alkitab yang pertama di dunia atas dorongan pengalaman seorang gadis kecil Mary Jones. Mula-mula Lembaga Alkitab Inggris yang didirikan pada tanggal 7 Maret 1804 itu dinamakan The Bible Society of Britain and Foreign Parts, tetapi sekarang dikenal sebagai The British and Foreign Bible Society.

Pendirian Lembaga Alkitab Inggris segera disusul dengan pendirian Lembaga Alkitab Belanda (Het Nederlandsch Bijbel Genootschap) pada tahun 1814, dan Lembaga Alkitab Amerika Serikat (The American Bible Society) pada tahun 1816, serta Lembaga-lembaga Alkitab lainnya.

Selanjutnya untuk menggalang persatuan dan kesatuan yang lebih baik, sekaligus untuk koordinasi dana, daya, dan tenaga, Lembaga-Lembaga Alkitab di seluruh dunia pada tahun 1946 bergabung dalam wadah Persekutuan Lembaga-Lembaga Alkitab Sedunia (United Bible Societies). Pada saat ini persekutuan ini beranggotakan 135 Lembaga-lembaga Alkitab yang melayani di lebih 200 negara dan kawasan di seluruh dunia.

II. Pelayanan Alkitab di Indonesia

Sebelum Berdirinya Lembaga Alkitab Indonesia

Jauh sebelum berdirinya Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), menurut sumber yang dapat dipercaya pada tanggal 4 Juni 1814 telah didirikan satu Lembaga Alkitab di Batavia (sekarang Jakarta) di bawah pimpinan Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles. Lembaga Alkitab ini merupakan cabang pembantu dari Lembaga Alkitab Inggris dan dinamakan Lembaga Alkitab Jawa (Java Auxiliary).

Pada tahun 1816 ketika pendudukan Inggris digantikan pendudukan Belanda, Lembaga Alkitab ini diganti namanya menjadi Lembaga Alkitab Hindia-Belanda (Nederlands Oost-Indisch Bijbelgenootschap) atau dikenal juga dengan sebutan Lembaga Alkitab Batavia (Bataviaas Bijbelgenootschap). Tetapi tidak banyak yang diketahui mengenai kegiatan Lembaga Alkitab tersebut.

Yang kita ketahui bahwa sebelum berdirinya LAI, penyebaran Alkitab atau bagian-bagiannya di Indonesia dilakukan oleh dua Lembaga Alkitab tertua di dunia, yaitu Lembaga Alkitab Inggris dan Lembaga Alkitab Belanda. Sampai dengan tahun 1937, Lembaga Alkitab Belanda menyebarkan Alkitab melalui perwakilannya (agen) di Bandung, sedang Lembaga Alkitab Inggris menyebarkan Alkitab melalui perwakilannya di Manila yang mempunyai cabang perwakilan (subagen) untuk Jawa-Bali juga di Bandung. Pada tanggal 1 Januari 1938, kedua agen itu dipersatukan dan berkedudukan di Burgemeester Kuhrweg 7 (sekarang Jalan Purnawarman), Bandung.

Karena berkecamuknya Perang Dunia II sejak tahun 1939, maka pada tanggal 11 November 1940, agen Alkitab tersebut dialihkan ke tangan orang Indonesia. Yang ditunjuk menjadi agen adalah seorang Sarjana Hukum, Mr. G.P. Khouw, yang berkedudukan di Nijlandweg 56 (sekarang Jalan Cipaganti), Bandung. Sementara itu penyebaran Alkitab di saat-saat yang sulit itu berjalan terus melalui depot-depot Alkitab yang tersebar luas di Indonesia dan melalui perseorangan.

Pada tahun 1945, agen Alkitab itu diserahkan kepada Lembaga Alkitab Belanda, dan agennya, Mr. G.P. Khouw dipindahkan ke Makasar (sekarang Ujungpandang). Baru setelah pengakuan dunia internasional atas kedaulatan Indonesia, agen Alkitab dipindahkan ke Jakarta pada tahun 1950 dan berkedudukan di Jalan Teuku Umar 34.

Berdirinya LAI

Pada tahun 1950, yaitu pada tahun yang sama Republik Indonesia diterima menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, beberapa tokoh kristiani terkemuka mulai memprakarsai berdirinya LAI. Sejalan dengan aspirasi kemerdekaan bangsa dan negara, timbullah keinginan untuk berdiri di atas kaki sendiri, bertanggung jawab penuh atas lembaga gerejawi, pengadaan serta penyebaran Alkitab.

