Dari Sejarah Alkitab Indonesia
Kata Arab-Indonesia Injil adalah suatu turunan dari kata Yunani "eu-ang-gelion" dan kiranya liwat bahasa Etiopia masuk kedalam bahasa Arab dan Kuran. Dalam Kuran (3:3, 48, 65; 5:46, 47, 66, 110 dll.). Injil adalah kitab yang diturunkan kepada nabi Isa, Kitab Suci orang-orang Keristen. Karenanya kata "Injil" kerap kali tidak hanya berarti apa yang kita sebut "Injil" (tertulis), tetapi juga seluruh Perjanjian Baru, yang memang menurut artikata aselinya boleh dikatakan "Injil" juga.Tetapi kata Yunani "eu-anggelion" tidak berarti pertama suatu buku atau karangan, melainkan "kabar" (anggelion) yang baik (eu) atau yang menggembirakan. Artinya lalu meluas menjadi segala sesuatu yang bersangkutan dengan kabar sedemikian itu, umpamanya upah yang diberikan kepada pesuruh yang menyampaikan kabar itu. Kabar itu dapat juga berasal dari suatu dewa dengan perantaraan tukang tenung. Perjanjian baru, khususnya Paulus, seringkali menggunakan istilah "injil" yang kiranya diambil bukan dari bahasa Yunani profan, melainkan dari Kitab Suci Perjanjian Lama (terjemahan Yunani). Disana istilah itu dipergunakan sehubungan dengan kabar tentang keselamatan, terutama keselamatan masehi (bdk. Yes 40:9, 52:7; 60:6; 61:1; Nah 2:1 dll.). Dalam Perjanjian Baru - tidak dapat diketahui apakah istilah itu sudah dipergunakan oleh Yesus sendiri - Injil adalah berita atau kabar tentang Yesus, tegasnya keselamatan yang telah dikerjakan Allah didalam dan dengan pengantaraan Yesus Kristus. Kabar itu merangkum Yesus sendiri, hal-ihwal, perbuatan dan perkataanNya. Dalam seluruh Perjanjian Baru kata itu belum juga menunjukkan suatu injil tertulis, suatu kitab (juga dalam II Kor 8:18 tidak). Semenjak abad kedua masehi barulah istilah itu mulai dipakai sehubungan dengan injil tertulis, kitab injil. Injil yang satu ada empat rupanya, injil karangan Mateus, Markus, Lukas dan Yohanes. Tetapi dalam Perjanjian Baru "Injil" selalu kabar lisan tentang diri Yesus dan karyaNya.
Jadinya injil tertulis
Maka "Injil" itu bukanlah suatu kitab yang ber-angsur-angsur diturunkan Allah kepada Yesus, lalu dibawakan olehNya dan akhirnya tercatat, seperti misalnya Kur'an. Kaum Muslimin dan Kur'an sendiri menganggap "Injil" suatu kitab sedemikian itu. Yesus memang memaklumkan Injil (Luk 4:43; 20:1), yaitu kabar tentang Kerajaan Allah yang sudah tiba didalam diri Yesus. Tetapi Ia sendiri kiranya tidak menulis sepatah katapun.Setelah Yesus wafat dan Roh Kudus turun, para rasul meneruskan karya Tuhannya dengan secara lisan memaklumkan kabar gembira itu. Pokok utamanya tidak lagi "Kerajaan Allah", melainkan karya penyelamatan yang sudah dikerjakan Allah dengan perantaraan Yesus, yang wafat dan bangkit dari mati demi keselamatan dan penebusan manusia. Para pemaklum Injil memberikan kesaksian tentang Yesus dan karya penyelamatanNya (bdk. Luk 24:48; Kis 1:8).Isi kesaksian itu dapat lebih kurang luas, lebih kurang terperinci, meskipun pada pokoknya tetap sama. Secara singkat dan padat Injil dimaklumkan kepada orang yang belum beriman (dinamakan kerygma) yang bermaksud menggemparkan hati mereka, sehingga bertobat, percaya akan Yesus dan demikian memperoleh keselamatan. Pemakluman itu disesuaikan dengan keadaan para pendengar, orang-orang Yahudi atau orang-orang kafir (bdk. Kis 2:22-36; 3:13-26; 4:9-12; 5:30-32; 10:36-43; 13:17-41; 17:24-41). Pokok utama selalu wafat dan kebangkitan Yesus sebagai penebus dan penyelamat. Tetapi bagi orang-orang yang sudah beriman pemakluman itu diperluas menjadi pengajaran (dinamakan katekesis atau didakhe). Kejadian-kejadian sehubungan dengan wafatNya dan bangkitNya Yesus diperincikan; ditambah pula ajaran yang telah disampaikan Yesus serta kejadian