Sejarah Alkitab Indonesia

artikel/maluku.htm

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
Sejarah Apostolat di Indonesia 1
Sejarah Apostolat di Indonesia 2
Sejarah Alkitab Daerah di Indonesia



Dalam pekerjaan apostolat di Maluku, Ambon -- sebagai pusat -- memainkan peranan penting. Sesudah runtuhnya V.O.C. keadaan Jemaat ini, seperti yang telah kita dengar [1], sangat menyedihkan. Sejak 1809 gedung-gereja dari Jemaat yang berbahasa Belanda di situ dipakai sebagai gudang. Tidak berlebih-lebihan, kalau pendeta Ross dari Betawi menulis [2], bahwa keadaan "orang-orang Kristen di Ambon dan di seluruh Indonesia-Timur, yang telah bertahun-tahun lamanya hidup tanpa pengajar ......... sama seperti domba-domba yang sesat dan miskin, yang tidak mempunyai gembala". [3] Karena itu kedatangan Kam di situ [4] disambut dengan gembira.

Dalam waktu yang singkat ia telah mengunjungi Jemaat-jemaat di seluruh Maluku. Di mana-mana ia berkhotbah, mengajar, memberkati nikah dan melayani sakramen. Beribu-ribu orang yang ia baptis: ia mulai dengan 252 di Ambon [5], sesudah itu 295 orang, juga di Ambon [6] dan "seluruh penduduk dari dua desa" di luar Ambon [7], kemudian 1500 orang dalam kunjungannya yang pertama ke pulau-pulau Selatan-Daya [8], 900 orang dalam kunjungannya yang kedua [9], 610 orang di Haruku [10] dan 84 orang di Seram [11]. Dengan jalan itu -- dengan jalan meneruskan tradisi "baptisan massal", yang telah berabad-abad lamanya dipakai di Indonesia-Timur -- ia bukan saja memperbesar jumlah orang Kristen yang hanya "namanya saja Kristen" di situ, tetapi ia juga memperdalam jurang pemisahan antara sakramen baptisan dan sakramen perjamuan. [12]

Dengan rupa-rupa jalan ia berusaha melayani Jemaat-jemaat di Maluku: dengan jalan mencetak dan mengirim surat-surat gembala, bahan-bahan katekisasi, khotbah-khotbah, dan lain-lain, kepada mereka. Untuk semuanya itu dibutuhkan biaya yang besar, padahal subsidi yang diberikan oleh Pemerintah tidak cukup. Sebagai jalan keluar -- untuk dapat menutup pengeluaran yang makin lama makin besar -- pada tahun 1821 ia mendirikan suatu Perhimpunan Pekabaran-Injil Pembantu di Ambon [13] Ia sadar, bahwa pekerjaan yang bertimbun-timbun itu tidak dapat ia kerjakan sendiri. Atas permintaannya N.Z.G. secara teratur -- pada tahun 1818, pada tahun 1821, pada tahun 1823, pada tahun 1827 dan pada tahun 1830 -- mengirim pendeta-pendeta-sending ke Ambon. Dari situ mereka diteruskan oleh Kam ke berbagai-bagai tempat di Indonesia-Timur.

Untuk memudahkan pengaturan pelayanan di pulau-pulau, yang terletak antara Ambon dan Timor, dan pengawasan atas pelayanan di pulau-pulau itu, pada tahun 1826 Kupang ditetapkan sebagai pusat kedua [14]. [15]

Pada tahun 1832 N.Z.G. mengirim seorang pendeta-sending lagi ke Ambon -- pendeta-sending Gericke -- tetapi sekali ini bukan untuk pekerjaan di salah satu Jemaat atau daerah di luar Ambon, melainkan untuk membantu Kam, yang makin lama telah makin tua. Hanya 7 bulan saja mereka dapat bekerjasama, sebab pada tanggal 18 Juli 1833 Kam, yang jatuh sakit dalam kunjungannya ke pulau-pulau Aru dan Selatan-Daya, meninggal dunia, dalam usia 64 tahun. Sama seperti Kam Gericke juga segera mengadakan kunjungan ke Jemaat-jemaat di sekitar Ambon. Di samping hal-hal yang baik, ia masih dapati banyak penyembahan berhala dan kedangkalan hidup rohani di Jemaat-jemaat itu.