Walaupun berdirinya Lembaga Alkitab nasional yang mandiri telah diusahakan sejak tahun l951, tetapi realisasinya baru pada tanggal 9 Februari 1954 yaitu pada waktu penandatanganan Akta Notaris pendirian Lembaga Alkitab Indonesia sebagai yayasan di hadapan Notaris Elisa Pondaag. Akta Notaris yang bernomor 101 tersebut mencatat susunan pengurus LAI yang pertama.

Susunan Badan Pengurus Yayasan LAI yang pertama adalah:

Ketua: Dr. Todung Sutan Gunung Mulia

Wakil Ketua: Elvianus Katoppo

Panitera/Bendahara: Mr. Giok Pwee Khouw

Anggota biasa: Ny. Tjitjih Leimena Ds. Petrus Dominggus Latuihamallo Ds. Mas Komarlin Tjakraatmadja Ds. Pouw Ie Gan Ds. Raden Saptojo Judokusumo

Sementara itu pada tahun 1952, Lembaga Alkitab Indonesia diterima sebagai anggota madia (associate member) dari Persekutuan Lembaga-Lembaga Alkitab Sedunia pada persidangannya di Ootacamund, India; dan diterima menjadi anggota penuh (full member) pada persidangan Perserikatan Lembaga-Lembaga Alkitab Sedunia di Eastbourne, Inggris, pada bulan April 1954.

Sejak berdirinya LAI, yang pernah bertugas sebagai Sekretaris Umum LAI adalah:

G. P. Khouw, S.H.
Ph. J. Sigar, S.H.
Pdt. W. J. Rumambi
Pdt. Chr. A. Kiting

Dan sejak tahun 1989 sampai sekarang adalah Drs. Supardan, M.A.

Visi dan Misi LAI

Sesuai dengan Pembukaan Anggaran Dasar Yayasan LAI (Akta Notaris Lieke L. Tukgali, S.H. tanggal 21 November 1996, No. 68) dinyatakan sebagai berikut:::"Atas berkat dan rahmat Tuhan Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh ungkapan syukur untuk melayani Gereja, umat Kristiani dan masyarakat luas maka didirikanlah Yayasan Lembaga Alkitab Indonesia pada tanggal 9 Februari 1954 (sembilan Februari seribu sembilan ratus lima puluh empat) di Jakarta.

Yayasan Lembaga Alkitab Indonesia adalah anggota penuh Persekutuan Lembaga-Lembaga Alkitab Sedunia (United Bible Societies, disingkat UBS), sejak bulan April 1954. Tugas pokok Lembaga-Lembaga Alkitab adalah menyebarkan Alkitab sebagai Firman Allah.
Tugas tersebut dilaksanakan dengan menerjemahkan Alkitab ke dalam berbagai bahasa tanpa catatan dan tafsiran doktrinal, mencetak, memproduksi, menerbitkan serta menyebarkannya dalam jumlah yang tepat pada waktu yang dibutuhkan, dengan harga yang dapat dijangkau oleh semua orang.
Dengan melaksanakan tugas tersebut diharapkan umat manusia dapat hidup berpengharapan melalui pemahaman terhadap Firman Allah dan akhirnya mengakui Yesus Kristus sebagai Juruselamat mereka."

Secara khusus dalam Pasal 5 dan 6 Anggaran Dasar Yayasan Lembaga Alkitab Indonesia disebutkan tujuan dan usahanya:::"Yayasan ini bertujuan membantu, mendukung dan melengkapi Gereja, umat kristiani dari berbagai denominasi, dan lembaga-lembaga penyebar Kabar Baik, melalui pengadaan Alkitab dan bagian-bagiannya, agar dapat melaksanakan tugas persekutuan, kesaksian dan pelayanan dengan sebaik-baiknya."

"Untuk mencapai tujuan yang tersebut dalam Pasal 5, Yayasan ini melakukan usaha-usaha sebagai berikut:
1. menerjemahkan Alkitab ke dalam berbagai bahasa
2. memproduksi, mencetak dan menerbitkan Alkitab dan bagian- bagiannya
3. mempromosikan, mengembangkan dan meningkatkan penggunaan dan penyebaran Alkitab
4. menggalang kerjasama dan dukungan masyarakat dan pemerintah."

Jadi, Lembaga Alkitab Indonesia bukanlah organisasi gereja, tetapi keberadaannya untuk membantu semua gereja dan golongan kristiani dalam upaya pengadaan Kitab Suci. LAI hadir untuk menerjemahkan, menerbitkan dan menyebarkan Alkitab maupun bagian-bagiannya dalam bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah. Dan selalu diusahakan agar penerbitan LAI dalam bahasa yang mudah dimengerti, dalam bentuk yang menarik dan disukai, serta disebarkan dengan harga yang mudah dijangkau oleh khalayak ramai.

Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, LAI membagi tugas kerja dalam 7 departemen: Departemen Penerjemahan, Departemen Produksi dan Percetakan, Departemen Penyebaran, Departemen Keuangan, Departemen Gereja dan Masyarakat, Departemen Penelitian dan Pengembangan, Departemen Administrasi Umum dan Sumber Daya Manusia, ditambah Pusat Pelayanan Komputer dan Biro Informasi. Semua Departemen, Pusat Pelayanan Komputer dan Biro Informasi berkantor di Jalan Salemba Raya 12, Jakarta, kecuali Departemen Penerjemahan yang berkedudukan di Jalan Jendral A. Yani 90, Bogor, dan Departemen Produksi dan Percetakan sejak tahun 1995 berlokasi di Jalan Roda Pembangunan 96, Nanggewer Km. 49, Cibinong, Bogor. Dalam pelaksanaan tugasnya di daerah, LAI ditunjang oleh Perwakilan-perwakilan LAI di berbagai wilayah di Indonesia, yaitu di kota Medan, Ujungpandang, Manado, dan Jayapura.

Sedang dalam bidang penyebaran telah dijalin kerja sama dengan Penyalur-penyalur Utama (Pertama) LAI yaitu Toko Buku Yayasan Immanuel, PT Gapura Jasa Murni, PT BPK Gunung Mulia, PT Muliapurna Jayaterbit, Toko Buku Yayasan Kalam Hidup dan Lembaga Literatur Baptis.

III. Penerjemahan Alkitab

Tugas pertama dalam maksud dan tujuan pendirian Lembaga Alkitab Indonesia adalah menghasilkan terjemahan Alkitab (Kitab Suci, Bijbel), Testamen dan bagian-bagiannya yang setia pada makna naskah Alkitab dalam bahasa-bahasa aslinya (Ibrani, Aram dan Yunani) ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah di Indonesia yang mudah dimengerti oleh penuturnya. Memang penerjemahan Alkitab merupakan tulang punggung dan masih merupakan misi utama pelayanan Lembaga Alkitab.

Tetapi tentunya ada yang bertanya, "Mengapakah Alkitab harus diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa? Mengapa tidak dipertahankan saja dalam bahasa-bahasa aslinya?"

Selain tidak banyak orang yang menguasai ketiga bahasa Alkitab sekaligus, ternyata penerjemahan Alkitab merupakan mandat dari Alkitab itu sendiri.

Mandat Penerjemahan Alkitab

Pertama, dasar penerjemahan Alkitab yang pertama dan terutama adalah penjelmaan Sang Sabda. Yesus dalam penjelmaan-Nya menjadi manusia telah memberi satu teladan, yaitu bagaimana Sabda telah menjadi manusia dan tinggal di antara manusia (Yoh. 1:14). Sang Sabda telah datang dan menyatakan diri dalam keadaan manusia secara total dan masuk dalam situasi manusia seutuhnya, yaitu dalam bahasa dan kebudayaan orang-orang yang dikunjungi dan dilayani-Nya (lihat juga Flp. 2:7). Jadi, komunikasi keselamatan Allah kepada manusia bukanlah dalam bahasa surgawi atau bahasa malaikat, tetapi dengan bahasa dan kebudayaan manusia di mana Sang Sabda tinggal, bertemu, menyapa, menegur, mengenal, melayani, serta menyelamatkan.

Kedua , pada hari Pentakosta yang pertama (Kis. 2:1-13) telah digariskan pola utama bagaimana kabar keselamatan dari Allah disampaikan dalam berbagai bahasa dan budaya. Kehadiran kuasa Allah memuat pesan yang dinyatakan dalam kemampuan berbicara dalam bahasa-bahasa lain. Dengan kata lain, Kabar Baik dari Allah diberitakan kepada semua orang sesuai dengan bahasa yang mereka pakai di tempat asal masing-masing. Daftar yang panjang ini sangat menarik, karena semua bahasa yang dipakai oleh suku-suku dan bangsa-bangsa di dunia purba saat itu terwakili! Jadi, kabar kesukaan harus disampaikan kepada semua bangsa dan dalam berbagai bahasa.

Ketiga, berhubungan dengan janji dalam Alkitab yang memberikan pengharapan bahwa kelak setiap orang akan memuji dan memuliakan Tuhan Allah dalam bahasanya masing-masing (Rm. 14:11).

