Dari Sejarah Alkitab Indonesia
Untuk dapat mengenal keadaan sekarang, perlu sekali diadakan tinjauan masa lampau untuk melihat bagaimana Alkitab digunakan sejak Injil Matius diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu tahun 1629 hingga terjemahan lengkap Alkitab dalam bahasa Indonesia sekarang. Dapat dicatat, terjemahan pertama tersebut dikerjakan oleh seorang pedagang (onder-koopman) bernama A.C. Ruyl dan lambat laun diusahakan oleh gereja (abad ke-17-18), sampai zaman pemerintahan Inggris di bawah Letnan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles yang menaruh perhatian kepada terjemahan Alkitab. Sementara itu terasa juga bahwa pekerjaan penerjemahan lebih baik diusahakan oleh satu lembaga yang mengkhususkan diri dalam soal-soal terjemahan, produksi, distribusi dan pendanaan. Pada tahun 1814 Lembaga Alkitab Belanda (NBG) didirikan di Amsterdam. NBG kemudian bekerja di Indonesia dengan manghadirkan sejumlah pakar penting yang berperan dalam tugas penerjemahan. Beberapa nama dapat disebutkan di sini, umpamanya: H.N. van der Tuuk, N. Adriani, H. Kraemer, H. van der Veen, L. Onvlee dan lain-lain. Di samping itu terdapat pula sejumlah pakar bahasa-bahasa daerah yang memberi jasa mereka dalam menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa daerah mereka.
Dalam sejarah penerjemahan Alkitab terkadang bukan gereja yang langsung melaksanakan pekerjaan penerjemahan tersebut, sebagaimana telah disinggung di atas, tetapi satu lembaga. Namun kebijaksanaan ini tidak berarti bahwa masing-masing, yakni gereja dan lembaga pelaksana, berjalan sendiri-sendiri. Mustahil lembaga tersebut dapat beroperasi sendiri tanpa mengikutsertakan gereja dalam pekerjaanya. Dengan kata lain, Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan Alkitab untuk gereja demi menunaikan tugas panggilannya. Oleh sebab itu senantiasa harus ada "two-way traffic" antara Lembaga Alkitab dan gereja. Lembaga Alkitab mempunyai tugas untuk menerjemahkan Alkitab sebaik-baiknya, mencetak dan menyebarkan hasil terjemahan serapi mungkin serta menata manajemen yang efisien. Pelayanan ini memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Oleh karena semua lembaga Alkitab yang tergabung dalam United Bible Societies bukan profit society, maka "perusahaan" ini harus mengembangkan dana menjadi hal baru yang harus dipelajari.
Bibliografi | |
Artikel ini diambil dari: |