Ia banyak memberikan perhatian pada perbaikan pengajaran di sekolah-sekolah. Atas permintaannya N.Z.G. mengirim Roskott, seorang ahli di bidang pendidikan, ke Ambon untuk membantunya. Tetapi sebelum ia tiba di situ Gericke telah meninggal dunia pada tanggal 1 Juli 1834. [16]

Setibanya di Ambon--dalam bulan Maret 1835--Roskott segera mulai dengan pekerjaannya: dengan persetujuan Perhimpunan Pekabaran-Injil Pembantu di situ, ia dalam tahun itu mendirikan sebuah Sekolah Guru untuk mendidik guru-guru pribumi. Sekolah itu mulai dengan 12 murid. Mula-mula pelajaran diberikan dalam gedung-gereja, yang dibangun oleh Kam, tetapi kemudian [17]. Sekolah itu dipindahkan ke Batu-Merah dan dibangun di suatu bidang tanah yang dibeli sendiri oleh Roskott. Pekerjaan Roskott sangat dihargai, terutama karena pengaruh guru-guru, yang ia didik, sangat menonjol. Pada tahun 1844 telah ditempatkan 10 guru sebagai kepala sekolah: 4 orang di pulau-pulau Aru, 2 orang di Timor, 1 orang di Seram dan 3 orang di Ambon. Pada tahun 1855 dilaporkan, bahwa sampai pada waktu itu telah ditempatkan 82 guru diseluruh Indonesia-Timur: di Ambon dan dipulau-pulau lain [18], di Banda [19], di Timor [20], di pulau-pulau Selatan-Daya [21], di pulau-pulau Aru [22], di Ternate [23] dan di Menado [24]. Sesuai dengan tugas mereka--sebagai guru dan pemimpin Jemaat--pendidikan mereka terbagi atas 2 bagian: bagian "bawah" dan bagian "atas".

Bagian bawah yang ditugaskan kepada Picauly, mencakup: menulis indah, berhitung, ilmu bumi [25], bahasa Melayu, menyanyi dan musik [26]. Bagian atas, yang dipimpin sendiri oleh Roskott, mencakup: ajaran tentang iman dan ethika Kristen, kemudian [27] juga sejarah Gereja [28]. Suatu hal, yang menguntungkan Roskott dan Sekolah yang ia pimpin, ialah bahwa ia mendapat tugas dari gubernur untuk menginspeksi sekolah-sekolah di Ambon dan untuk memakai sekolah di Mardeka sebagai sekolah-praktik. Tugas itu ia tunaikan dengan baik. Berhubung dengan itu ia diangkat [29] oleh Pemerintah sebagai penilik-sekolah dengan tugas untuk mengunjungi semua sekolah di Ambon dan di pulau-pulau lain, atas biaya Pemerintah. Pengangkatan itu ia terima dengan gembira, sebab dengan jalan itu ia dapat tetap berhubungan dengan guru-guru yang pernah ia didik.

Tetapi hal itu tidak lama berlangsung. Antara pendeta-pendeta-sending dan guru-guru pribumi tidak ada kerjasama yang baik. Guru-guru pribumi tidak mau memberikan pengajaran agama di sekolah-sekolah, sekalipun hal itu adalah tugas mereka. Untuk mengatasi "konfrontasi" yang makin meruncing itu, Perhimpunan Pekabaran-Injil Pembantu campur-tangan dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru-guru pribumi. Roskott tidak setuju dengan sikap dan tindakan itu. Ia menganggapnya sebagai serangan [30] terhadap Sekolah Guru yang ia pimpin. Konflik itu akhirnya menjadi begitu serius, sehingga tidak dapat diatasi. Akibatnya sangat menyedihkan: pada tahun 1864 Sekolah Guru di Ambon ditutup, Roskott dipecat dan Picauly dipensiunkan [31].

Catatan

  1. lihat uraian tentang "G.P.I. di Indonesia-Timur"
  2. 1814
  3. **Coolsma, a.w., blz. 675.
  4. 1815
  5. 1815
  6. 1816
  7. 1916
  8. 1825
  9. 1825
  10. 1825
  11. 1828
  12. **Joseph Kam, blz. 40, 60, v., 65 vv., 133 vv.
  13. **Coolsma, a.w., blz. 676.
  14. di samping Ambon
  15. **Van Boetzelaer II, blz. 342.
  16. **Coolsma, a.w., blz. 679.
  17. **Berhubung dengan robohnya gedung-gereja itu
  18. 61 orang
  19. 3 orang
  20. 2 orang
  21. 6 orang
  22. 6 orang
  23. 1 orang
  24. 3 orang
  25. umum dan alkitabiah
  26. = musik suling
  27. sejak 1848
  28. **Bnd Coolsma, a.w., blz. 680. Bnd juga De kweekschool voor Inlandsche onderwijzers op Batoe-Mejrah nabij Ambon (dalam: Mededeelingen vanwege het Nederlandsch Zendelinggenootschap), 1859, blz. 127-194
  29. pada tahun 1851
  30. = tuduhan
  31. **Roskott meninggal pada tahun 1873 di Ambon. Sepuluh tahun kemudian Dr. Smeding menerbitkan Perjanjian Baru yang ia (= Roskott) terjemahkan dalam bahasa Melayu-Ambon
Bibliografi
Artikel ini diambil dari:
Abineno, Dr. J.L. Ch. 1979. Sejarah Apostolat di Indonesia 1. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta.
kembali ke atas