Dari Sejarah Alkitab Indonesia
Kitab Kisah Para Rasul merupakan lanjutan dari Injil Lukas yang ditulis oleh seorang kafir yang dikenal sebagai tabib Lukas yang kekasih (Kolose 4:14). Tulisannya ini ditujukan kepada Teopilus, yang juga adalah orang kafir. Kitab ini mencatat pekerjaan-pekerjaan Roh Kudus yang Ia laksanakan melalui beberapa dari para rasul dan orang-orang percaya yang lain dalam membangun GerejaNya di wilayah Kerajaan Romawi sejak dari peristiwa Kenaikan Kristus sampai kepada pemenjaraan Paulus di Roma.
Lukas disebut sebagai salah satu dari rekan sekerja Paulus (Filemon 1:24), dan satu-satunya orang yang menyertainya selama hari-hari terakhir pemenjaraan Paulus di mana ia menulis suratnya yang terakhir yang ditujukan kepada Timotius (II Timotius 4:11).
Di dalam ayat pertama dari Kisah Para Rasul, Lukas mengingatkan Teopilus mengenai tulisannya sebelumnya di mana ia berbicara tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus (Kisah 1:1). Kitab Kisah Para Rasul dimulai dengan laporan tentang penampakkan Kristus selama 40 hari setelah kebangkitanNya. Kata-kata perpisahan Kristus kepada para muridNya adalah yang paling penting yakni: Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun keatas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kisah 1:8). Ia menyampaikan perkataan ini sebelum Ia terangkat ke sorga (Kisah 1:9-11).
Kemudian Lukas menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada Hari Pentakosta yakni ketika kira-kira seratus dua puluh orang percaya (Kisah 1:15) dipenuhi dengan Roh Kudus. Peristiwa ini telah dinubuatkan dalam Yoel 2:28-32. Kitab Kisah Para Rasul juga merupakan lanjutan dari perbuatan-perbuatan Tuhan Yesus Kristus setelah kenaikanNya, ketika Ia tidak lagi berada dalam bentuk tubuh, melainkan dalam roh, yang diam di dalam hati orang-orang percaya. Dikatakan bahwa tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (Kisah 2:47).
Dalam sepanjang 30 tahun yang pertama Gereja Tuhan, sebagaimana tercatat dalam Kitab Kisah Para Rasul, setiap kali seseorang percaya dan mengakui Kristus, orang itu dibaptiskan sebagaimana telah diperintahkan oleh Yesus (Matius 28:18-20; Markus 16:16; Kisah 2:38,41; 8:12-13,36,38; 9:18; 10:47-48; 16:15,33; 18:8; 19:5).
12 fasal pertama dalam kitab ini terfokus kepada Rasul Petrus dan jemaat di Yerusalem dan diakhiri dengan laporan tentang pengalaman-pengalaman ajaib Rasul Petrus di Samaria yang menceritakan tentang orang-orang kafir yang bertobat dan percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Mesias mereka. Juga menceritakan tentang mati syahidnya Stefanus, penganiayan yang dahsyat dan upaya yang tak henti-hentinya dari Setan (Kisah 5:3) dalam menghambat kemajuan Injil. Saul dari Tarsus merupakan salah satu dari pemimpin dalam gerakan penganiayaan terhadap orang-orang Kristen, namun setelah pertobatannya, ia menyerahkan hidupnya kepada Kristus untuk pelayanan pengabaran Injil dan kemudian dikenal sebagai Rasul Paulus. Ia menjadikan kota Antiokhia di Siria sebagai pusat penginjilan sedunia pada masa itu. Peristiwa-peristiwa dalam tiga perjalanan pengabaran Injil oleh Paulus dijelaskan dalam Kisah 13 - 21:26.
Mulai Kisah 21:27 sampai akhir Kitab ini, kita membaca tentang penangkapan terhadap Paulus yang kemudian dibawa ke Roma untuk menghadap Kaisar Nero. Kitab ini berakhir dengan laporan tentang Paulus sebagai tahanan rumah selama dua tahun berada di Roma. Hal yang menonjol dalam kitab ini adalah Firman yang menunjuk kepada Kitab Suci Perjanjian Lama, dan kepada Yesus yang adalah Firman yang hidup (Kisah 2:41; 4:4,29,31; 6:2,4,7; 8:4,14,25; 10:36-37,44; 11:1,16,19; 12:24; 13:5,7,26,44,46,48-49; 14:3,25; 15:7,35-36; 16:6,32; 17:11,13; 18:11; 19:10,20; 20:32). Roh Kudus disebutkan lebih dari 40 kali yang menjelaskan peranNya dalam memenuhi, memimpin, dan menguatkan orang-orang percaya. Doa disebutkan lebih dari 30 kali. Juga penekanan tentang prioritas Firman Allah, doa, kehadiran dan kuasa Roh Kudus di dalam kehidupan setiap orang percaya dan di dalam GerejaNya.
Kitab Kisah Para Rasul juga menekankan pentingnya memahami Kitab Suci Perjanjian Lama terlebih dahulu untuk dapat memahami Kristus di dalam Perjanjian Baru. Kedua Perjanjian ini merupakan wahyu dari Allah yang telah dinyatakan kepada umat manusia.
Bibliografi | |
Artikel ini diambil dari: |