Sejarah Alkitab Indonesia

Perjanjian Baru Terjemahan Gereja Roma Katolik

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
Mengenal Alkitab Anda
Sejarah Alkitab di Indonesia



Sementara Gereja-gereja kristiani Protestan mengusahakan satu Alkitab terjemahan baru melalui Lembaga Alkitab Indonesia, pihak Gereja Roma Katolik juga mengupayakan satu terjemahan baru. Terjemahan yang diberi judul Indjil - Kabar Gembira Jesus Kristus: Kitab Kudus Perdjandjian Baru diterdjemahkan menurut naskah-naskah Junani ini diprakarsai dan ditangani sepenuhnya oleh Gereja Roma Katolik. Penerjemahan adalah Pastor J. Bouma, SVD. Edisi Perjanjian Baru ini diterbitkan oleh Penerbit Arnoldus Ende, Flores pada tahun 1964 dan direvisi pada tahun 1968. Penerjemahan bagian Perjanjian Lama dikerjakan oleh Pater Cletus Groenen dan kawan-kawan. Tetapi proyek penerjemahan Perjanjian Lamanya akhirnya dihentikan pada tahun 1968, yaitu pada saat pihak Gereja Roma Katolik sepakat untuk mengusahakan penerjemahannya melalui Lembaga Alkitab Indonesia.

Inilah "Doa Bapa Kami" dalam Injil terbitan Arnoldus, Ende:

Bapa kami jang di Surga,
Dikuduskanlah NamaMu,
Datanglah KeradjaanMu,
djadilah kehendakMu diatas bumi seperti didalam Surga.
Berilah rezeji jang kami perlu hari ini,
Hapuskanlah utang kami
seperti kami telah menghapus utang orang terhadap kami;
djanganlah masukkan kami kedalam pertjobaan, tetapi bebaskanlah
kami dari jang djahat.

(Injil Jesus Kristus Karangan Mateus - Indjil - Kabar Gembira Jesus Kristus: Kitab Kudus Perdjandjian Baru diterjemahkan menurut naskah-naskah Junani, Arnoldus, Ende 1964).

aan pemerintahan kolonial, lahirlah bahasa-bahasa nasional, bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia. Perkembangan bahasa-bahasa nasional yang pesat ini membuat terjemahan Alkitab yang lama semakin jauh tertinggal. Perubahan situasi politik, sosial, budaya dan keagamaan menurut terjemahan Alkitab yang lebih memadai, yaitu lebih sesuai dengan keadaan yang baru. Sebagai contoh, sebelum kemerdekaan kata "jajahan" berarti "daerah, wilayah" ("...Betlehem, di jajahan Tudea" - Luk. 2:4 Bode/TL), tetapi sekarang "jajahan" mempunyai konotasi negatif "negara yang dijajah oleh penjajah". Perbedaan pemakaian istilah di Indonesia dan di Malaysia juga perlu dipertimbangkan, contohnya "Karena dengan percuma kamu dapat, berikanlah juga dengan percuma" - Mat. 10:8 Bode/TL. Dalam bahasa Malaysia "percuma" sama artinya dengan "cuma-cuma" dalam bahasa Indonesia; sedang dalam bahasa kata "percuma" artinya "sia-sia, tidak berguna". Jadi, ayat tersebut dalam terjemahan Bode masih dimengerti di Malaysia, tetapi di Indonesia justru menimbulkan salah pengertian yang fatal.

Terjemahan yang baru jelas dibutuhkan, hal itu tidak dapat ditawar. Tetapi sementara terjemahan yang baru diusahakan, bagaimanakah kebutuhan alkitab umat Kristiani yang hidup di negara yang baru merdeka itu dapat dipenuhi? Untuk memenuhi kebutuhan sementara, Lembaga Alkitab Indonesia memutuskan untuk menerbitkan terbitan darurat, yaitu gabungan Perjanjian Lama Klinkert (1879) dan Perjanjian Baru Bode (1938). Alkitab yang dicetak pada tahun 1958 inilah yang sekarang dikenal sebagai Terjemahan Lama. Jadi sebenarnya Terjemahan Lama ini bukanlah terjemahan yang paling lama, paling tua atau paling asli, sebab baik Perjanjian Lama Klinkert (1879) maupun Perjanjian Baru Bode (1938) sudah merupakan usaha perbaikan/revisi yang kesekian kalinya.

Untuk keterangan selengkapnya, silahkan membaca lampiran surat pengantar pada Alkitab Bahasa Indonesia (Terjemahan Lama) terbitan tahun 1958 dalam artikel Terjemahan Alkitab dalam Masa Peralihan


Bibliografi
Artikel ini diambil dari:
Soesilo, Dr. Daud H., Ph.D. 2001. Mengenal Alkitab Anda. Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta.
kembali ke atas