Sejarah Alkitab Indonesia

Pos Ketiga: Amurang

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
Sejarah Apostolat di Indonesia 1
Sejarah Apostolat di Indonesia 2
Sejarah Alkitab Daerah di Indonesia



Di atas telah kita katakan, bahwa dari 2 pendeta-sending yang Kam utus ke Minahasa pada tahun 1835, Hermann ditempatkan di Amurang, suatu Jemaat yang cukup besar [1], tetapi yang sangat terlantar: banyak anggotanya hidup "di luar nikah". Kemudian keadaan itu berangsur-angsur berobah: pemborosan untuk pesta-pesta makin berkurang, jumlah anggota-anggota Jemaat, yang minta supaya nikah mereka diberkati, makin besar, pendidikan di sekolah-sekolah mulai dihargai, dan lain-lain.

Waktu Van Rhijn berada di Amurang, ia banyak mengadakan pembicaraan dengan Hermann tentang dialek-dialek Minahasa. Menurut Hermann dialek-dialek Minahasa dapat dikembalikan pada 3 dialek utama, yaitu: dialek Tonsea, Tondano dan Amurang. Ia sendiri menganggap dialek Amurang lebih penting daripada kedua dialek yang lain. Sejak tahun 1848 ia telah mulai berkhotbah dan mengajar dalam dialek itu. Sayang sekali, bahwa ia lekas meninggal [2]. Tetapi setahun sesudah itu Injil Matius, yang ia terjemahkan dalam dialek Amurang, diterbitkan oleh Lembaga Alkitab di Betawi [3]

Ia digantikan oleh pendeta-sending Van der Velde van Capellen. Pekerjaan yang Hermann tinggalkan -- 9 Jemaat [4] dan 14 sekolah [5] -- ia coba perkembangkan dengan jalan: mempersiapkan pembantu-pembantu pribumi, mengadakan semacam katekisasi-sidi di rumahnya, dan secara teratur mengunjungi Jemaat-jemaat di luar Amurang. Tetapi oleh kematiannya yang mendadak [6] -- karena serangan penyakit tiphus -- usahanya itu terhenti. Penggantinya, pendeta-sending Tindeloo, tidak begitu senang bekerja di Amurang. Alasannya: dari 1100 anggota Jemaat di situ hanya kira-kira 120 orang saja yang mengunjungi kebaktian-kebaktian. Memang keadaan Jemaat-jemaat di luar Amurang sedikit lebih baik, tetapi sikap bermusuhan dari kontrolir di Amurang tidak menyenangkannya. Karena itu ketika isterinya meninggal [7], ia minta dipindahkan ke Tonsea. [8]

Jemaat Amurang dan Jemaat-jemaat lain di sekitarnya pada waktu itu mempunyai kira-kira 6000 anggota dan 22 buah sekolah [9].

Pendeta-sending Van de Liefde diutus ke situ sebagai penggantinya. Ia juga mula-mula banyak mendapat kesulitan dari residen Bosch, yang berusaha menghidupkan kembali tarian-tarian kafir dan yang mengancam kepala-kepala desa dengan hukuman, kalau mereka berani menentang usahanya itu. Tetapi kemudian, sesudah Bosch dipecat, situasi berangsur-angsur menjadi baik kembali. Pada tahun 1864 ia pergi bercuti ke Belanda. Berhubung dengan kematian isterinya [10], ia baru kembali delapan tahun kemudian [11] ke Amurang. Pekerjaannya sejak itu berjalan dengan baik. Waktu Jemaat-jemaat di Amurang dan sekitarnya diambil-alih oleh G.P.I. [12], ia diangkat menjadi pendeta-pembantu. [13]

Catatan

  1. dengan 700 anggota
  2. 1851
  3. **Coolsma, a.w., blz. 574
  4. dengan kira-kira 2500 anggota
  5. dengan 1318 murid
  6. 1856
  7. **Isterinya adalah anak perempuan Riedel.
  8. **Tidak lama sesudah itu ia kawin lagi dengan anak perempuan Wilken.
  9. dengan 1500 murid
  10. **Ia meninggal di kapal, ketika mereka berada dalam perjalanan mereka ke Belanda
  11. 1872
  12. 1879
  13. **Bnd antara lain Verslag van den staat der gemeenten onder Amoerang-Januari 1865 (dalam: Mededeelingen van wege het Nederlandsch Zendelinggenootschap), oleh C.J. van de Liefde, 1866, blz. 139-153.
Bibliografi
Artikel ini diambil dari:
Abineno, Dr. J.L. Ch. 1979. Sejarah Apostolat di Indonesia 1. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta.
kembali ke atas