Sejarah Alkitab Indonesia

Alkitab Terjemahan Shellabear

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
Mengenal Alkitab Anda
Sejarah Alkitab di Indonesia



Penyebaran Alkitab dalam bahasa Melayu secara teratur baru dimulai pada saat seorang petugas dari Lembaga Alkitab Inggris (BFBS) ditugaskan di Singapura pada tahun 1880. Itulah awal pelayanan Lembaga alkitab di Semenanjung Malaka. Sementara itu pada tahun 1890 Uskup Hose dari Gereja anglika di Singapura menyampaikan keluhan kepada Lembaga Alkitab Inggris karena revisi Perjanjian Baru yang disiapkan oleh Keasberry sudah sulit dipahami. Ia segera menyiapkan terjemahan Matius. Tetapi yang akhirnya muncul menjadi penerjemahan utama adalah William Girdlestone Shellabear.

William Shellabear dilahirkan pada tahun 1863 dari satu keluarga terpandang di Inggris. Setelah mendapat pendidikan militer, ia menjadi seorang perwira tentara Inggris yang mula-mula ditugaskan di Gosport pada tahun 1885. Di situlah ia berhubungan dengan calon-calon misionaris LMS yang dididik di kota itu. Di sanalah juga ia bertemu dengan calon istrinya yang membimbingnya untuk menyerahkan hidupnya kepada Kristus. Pada tahun 1886 ia ditugaskan ke Singapura sebagai komandan dan pasukan Melayu yang menjaga pelabuhan di sana. Karena tidak puas berbicara memakai penerjemahan, Shellabear belajar bahasa Melayu dari seorang penduduk setempat yang bernama Encik Ismail yaitu seorang bekas murid dari Benjamin Keasberry. Dengan bantuan beberapa anggota Gereja Metodis, Shellabear mulai menerjemahkan Sepuluh Perintah Allah, Khotbah Yesus tentang Kebahagiaan yang Sejati, dan beberapa nyanyian rohani ke dalam bahasa Melayu.

Tekadnya untuk menyebarkan Firman Allah dalam bahasa Melayu memang sudah bulat. Shellabear berhenti dari dinas tentara pada tahun 1890 dan mulai bekerja sebagai seorang misionaris Metodis. Ia merintis pendirian sebuah percetakan di Singapura yang kemudian menjadi Penerbit Metodis dan sekarang disebut Penerbit Malaya. Bersama Uskup Hose dari Gereja Anglikan dan W.H. Gomes dari the Society for the Propagation of the Gospel, ia ditunjuk untuk memulai terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu. Buku Matius diselesaikan panitia ini dan dicetak pada tahun 1897. Pada tahun 1899 ia mendapat tugas dari lembaga Alkitab untuk menjadi penerbitan utama Perjanjian Baru dalam bahasa Melayu. Untuk memperbaiki bahasa Melayunya, Shellabear pindah ke Malaka. Yang membantu mengoreksi pekerjaannya adalah Dr. H. L. E. Leuring dan Uskup Hose, dan dalam bidang bahasa Melayu Shellabear sempat berkonsultasi dengan Datuk Dalam dari Johor yang disebutnya sebagai salah seorang anak dari Munsyi Abdullah. Terjemahan Perjanjian Baru diselesaikannya pada tahun 1904 dan dicetak pada tahun 1910. Menanggapi Lembaga Alkitab untuk merevisi Perjanjian Lama terjemahan klinkert, Shellabear membuat terjemahan baru yang diselesaikannya pada tahun 1909 dan diterbitkan dalam huruf Arab (Jawi) pada tahun 1912. Baru pada tahun 1927 - 1929, dicetaklah edisi huruf Latin, satu berdasarkan ejaan bahasa Inggris untuk disebarkan di Semenanjung Malaka, dan yang lain berdasarkan ejaan bahasa Belanda untuk disebarkan di Kepulauan Indonesia. Walau terjemahan Shellabear tidak banyak dipakai di Indonesia, terjemahan ini diterima baik dan merupakan terjemahan yang umum di Semenanjung Malaka dan Singapura.

Sesuatu yang unik dalam terjemahan Shellabear adalah pemakaian kata Isa Almasih untuk Yesus. Terjemahan-terjemahan terdahulu menggunakan Yesus, begitu juga dengan terjemahan-terjemahan yang dikerjakan sesudah Perang Dunia II. Dalam pemikiran Shellabear, Isa Almasih dianggap lebih menjembatani antara isi berita dan kelompok pembacanya. Tetapi lembaga-lembaga Alkitab sepakat bahwa Yesus lebih memberikan arti yang sebenarnya dalam konteks Injil, dan tidak menimbulkan kesan dan pengertian yang keliru.

Berikut ini "Doa Bapa Kami" dalam terjemahan Shellabear:

Ya Bapa kami jang di-shurga,
terhormat-lah kira-nya nama-mu.
Datang-lah keradjaan-mu.
Jadi-lah kehendak-mu:
di-atas bumi seperti di-shurga.
Beri-lah akan kami hari ini makan kami yang sa-hari-harian.
Maka ampunkan-lah hutang-hutang kami,
seperti kami sudah mengampuni orang yang berhutang pada kami.
Jangan-lah membawa kami masok penchobaan,
melainkan lepaskan-lah kami dari pada yang jahat.

(Matioes - Kitab Perjanjian Baharu, British and Foreigh Bible Society, 1910 - terjemahan W. G. Shellabear).


Bibliografi
Artikel ini diambil dari:
Soesilo, Dr. Daud H., Ph.D. 2001. Mengenal Alkitab Anda. Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta.
kembali ke atas