Dari Sejarah Alkitab Indonesia
Telah lazim dipercayai bahwa Paulus menulis surat ini sementara ia tinggal di rumah sewaan di Roma (Kisah 28:30), kira-kira 10 tahun sebelum kehancuran Yerusalem oleh Titus, panglima tentara Romawi pada tahun 70 Masehi. Namun penulis yang sebenarnya dari setiap kitab dalam Alkitab ini adalah Roh Kudus yang telah mengilhamkan firmanNya kepada manusia. Surat Ibrani berisi 29 kutipan langsung dan 53 kutipan tak langsung dari Perjanjian Lama.
Keunggulan Kristus merupakan pokok utama dari ke lima fasal yang pertama dari surat Ibrani ini. Allah .....pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan AnakNya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. ....jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, nabi-nabi, imam-imam, Musa dan Taurat: Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar tentang Dia dan firmanNya (Ibrani 1:1-2,4; 2:1; Lihat Ibrani 3:3; 7:21-27).
Penulis Ibrani sangat menjunjung tinggi firman yang tidak mengandung kesalahan: Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. (Ibrani 4:12).
Istilah lebih baik merupakan salah satu kata kunci dalam surat Ibrani. Surat ini mengemukakan perbedaan tuntutan-tuntutan Perjanjian Lama dengan berkat-berkat dalam Perjanjian Baru dan hubungan orang percaya dengan Kristus. Kita memiliki pengharapan yang lebih baik (Ibrani 7: 19); perjanjian yang lebih mulia (Ibrani 8: 6); janji yang lebih tinggi. (Ibrani 8:6). Kesepuluh hukum terukir pada loh-loh batu namun perjanjian Kristus terukir dalam hati kita (Ibrani 8:10) dan sebagai orang percaya kita memiliki jaminan harta yang lebih baik (Ibrani 10:34). Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya (Ibrani 10:35).
Bagi orang Israel, untuk menyembah Allah menurut Perjanjian Lama diperlukan darah dari hewan atau binatang yang tak bercacat yang dipersembahkan setiap hari bagi dosa karena kelalaian karena ketidaksengajaan mereka (Imamat 4:1-3). Namun tidak ada korban bagi dosa yang dilakukan secara sengaja (Bilangan 15:30).
Prinsip mendasar ini tetap berlaku pula sampai pada masa kini di bawah Perjanjian Baru. Jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman (Ibrani 10:26-27; bandingkan Roma 6:1-2).
Perjanjian Baru hanya menuntut satu korban persembahan saja yaitu Anak Domba Allah yang sempurna (Wahyu 5:6,12; 13:8). Hal ini sangat berbeda dengan Perjanjian Lama yang terus menerus menuntut pengorbanan binatang. Darah Kristus sendiri di atas tutup pendamaian telah menyucikan kita dari segala dosa-dosa kita (Ibrani 9:12; 10:1-29). Sebagaimana dinyatakan pula dalam Perjanjian Lama: Tetapi orang yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya. Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang beroleh hidup (Ibrani 10:38-39; bandingkan Habakuk 2:4).
Bibliografi | |
Artikel ini diambil dari: |