Penerjemahan Alkitab di Indonesia

Penerjemahan Alkitab di Indonesia mengukir sejarah tersendiri karena Injil Matius yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Albert Cornelisz Ruyl (1629) merupakan pertama kalinya suatu bagian Alkitab diterjemahkan ke dalam satu bahasa yang bukan bahasa Eropa. Peristiwa bersejarah ini dicatat oleh Lembaga Alkitab Inggris dan Persekutuan Lembaga-Lembaga Alkitab Sedunia sebagai berikut: "Injil Matius pertama dalam bahasa Melayu yang dicetak pada tahun 1629 merupakan peristiwa yang penting, sebab inilah terjemahan dan terbitan bagian Alkitab yang pertama dalam bahasa non-Eropa untuk kepentingan penginjilan."

Karya Ruyl yang langka ini sekarang disimpan di Wurttembergische Landesbibliothek di Stuttgart, Jerman, dan British Museum di London, Inggris. Pada bagian akhir dari terbitan ini dimuat juga Sepuluh Perintah Allah, Nyanyian Zakharia, Nyanyian Malaikat, Nyanyian Maria, Nyanyian Simeon, Pengakuan Iman Rasuli, beberapa petikan Mazmur, Doa Bapa Kami, dan beberapa doa lain.

Nama-nama lain yang berjasa dalam bidang penerjemahan Alkitab di Indonesia sebelum didirikannya LAI antara lain::Daniel Brouwerious (P.B. Melayu, 1668)

Melchior Leijdecker dkk. (Alkitab Melayu, 1733)
Johannes Emde dkk. (P.B. Melayu dialek Surabaya, 1835)
Hillebrandus Cornelius Klinkert (P.B. Melayu rendah dialek Semarang, 1863; Alkitab Melayu tinggi, 1879)
William Girdlestone Shellabear dkk. (P.B. Melayu Baba, 1913; Alkitab Melayu aksara Jawi 1912, aksara Latin 1929)
Werner August Bode dkk. (P.B. Melayu dialek Indonesia Timur, 1938)

Catatan: Gabungan P.L. Klinkert dan P.B. Bode yang diterbitkan oleh LAI pada tahun 1958 sering dikenal sebagai Terjemahan Lama (TL).

Sedang yang berjasa dalam penerjemahan Alkitab dalam berbagai bahasa daerah di Indonesia antara lain::Gottlob Bruckner dkk. (P.B. Jawa 1829, Alkitab 1854)

Johann Friederich Becker dkk. (P.B. Dayak Ngaju 1846, Alkitab 1858)
I. Esser dkk. (P.B. Sunda 1877, Alkitab 1891)
Herman Neubronner van der Tuuk dkk. (P.B. Batak Toba 1878, Alkitab 1894)
A. Schreiber dkk. (P.B. Batak Angkola 1879)
F. Kelling dkk. (P.B. Siau/Sangihe 1883)
Benjamin Frederick Matthes dkk. (P.B. Bugis-Makasar 1888, Alkitab 1900)
Ludwich Ernst Denninger dkk. (P.B. Nias 1892, Alkitab 1911)
E.J. van den Berg dkk. (P.B. Batak Karo 1928)
Nicolaus Adriani dkk. (P.B. Pamona 1933)
Clara M.J. Steller dkk. (P.B. Sangir 1942)
K. Riedel dkk. (P.B. Mori 1948)
Pieter Middelkoop dkk. (P.B. Timor Dawan 1948)
H. van der Veen dkk. (P.B. Toraja 1951)
P. Voorhoeve dkk. (P.B. Simalungun 1953)
Louis Onvlee dkk. (P.B. Kambera 1961, dan P.B. Wewewa, 1970)

Statistik Terakhir Penerjemahan Alkitab di Indonesia

Menurut catatan terakhir Lembaga Alkitab Indonesia per 31 Desember 1997, dari 701 bahasa di Indonesia yang dilaporkan dalam buku Ethnologue, sudah ada 142 bahasa yang memiliki terjemahan Alkitab, Perjanjian Baru atau salah satu buku dari Alkitab. Adapun perinciannya sebagai berikut:

Alkitab (P.L. + P.B.) 16 bahasa
P.B. + 40% P.L. 6 bahasa
P.B. 32 bahasa
Satu buku 86 bahasa
Jumlah 142 bahasa

Jelaslah bahwa tugas belum rampung.

Seperti disepakati pada Sidang Raya Persekutuan Lembaga-Lembaga Alkitab Sedunia di Mississauga, Ontario, Kanada, pada tanggal 26 September-3 Oktober 1996, bahwa Lembaga-lembaga Alkitab bekerja sama dengan badan-badan kristiani lainnya akan memprogramkan agar pada tahun 2010 akan tersedia:

  1. Terjemahan Alkitab lengkap dalam bahasa yang mudah dipahami bagi bahasa yang penuturnya lebih dari 500.000 orang.
  2. Terjemahan Perjanjian Baru dalam bahasa yang mudah dipahami bagi bahasa yang penuturnya lebih dari 250.000 orang.
  3. Terjemahan salah satu buku dari Alkitab dalam bahasa yang mudah dipahami bagi bahasa yang penuturnya lebih dari 100.000 orang.

