Dari Sejarah Alkitab Indonesia
Penulis II Yohanes menyebut dirinya sebagai penatua. Suratnya ini ditujukan kepada Ibu yang terpilih (II Yohanes 1:1). Meskipun sebagian orang meyakini bahwa surat ini dialamatkan kepada seseorang, namun sebagian lagi percaya bahwa karena penganiayaan semakin menghebat ketika surat ini ditulis sehingga penulisn sebenarnya mengalamatkannya kepada Gereja atau Mempelai Kristus dan anggota-anggotanya yang ia sebut sebagai anak-anak (II Yohanes 1:1,4). Penulis menekankan tentang pentingnya mengajarkan firman Allah. Perkataan kebenaran digunakan lima kali dalam empat ayat pertama dalam surat II Yohanes. Orang-orang percaya dinasihatkan untuk menyelidiki kembali tradisi-tradisi, pendapat-pendapat, kepercayaan-kepercayaan dan motif-motif mereka pada saat mereka membaca Firman Allah dan memastikan bahwa mereka hidup sesuai dengan kebenaran firman Allah.
Dalam III Yohanes perkataan kebenaran digunakan enam kali dalam 14 ayatnya. Juga dalam surat ini kita diperkenalkan kepada tiga orang: Demetrius yang dipuji oleh Yohanes; Gayus seorang penolong yang baik dalam pekerjaan Tuhan dan Diotrefes, seorang yang memiliki kemampuan yang sangat luar biasa namun menjadi penghambat dalam pelayanan. Karena tak seorangpun yang dapat bersikap netral maka mereka menjadi cermin teladan bagi manusia pada masa kini, apakah kita menjadi penolong atau penghambat dalam pelayanan Kristus.
Yudas menyebut dirinya sebagai hamba Yesus Kristus dan saudara Yakobus (Yudas 1:1). Karena Yudas adalah saudara Yakobus, ia juga adalah saudara Yesus. Yudas ini bukanlah Yudas yang disebutkan dalam Yohanes 14:22, melainkan adalah Yudas dalam Matius 13:55 dan Markus 6:3. Karena tekanan-tekanan dan penganiayaan yang semakin meningkat maka Yudas menasihatkan para pembacanya untuk tetap berdiri teguh dan tetap berjuang untuk mempertahankan iman (Yudas 1:3). Surat Yudas ini bertujuan untuk membeberkan akibat-akibat yang mengerikan dari sikap mempercayai ajaran-ajaran palsu.
Bibliografi | |
Artikel ini diambil dari: |