Dari Sejarah Alkitab Indonesia
Mulai pada tahun 1667 kota Makasar seperti daerah Sulawesi Selatan berada di bawah pemerintah VOC. Dengan ini memang Gereja VOC bertempat juga di situ. Selain di Makasar terdapat juga jemaat kecil di Bontain, Bulukumba dan di pulau Salayar. Pekabaran Injil sedikitpun tidak ada dilakukan terhadap penduduk di daerah itu, meskipun Islam belum lama masuk ke sana.
Baru pada pertengahan abad ke-20 maka dimulailah usaha penyebaran Injil di daerah itu. Pelopornya ialah seorang pendeta Gereja Protestan, yakni Toewater yang amat pandai dalam menyelidiki bahasa-bahasa daerah dan sempat menyusun bentuk bahasa Bugis (± 1840). Terutama Dr. Matthes, yang diutus oleh NBG (Lembaga Alkitab Belanda) ke Makasar, telah berusaha menyelidiki bahasa-bahasa Bugis-Makasar serta menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa tersebut (1847-1879). Matthes menasihatkan NZG supaya memulai usaha pekabaran Injil didaerah itu. Sejak tahun 1851 memang beberapa pekerja Pekabaran Injil NZG mencoba akan menanamkan Gereja Kristen di Makasar, Bontain dan di Bululoumba. Tetapi sesudah 13 tahun usaha tersebut dihentikan oleh karena tak dapat diharapkan suatu hasil apapun.
Empat puluh tahun kemudian NZV mencoba lagi melaksanakan pekabaran Injil di daerah itu. Hal ini disebabkan antara lain karena pemerintah Belanda memberi izin kepada misi RK. Pada tahun 1895-1905 dua orang utusan mengusahakan pekabaran Injil di daerah dekat Bontain, yaitu di kampuang Tanetiya yang diduduki oleh orang-orang suku Makasar, dan Tanette, yang diduduki oleh orang-orang Bugis. Tetapi pengalaman mereka tak berbeda dengan pengalaman 40 tahun yang lalu. Pada tahun 1905 kedua orang itu dipindahkan oleh NZV ke daerah Halmahera.
Ikhtiar yang ketiga untuk membawa berita Injil kepada suku-suku itu, dimulai pada tahun 1933.
Ds. Binsbergen (Gereja Protestan) membuka pekerjaan itu dengan menempatkan seorang guru di lanjuanging, dan di pulau Salayar. Selanjutnya terdapatlah 4 guru di Makasar, Salayar dan Maros. Sekolah-sekolah yang mereka usahakan menarik perhatian para penduduk.
Terutama mengenai pulau Salayar timbul harapan bahwa di situ dapat dikumpulkan suatu jemaat Kristen. Di pulau Salayar terdapatlah golongan Islam mistik, yang tak senang lagi hanya menganut agama Islam saja, malahan mereka menganut suatu ajaran tentang Tuhan "Isa". Nama agama itu adalah: "Igama Binanga Benteng". Atas usaha seorang pendeta pembantu Gereja Protestan maka sebagian dari mereka itu dapat dibaptiskan, malahan seorang Salayar dididik di Bale Wyoto (Malang) menjadi pendeta.
Selain daripada usaha Gereja Protestan itu, maka Gereja-gereja Gereformeerd dari Semarang, Malang dan Surabaya merasa terpanggil untuk mengerjakan kota Makasar, mulai dari tahun 1933. Pekerjaan itu dimulai dengan mendirikan sebuah rumah sakit di Labuang Baji (pelabuhan yang baik) di Makasar Selatan, beserta dengan sebuah gedung Gereja, sekolah dan rumah bacaan.
Semasa peperangan dan sesudahnya usaha tersebut berkembang lagi, terutama didaerah Watan Sappeng sebelah utara Makasar yang dikerjakan oleh seorang guru Injil yang bernama Denso.
Sesudah perang usaha Gereja Protestan dan Gereja Gereformeerd dipersatukan. Sebuah sekolah penginjil didirikan di Makasar untuk mendidik guru-guru Injil dan kolportir-kolportir di daerah itu. Di rumah sakit Labuang Baji di Makasar dibuka suatu ruangan bacaan. Terdapat di situ 60 orang Makasar yang sudah dibaptis. Pos-pos yang lain di Sulawesi Selatan terdapat di Watan Soppeng, Lampuiko, Karadiawang, Jallo, Malino dan pulau Salayar, yang masing-masing dikerjakan oleh para penginjil. Mereka itu berada di bawah pengawasan serta diberi gaji oleh sebuah komite persatuan dari ketiga badan tersebut yang mendukung usaha Pekabaran Injil.
- Catatan: dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA
Bibliografi | |
Artikel ini diambil dari: |