Mengapa Diusahakan Revisi dan Terjemahan Baru

Pertama, penerjemah Alkitab masa kini memiliki akses atau akan mempunyai akses pada teks Ibrani, Aram dan Yunani yang lebih baik, yaitu yang lebih tua dan lebih mendekati aslinya. Misalnya, pada tahun 1947-1956, ditemukan gulungan-gulungan naskah kuno Perjanjian Lama di gua-gua Khirbet Qumran, dan daerah sekitarnya seperti Masada, Nahal Hever, Wadi Murabba'at, Nahel Se'elim, Khirbet Mird, Nahal Mishmar dekat Laut Mati. Naskah lengkap Perjanjian Lama ini berasal dari abad ke-3 S.M. sampai abad ke-1 M.

Kedua, perkembangan penyelidikan-penyelidikan Alkitab dan penemuan-penemuan ilmiah dalam bidang bahasa-bahasa dan penafsiran Alkitab membantu para penerjemah masa kini lebih memahami arti teks dalam bahasa-bahasa asli Alkitab, dan oleh karenanya lebih dapat menghasilkan terjemahan yang lebih setia pada makna teks asli.

Ketiga, dengan penemuan-penemuan dalam bidang Ilmu Bahasa kita lebih memahami tugas penerjemahan. Misalnya, dengan ditemukannya metoda penerjemahan yang baru yang menekankan makna dan fungsi teks yaitu Metoda Penerjemahan Dinamis-Fungsional yang diterapkan pada Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) dan Alkitab bahasa Inggris Good News Bible (GNB) atau Today's English Version (TEV) serta Contemporary English Version (CEV), mutu terjemahan makin dapat ditingkatkan sehingga arti serta fungsi naskah asli makin jelas diungkapkan. Sebaliknya, kita menyadari bahwa metoda penerjemahan tradisional (Metoda Harfiah) yang menekankan pengalihan bentuk bahasa dari naskah sumber ke dalam bahasa sasaran, tidak membawa hasil yang maksimal karena adanya perbedaan bentuk bahasa yang satu dengan bahasa yang lain.

Keempat, terjemahan Alkitab juga perlu direvisi agar dapat menggunakan bahasa sasaran yang terkini yang mencerminkan perubahan dan perkembangan bahasa mutakhir. Karena ciri khas bahasa yang hidup adalah berubah dan berkembang. Dengan menggunakan bahasa sasaran yang terkini berarti tidak membuka peluang pada komunikasi makna Alkitab yang keliru dan tidak dimaksudkan dalam teks aslinya. Misalnya, Perjanjian Baru Terjemahan Baru yang sudah populer pun baru saja direvisi dan diterbitkan pada bulan Oktober 1997. Terbitan ini dikenal dengan Terjemahan Baru edisi kedua (TB2).

Akhirnya, dengan disediakannya revisi dan terjemahan yang baru diharapkan Roh Allah dapat menyentuh hati manusia yang membacanya sedemikian rupa sehingga yang bersangkutan dapat membuka hati dan hidupnya kepada Yesus Kristus, Sang Firman Allah yang adalah Sumber Hidup bagi semua orang. Hal ini sangat sesuai dengan tema pelayanan dalam windu ini bagi seluruh Lembaga Alkitab yang tergabung pada Persekutuan Lembaga-Lembaga Alkitab Sedunia yaitu "Firman Allah: Sumber Hidup Bagi Semua" (God's Word: Life for All).

IV. Penerbitan Alkitab

Tugas LAI kedua adalah menerbitkan apa yang sudah diterjemahkan. Misi yang diemban oleh LAI ini adalah mengalihkan dari naskah terjemahan menjadi hasil cetakan atau terbitan baik berupa Alkitab, Testamen maupun bagian-bagiannya, dengan bentuk dan penampilan yang sebaik mungkin serta sesuai dengan keperluan dan selera masyarakat pengguna Alkitab, dan dengan harga semurah mungkin.

LAI bersyukur karena pada bulan Februari 1966, dengan dukungan pemerintah Republik Indonesia dan Persekutuan Lembaga-Lembaga Alkitab Sedunia telah diresmikan sebuah percetakan untuk menunjang tugas pencetakan Alkitab dalam bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Percetakan LAI yang pertama tersebut terletak di Ciluar, 2,5 km dari kota Bogor.

Akan tetapi sesudah 25 tahun bekerja terus-menerus, mesin-mesin cetak yang diterima LAI sebagai hibah murni itu sudah sangat tidak efisien dan tempat kerja menjadi terlalu sempit dibanding dengan banyaknya jumlah Alkitab yang harus dicetak.

