Dari Sejarah Alkitab Indonesia
Agak panjang lebar kita membicarakan "sejarah pendahuluan" Gereja di Jawa Timur, justru untuk menunjukkan betapa anehnya permulaanna itu. Ketika akhirnya "Pekabaran Injil" yaitu tenaga-tenaga yang dikirimkan oleh NZG tiba, maka sudah didapati oleh mereka segolongan orang Kristen yang besar jumlahnya. Ya, kenyataan bahwa di Jawa sudah terdapat orang-orang Kristen, sebenarnya telah menggerakkan hati seorang pengurus NZG, ialah Ds. Van Rhiyn. Pendeta Belanda itu ditugaskan oleh Badan Pengurus NZG untuk menyelidiki keadaan dan kemungkinan usaha Pekabaran Injil di seluruh Indonesia dalam perjalanannya selama 2 tahun (1847-1848). Dialah yang meminta dengan sangat kepada pemerintah supaya boleh melakukan usaha Pekabaran Injil di pulau Jawa. Untuk memperoleh izin dari pemerintah masih dibutuhkan perjuangan yang keras. Tetapi Ds. Van Rhiyn berhasil dalam usahanya itu dan pada tahun 1849 pekabar Injil Jellesma menetap di Surabaya. Memang, ia belum diperbolehkan menetap di pedalaman. Buat tiap perjalanan dibutuhkannya izin istimewa. Tetapi setidak-tidaknya sudah ada seseorang yang boleh dan mau melayani orang-orang Jawa.
J.E. Jellesma telah diutus oleh NZG ke Seram pada tahun 1843. Ia menemani Inspektur Ds. Van Rhiyn dalam perjalanan-perjalanan yang besar tersebut. Sejak tahun 1849 di Surabaya, ia mencoba memperoleh izin untuk menetap di Mojowarno. Baru dalam tahun 1851 izin tersebut diberikan. Hingga matinya dalam tahun 1858, ketika ia umurnya baru 41 tahun, dengan segala tenaganya ia telah mendampingi kekristenan Jawa yang masih muda itu.
Justru pada waktu ia mulai menetap di Mojowarno ada beberapa kejadian yang penting sekali artinya bagi pekerjaannya. Pada tahun 1848 pemerintah akhirnya mengizinkan untuk mengedarkan beberapa Perjanjian Baru terjemahan Brückner, yang 17 tahun lalu telah disita. Dalam tahun yang sama terbitlah pula suatu terjemahan baru dalam bahasa Jawa, yang diselenggarakan oleh ahli bahasa Gericke atas tugas Lembaga Alkitab Belanda. Hal-hal di atas ini pada permulaannya sudah merupakan suatu modal kerja yang penting baginya.
Hal yang sukar buat dia ialah menemukan jalan tengah yang tepat antara golongan-golongan yang telah menjadi Kristen dengan latar belakang rohani yang berbeda-beda. Pada satu pihak ia berbentrokan dengan Coolen yang tidak menyukai baptisan dan perjamuan kudus karena tidak sesuai dengan konsepsinya mengenai kekristenan Jawa. Dalam soal ini akhirnya ia menang juga. Pada tahun 1852 dan 1853 ia sudah boleh membaptiskan di Ngoro masing-masing 180 dan 190 orang. Yang lebih sukar adalah sikap yang harus diambil terhadap golongan Emde, yang menganggap dengan sendirinya bahwa orang-orang Kristen Jawa menjadi "Kristen Londo". Jellesma sangat setuju dengan pendapat, bahwa orang Jawa yang menjadi Kristen tetap tinggal orang Jawa. Tetapi pertentangan tersebut demikian meruncingnya, sehingga tuan Günskh tersebut tadi malah melarang dia untuk menginjak tanah miliknya di Sidokare, dimana terdapat sejumlah orang-orang Kristen yang pertama.
Jellesma berkeyakinan, bahwa "pekerjaan Injil sedapat mungkin berjalan terus dengan diam-diam", justru oleh sebab banyak keberatan yang datang dari pihak pemerintah dan dari pihak orang-orang Jawa sendiri. Ia menyadari, bahwa penginjilan itu harus dilaksanakan oleh orang-orang Jawa sendiri. Hal ini, demikian anggapannya, "akan tidak menimbulkan banyak keberatan dari pihak luar." Itulah sebabnya di Surabaya sudah sejak mulanya ia mendidik di rumahnya sendiri beberapa pemuda Jawa untuk menjadi penginjil. Selain daripada itu ia menyuruh 4 orang pemuda, yang sudah berpengalaman sebagai penginjilan di Sidokare, pergi ke jemaat-jemaat yang tersebar itu. Mereka dibiayai oleh "Perkumpulan Pembantu Pekabaran Injil" di Surabaya. Usaha-usahanya untuk memperoleh pekerjaan-pekerjaan di lapangan Pekabaran Injil diteruskannya dengan giat, pun sesudah ia pindah ke Mojowarno. Atas usahanya terlaksanalah di Mojowarno sebuah sekolah penginjil yang pertama di Jawa. Mereka yang sudah memperoleh didikan ditugaskan untuk memelihara jemaat-jemaat yang masih muda, serta mengadakan kunjungan-kunjungan sampai ke Jawa Utara dan Jawa Tengah guna menyebarkan Injil Kristus. Tidaklah sedikit manfaat daripada usaha-usaha mereka bagi Gereja Jawa yang masih amat muda itu.
Jellesma sendiri sering mengadakan kunjungan-kunjungan ke jemaat-jemaat yang kecil serta yang terserak itu. Tercatatlah dalam buku baptisan yang disimpannya lebih dari 2500 nama orang Jawa yang telah dibaptiskannya. Memang ia sendiri suka membimbing Mojowarno, tetapi Jellesma berusaha supaya seboleh-bolehnya Paulus Tosarilah yang memegang serta melaksanakan pimpinan jemaat itu. Benarlah apa yang dikatakan oleh Nortier: "Jellesma telah mempersatukan kedua aliran kekristenan yang masih muda itu di pulau Jawa, yaitu aliran Barat dan aliran Jawa asli. Aliran Barat menghambat perkembangan Gereja sehingga Gereja menjadi lemah, sedangkan aliran Jawa bertumbuh dengan liarnya sehingga lenyaplah kekristenannya yang sejati. Sebenarnya Jellesma telah meletakkan dasar yang baik bagi Gereja Kristen serta Gereja Jawa yang sejati."Ciri-ciri pekerjaan Jellesma itu merupakan garis-garis besar bagi segala sesuatu yang dikerjakan selanjutnya oleh para utusan NZG di Jawa Timur. Sebenarnya Gereja ini bukannya merupakan Gereja yang telah dihimpunkan oleh para pekabar Injil, melainkan para pekabar Injil ini hanya mengikuti saja jejak-jejak Injil yang sudah terbentang di Jawa Timur. Mereka bukannya merupakan pusat, yang di sekitarnya terhimpun jemaat-jemaat. Tetapi mereka tampil ke depan dimana muncul jemaat yang baru, supaya mereka dapat memberikan pertolongan kepada kekristenan Jawa bagi perkembangannya dan penyadarannya sebagai umat Kristen.
- Catatan: dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA
Bibliografi | |
Artikel ini diambil dari: |