Dari Sejarah Alkitab Indonesia
Kitab Mazmur merupakan kitab yang terpanjang dalam Alkitab. Roh Kudus, yang menggerakkan Daud untuk menulis kira-kira 70 dari 150 Mazmur, adalah sebenarnya merupakan penulis kitab ini. Yesus bukan saja mendasarkan suatu argumentasi yang penting tentang keabsahan Mazmur 110 melainkan menguatkan pengilhamannya oleh Roh Kudus ketika Ia berkata: Daud sendiri oleh pimpinan Roh Kudus berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku; duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu (Markus 12:36).
Para penulis lainnya yang mendapat ilham untuk menulis Mazmur adalah Musa, Salomo, Asaf, Etan, Heman, dan anak-anak Korah. Penulis dari kira-kira 50 Mazmur dalam kitab ini tidak diketahui dengan pasti. Kebanyakan dari Mazmur-Mazmur ini adalah nyanyian-nyanyian yang mengungkapkan pujian dan syukur atas kasih dan kesetiaan Sang Pencipta kita. Memang merupakan rencana Allah bagi kita untuk memuji Dia melalui nyanyian, sebagaimana Ia berkata: Bersorak-soraklah bagi Tuhan (Mazmur 100:1). Dalam kelima Mazmur terakhir masing-masing diawali dan diakhiri dengan perkataan: Pujilah Tuhan, yang adalah terjemahan dari istilah Ibrani Haleluya. Nada pikiran peMazmur sering beralih dari perasaan gagal kepada keceriaan. Mazmur-Mazmur ini mengajar kita untuk mengampuni dan menerima diri kita dan orang-orang lain, serta mengungkapkan syukur kepada Allah kita atas keampunan, kesembuhan, dan pemulihan kita.
Mazmur-Mazmur ini juga mengungkapkan doa-doa permohonan untuk kemurahan dan pertolongan serta penyerahan dan kepercayaan. Namun hal lain yang menonjol dalam kitab Mazmur adalah penghargaan tinggi yang diberikan kepada Kitab Suci itu sendiri: Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu (Mazmur 138:2). Allah telah mengangkat Firman-Nya mengatasi segala sesuatu yang lain. Jadi dalam hal ini jelas bahwa Kitab Suci itu sangat penting, dan sikap mengabaikan Firman-Nya pada hakekatnya merupakan penghinaan kepada Allah. Pentingnya Kitab Suci itu disebutkan sekurang-kurangnya 170 kali, di dalam 176 ayat dalam Mazmur 119, terkecuali tiga ayat.
Mazmur-Mazmur ini mengungkapkan pikiran orang yang rindu menyembah dan memuji Bapa Sorgawi kita, Yesus Kristus, dan Roh Kudus.
Walaupun ditulis seribu tahun sebelum kelahiran Yesus, banyak Mazmur-Mazmur yang menunjuk kepada Mesias -- mengenai kelahiran, kehidupan, pengkhianatan, penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan-Nya. Mazmur-Mazmur berikut ini berbicara tentang Yesus Kristus di dalam Perjanjian Baru: 2, 8, 16, 22, 40, 41, 45, 68, 69, 89, 102, 109, 110, 118. Dalam Mazmur 2, Mesias itu adalah Anak Allah yang harus disembah; Mazmur 16:10-11 menyatakan tentang kebangkitan-Nya, Mazmur 22 tentang penderitaan-Nya, dan Mazmur 40 tentang pengorbanan-Nya; dalam Mazmur 45:6 Mesias itu adalah Allah; dalam Mazmur 89 Ia adalah Oknum yang dijanjikan untuk menggenapi perjanjian Allah dengan Daud; dan dalam Mazmur 110 Ia adalah Imam-Raja dan Tuhan dari Daud. Setelah kebangkitan-Nya, Yesus membuka mata para muridNya sehingga mereka melihat Dia di dalam Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur (Lukas 24:27,44), yang berarti seluruh Perjanjian Lama. Ini berarti bahwa orang yang hanya mau membaca Perjanjian Baru saja telah membatasi pengetahuannya tentang Kristus dan kehendakNya bagi kehidupannya.
Mazmur-Mazmur ini memberikan pengetahuan yang dalam mengenai ajaran-ajaran mendasar dalam Alkitab, seperti mengenai Allah sebagai Pencipta dunia ini dan segala sesuatu yang ada di dalamnya (Mazmur 8:3-9; 90:1-2; 104:1-32) dan bahwa Ia adalah Oknum yang mengenal setiap pikiran kita (Mazmur 139:1-18,23-24). Mazmur-Mazmur ini juga menjelaskan perbedaan antara dosa dan kebenaran dan menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya sikap kita terhadap penderitaan dan pergumulan yang kita hadapi setiap hari. Perkataan benar dan kebenaran digunakan kira-kira 130 kali. Perkataan dosa, kesalahan, dan kejahatan ditemukan lebih dari 100 kali yang menyatakan tentang peperangan rohani yang harus kita hadapi setiap hari melawan tipu daya Iblis.
Mazmur-Mazmur tentang hukuman terhadap orang-orang fasik mengajarkan bahwa dosa adalah pemberontakan terhadap Allah dan kekuasaan-Nya. Ketika Roh Allah memimpin para peMazmur untuk berbicara tentang pembalasan atau hukuman atas orang fasik, yang dimaksud bukan pembalasan pribadi melainkan ungkapan tentang kehendak Allah mengenai segala bentuk ketidakadilan dan janji bahwa dosa pada akhirnya akan dihukum: Pembalasan itu adalah hak-Ku, .... demikianlah firman Tuhan (Roma 12:19).
Berbeda dengan Allah yang mutlak sempurna, manusia dinyatakan telah lahir dalam dosa dan karena itu membutuhkan seorang Penebus.
Dalam khotbahnya pada Hari Pentakosta, Petrus mengutip dari kitab Mazmur untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias (Kisah 2:25; Mazmur 16:8-11).
Bibliografi | |
Artikel ini diambil dari: |