Dengan berkat Tuhan dan dukungan umat kristiani bersama Tim Aksi Sabda, maka pada tahun 1995 telah berhasil didirikan Percetakan LAI yang baru di Jalan Roda Pembangunan 96, Nanggewer Km. 49, Cibinong, Bogor. Kebaktian Syukur diadakan pada tanggal 25 Mei 1995, dan pembukaan resminya dilakukan oleh Menteri Agama Republik Indonesia pada tanggal 4 Oktober 1995. Percetakan yang baru ini luasnya 4.000 m2 dan terletak di atas tanah seluas 11.270 m2, yaitu dua kali lebih luas dari bangunan lama dan tanah percetakan di Ciluar. Dengan sarana yang baru ini diharapkan LAI dapat memenuhi harapan gereja dan umat Kristen akan Alkitab.

Syukur kepada Tuhan karena Percetakan LAI di Nanggawer sudah mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan. Kalau pada tahun-tahun sebelumnya produksi hanya berkisar antara 700 ribu - 2 juta eksemplar Alkitab dan Testamen per tahun, saat ini sudah berhasil menembus angka 2 juta eksemplar. Jumlah tersebut belum termasuk pencetakan Alkitab pesanan Lembaga Alkitab Malaysia yang berjumlah 35.000 eksemplar.

Sesuai laporan Departemen Produksi LAI bahwa pada tahun 1996/1997 target produksi direncanakan sebanyak 4,067 juta Alkitab dan bagian-bagiannya. Walau dalam realisasinya target ini tidak tercapai, namun produksi Alkitab dan Testamen, yang dapat dianggap sebagai indikator kemampuan Percetakan LAI dalam memenuhi panggilan tugas pengadaan Alkitab dan bagian-bagiannya, khususnya dalam hal kuantitas, memberikan gambaran yang lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Hal di atas terlihat dari data berikut:

Keterangan 1993/94 1994/95 1995/96 1996/97
Alkitab 523.991 443.845 585.885 750.308
Testamen 227.710 537.741 1.073.450 1.295.450
Portion 884.135 157.090 200.020 103.640
N.R. Portion 242.100 18.980 8.600 -
Selection 4.996.441 1.748.564 2.855.910 1.394.933
N.R. Selection 3.636.800 615.050 204.000 337.900
Jumlah: 10.511.177 3.521.252 4.927.865 3.882.231

Untuk mengatasi kelemahan dalam bidang perencanaan dan pengawasan baik dalam proses produksi maupun produknya telah juga dilakukan upaya perbaikan melalui penyempurnaan sistem dan pembinaan sumber daya insani.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan kualitas produk, saat ini sedang diusahakan mengumpulan dana untuk penambahan mesin cetak dan peralatan lainnya. Diharapkan pada masa mendatang kebutuhan Alkitab dan bagian-bagiannya dapat dipenuhi dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan dengan kualitas produk yang baik.

Patut dicatat bahwa baru-baru ini LAI telah mendapat kepercayaan dari Lembaga Alkitab Amerika Serikat (The American Bible Society) untuk mencetak Alkitab bahasa Inggris (CEV) satu terjemahan mutakhir yang menggunakan metoda penerjemahan Dinamis-Fungsional.

V. Penyebaran Alkitab

Tugas LAI ketiga adalah menyebarkan apa yang sudah diterjemahkan dan diterbitkan. Seperti halnya dalam bidang penerjemahan dan penerbitan, dalam mengemban tugas penyebaran ini LAI pun bekerja sama dengan semua gereja dan golongan Kristen. LAI bermisi untuk menyebarkan seluas-luasnya dan seefektif mungkin Alkitab, Testamen dan bagian-bagiannya untuk memenuhi kebutuhan gereja dan masyarakat kristiani dari berbagai denominasi, yang meliputi anak-anak, kaum muda, kaum perempuan, pelajar dan mahasiswa, masyarakat kota maupun pedesaan, para aksarawan baru (New Readers), penyandang cacat (termasuk Alkitab braille), bahkan Alkitab dalam media elektronik (kaset, video, disket dan cakra padat/CDROM).

Kalau mula-mula Departemen Penyebaran LAI terlibat langsung mulai dari kegiatan promosi sampai pendistribusian Alkitab baik secara langsung dari Jakarta maupun melalui Perwakilan-perwakilan LAI di daerah, maka sejak tanggal 1 November 1992 telah dijalin kerja sama antara LAI dengan Penyalur-penyalur Utama (Pertama) LAI khususnya dalam bidang penyebaran Alkitab dan bagian-bagiannya. Pada saat ini Pertama LAI meliputi Toko Buku Yayasan Immanuel, PT Gapura Jasa Murni, PT BPK Gunung Mulia, PT Muliapurna Jayaterbit di Jakarta; Toko Buku Yayasan Kalam Hidup dan Lembaga Literatur Baptis di Bandung, beserta semua cabangnya di seluruh Indonesia.

Penyebaran Alkitab melalui Pertama LAI untuk tahun 1996/1997 berjumlah 284.940 atau 46,27% dari jumlah yang ditargetkan sebesar 615.810 eksemplar. Hal ini bukan saja disebabkan oleh masalah pembayaran dari pihak Pertama LAI, tetapi juga karena masalah keterbatasan persediaan Alkitab, yang adakalanya masih tergantung pada faktor pendukung di luar LAI, seperti perusahaan indeks, film dan bahan asesoris lainnya.

Sesuai dengan laporan Departemen Penyebaran, memang jumlah yang dapat disebarkan sangat tergantung dari tingkat produksi Percetakan LAI. Karena angka produksi tidak tercapai, begitu juga target penyebaran 1996/1997 sebesar 5,3 juta tidak tercapai. Angka penyebaran yang dapat direalisasikan hanya sekitar 4 juta atau 75,57% dari target penyebaran. Ketidaksesuaian waktu antara permintaan dengan ketersediaan Alkitab dan Testamen juga menyebabkan hilangnya kesempatan hingga produk tidak sempat didistribusikan bahkan justru menambah persediaan. Namun demikian penyebaran Alkitab pada tahun 1996/1997 ini juga untuk pertama kalinya mencapai angka di atas 650 ribu eks. Hal ini dapat dilihat dari data berikut:

Keterangan 1993 1994 1995 1996 1997
Alkitab 549.428 541.075 448.218 576.456 652.196
Testamen 708.477 225.037 539.426 1.027.504 1.294.784
Jumlah: 1.257.905 766.112 987.644 1.603.960 1.946.880

VI. Memasuki Abad ke-21

Di penghujung abad ke-20 dan di ambang pintu milenium ke-3, dunia kita ini terasa makin kecil, dan globalisasi makin menjadi kenyataan. Walau secara keseluruhan taraf kehidupan terus membaik, tetapi masalah kemiskinan, konflik sosial, ketidakadilan, kekerasan, peperangan, bencana alam dan wabah penyakit masih merajalela. Bahkan individualisme dan konsumerisme makin menjadi-jadi. Itulah sebabnya manusia makin mencari makna dan tujuan hidup ini.

Ini berarti bahwa di waktu mendatang peranan Lembaga Alkitab akan semakin bertambah dalam upayanya menerjemahkan, menerbitkan dan menyebarkan Alkitab sebab Firman Allah adalah Sumber Hidup dan Pengharapan bagi semua orang.

Untuk itulah semakin perlu digalang kemitraan antara LAI dengan umat kristiani dan badan-badan Kristen lainnya dalam menghadapi tantangan zaman di masa ini dan di masa yang akan datang khususnya dalam pengadaan dan penyaluran firman Tuhan dalam bahasa yang mudah dimengerti, dalam bentuk yang disukai dan dengan harga yang terjangkau.

Di sinilah peran Departemen Gereja dan Masyarakat dalam menggalang mitra dan penyandang dana sangatlah menonjol, baik melalui program-program yang sudah ada seperti Sahabat Alkitab, Tangan Yang Menopang, Satu Dalam Kasih, Hari Doa Alkitab, maupun melalui pendekatan dan kiat-kiat lainnya. Khususnya di era kemandirian LAI yang tidak lagi menerima bantuan pendanaan dari UBS, maka penggalian dana dan perluasan jaringan kerja dalam negeri sangatlah menentukan.

Begitu juga peran Departemen Keuangan sangatlah vital dalam mengelola dan mengawasi dana operasi dan anggaran LAI untuk memastikan agar semua aktivitas departemen-departemen benar-benar menunjang hasil terjemahan yang berkualitas tinggi, produksi yang ekonomis dan efisien, serta penyebaran yang efektif.

Selain tugas rutin dalam membina dan meningkatkan sumber daya insani, peran Departemen Adminstrasi Umum dan Sumber Daya Manusia sangatlah penting dalam memastikan partisipasi pemuda dan perempuan dalam pelayanan Alkitab.

Perkembangan dalam bidang informasi dan komunikasi tidaklah dapat disangkal. Itulah sebabnya kehadiran Pusat Pelayanan Komputer dan Biro Informasi sangatlah diperlukan.

Departmen Penelitian dan Pengembangan pun perlu memajukan penelitian-penelitian yang akan meningkatkan serta memajukan usaha penerjemahan, penerbitan dan penyebaran Alkitab, Testamen dan bagian-bagiannya.

Secara khusus, usaha peningkatan mutu terjemahan Alkitab haruslah dimulai dengan usaha merekrut dan melatih tenaga penerjemah yang berkelayakan serta memastikan pendidikan lanjutan yang memadai dan berkesinambungan. Oleh karena itu tim-tim penerjemahan haruslah mendapat bimbingan yang memadai dan intensif dari para pembina penerjemahan LAI. Begitu juga usaha pengadaan buku Pedoman Tafsiran Alkitab dan buku panduan lain bagi para penerjemah perlu ditingkatkan lagi.

Panduan untuk menyediakan teks Alkitab bagi pembaca khusus seperti kaum tuna netra, buta aksara, anak-anak dan pemuda, perlu diteliti dan disiapkan sebaik-baiknya. Begitu juga pengembangan petikan teks Alkitab dalam bentuk kaset, video dan media elektronik lainnya perlu disediakan secara profesional dan serius.

Itulah sebabnya kemitraan dengan Sekolah-sekolah Tinggi Teologi, Seminari, Gereja, Perguruan Tinggi dan badan-badan kristiani lainnya perlu semakin ditingkatkan. Karena tugas semakin kompleks, tantangan semakin besar, dan tidak ada satu organisasi pun yang memiliki cukup sumber daya insani, kepakaran, daya dan dana untuk menjawab tantangan zaman di abad ke-21. Hanya dengan membina kemitraan dan meningkatkan jaringan kerja, misi yang Tuhan percayakan dapat dilaksanakan dengan baik.

Pengalaman sudah membuktikan bahwa kerap kali organisasi-organisasi dan denominasi-denominasi gereja yang tidak mungkin bersatu atau bekerja sama karena perbedaan latar belakang konfesi teologis, historis, etnis, sosial-budaya dan lain-lain, justru rela bekerja sama melalui wadah Lembaga Alkitab dalam mengemban misi menerjemahkan, mengadakan dan menyebarluaskan firman Allah.

Seperti kata pepatah, "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." Ya, hanya dengan bersatu padu kita dapat memperluas visi kita. Bukankah masih banyak Mary Jones, Mary Jones masa kini yang masih menunggu kesempatan mendapatkan firman Allah dalam bahasa ibunya yang jelas dan mudah dimengerti, dalam bentuk yang menarik, dan dengan harga yang terjangkau? Kalau bukan kita yang rela dipanggil dan rela memikul beban untuk mengemban misi yaitu mendukung dengan doa dan dana seluruh usaha penerjemahan, penerbitan dan penyebaran firman Sumber Hidup, siapakah lagi?

Sumber Pustaka

  • "Asia-Pacific Regional Leadership Consultation." Bible Society Publishing World Newsletter. (February, 1998):3,5.
  • "Dari Ciluar ke Nanggewer." Berita LAI 5 (1995):4-5.
  • Firman Allah Sumber Hidup Bagi Semua. Laporan Tahunan 1997. Tema: Keluarga yang Rukun dan Saling Membangun. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1997.
  • "God's word: Life for All. UBS World Assembly. Mississauga, Canada, 26 September-October 3, 1996." UBS Bulletin 178/179 (1997).
  • Grimes, Barbara F., ed. Ethnologue: Languages of the World. 12th ed. Dallas: Summer Institute of Linguistics, 1992.
  • Mary Jones and Her Bible. Video. Swindon: British & Foreign Bible Society.
  • Mississauga World Assembly. Video. Reading: United Bible Societies, World Service Center.
  • Proyek Khusus Terbitan dan Penyebaran 1995. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1994.
  • Soesilo, Daud H. Mengenal Alkitab Anda. Ed. ke-3. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1995.
  • Swellengrebel, J.L. In Leijdeckers Voetspoor. Anderhalve Eeuw Bijbelvertaling En Taalkunde in De Indonesische Talen. Deel I. Amsterdam: Nederlands Bijbelgenootschap, 1974.
  • ________. In Leijdeckers Voetspoor. Anderhalve EeuwBijbelvertaling En Taalkunde in De Indonesische Talen. Deel II. Haarlem: Nederlands Bijbelgenootschap, 1978.
  • "The Bible Societies of the World. Annual Report for the Year 1996." UBS Bulletin 180/181 (1997).

Disusun dan disunting oleh Compiled and edited by Daud H. Soesilo

English/Bahasa Inggris: Getting Acquainted With the Vision & Mission of the Indonesian Bible Society

Artikel ini diambil dari:
Software SABDA versi 2, 1999
kembali ke atas