dan hal-ikhwal dari riwayat hidupNya sejauh dianggap penting. Tetapi ciri Injil itu tetap sama juga, yaitu kesaksian tentang Yesus yang diberikan oleh orang yang percaya akan Dia sebagai satu-satunya Penebus dan Penyelamat.Tetapi tidak hanya bahan dan isi Injil bertambah besar dan semakin terperinci, tetapi bahan itu juga diperkembangkan dan disesuaikan dengan keadaan baru, baik dengan iman umat yang maju maupun dengan situasinya. Para rasul serta pembantunya tidak pernah bermaksud memberikan laporan belaka atau mengarang suatu "riwayat hidup Yesus". Mereka selalu memberikan kesaksian dan mau membina iman umat yang sudah ada. Maka itu Injil tidak hanya memberikan kesaksian tentang Yesus, tetapi juga tentang iman umat serta keadaannya yang nyata. Misalnya kejadian-kejadian dari kehidupan Yesus tidak diberitakan sebagaimana nyata terjadi dahulu, melainkan sebagaimana diartikan dan dimengerti oleh umat yang percaya akan Yesus yang bangkit dari alam maut. Banyak hal yang waktu terjadi sangat tidak jelas arti dan maksudnya dibuat menjadi terang sekali. Mukjijat yang dikerjakan Yesus diperbesar (dan malah ditambah jumlahnya), supaya semakin terang siapa Yesus. Mukjijat itupun diartikan cara tertentu, sehingga masih tetap bermakna bagi umat juga. Perkataan-perkataan Yesus ditafsirkan begitu atau begini, sesuai dengan kebutuhan umat. AjaranNya diterapkan pada keadaan baru dan beberapa kesimpulan diambil, yang belum terang waktu Yesus sendiri mengajar. Kesemuanya itu bercampurbaur sedemikian rupa, sehingga sukar sekali dipisahkan apa yang nyata terjadi dan apa yang sesungguhnya dikatakan Yesus dari apa yang ditambahkan atau dirubah oleh umat dan pemaklum-pemaklum Injil. Terang juga bahwa perkembangan Injil tersebut tidak dimana-mana menempuh jalan yang sama. Ia berkembang kepelbagai jurusan. Tapi umumnya tradisi lisan itu mendapat bentuk dan rangka yang tetap dan sama. Itu perlu supaya dapat dihafalkan dan kembali diceritakan secara teratur sedikit.Tahap perkembangan Injil yang ketiga dan terakhir, ialah kitab-kitab Injil tertulis. Memang cukup segera mulai dirasakan keperluan akan suatu teks tertulis, misalnya sebagai pedoman untuk para pengajar Injil. Maka itu disana-sini orang mulai mencatat ajaran agama itu. Lukas sendiri memberitakan bahwa Ia mengenal beberapa usaha sedemikian itu. (Luk 1:1). Kita tidak lagi dapat mengenal injil-injil tertulis yang mendahului injil-injil kita. Tapi sudah pastilah ada injil-injil tertulis, yang lebih kurang besar dan luas. Yang pertama-tama dituliskan ialah kiranya suatu kisah cukup luas dan terperinci tentang wafatNya dan bangkitNya Tuhan dari alam maut. Boleh jadi ada juga kumpulan-kumpulan perkataan, wejangan dan perumpamaan Yesus atau kumpulan mukjijat-mukjijat yang telah diperbuatNya. Tapi kepastian tidak ada tentang kesemuanya itu. Sedikit dapat disimpulkan dari injil-injil yang tersedia bagi kita. Yang paling terakhir kiranya kisah tentang masa muda Yesus, sebagaimana sekarang termuat dalam injil karangan Mateus dan Lukas. Dalam injil karangan Markus belum ada juga. Empat karangan akhirnya umum diterima, oleh karana memberikan kesaksian teliti dan cukup lengkap tentang iman umat dijaman para rasul. Iman jaman itulah menjadi sumber, kaidah dan pedoman bagi iman umat selanjutnya.Keempat karangan itu ialah injil karangan Markus (l.k. th. 64 masehi), injil karangan Mateus (l.k. th. 70 masehi). Boleh jadi injil karangan Mateus dalam bahasa Yunani ini adalah merupakan saduran (dan pengluasan) salah satu injil karangan Mateus dalam bahasa Aram. Kalau demikian injil terakhir ini dituliskan lebih terdahulu, sekitar th. 40-50 masehi. Akhirnya Injil karangan Lukas (sekitar th 70-80 masehi) dan Injil karangan Yohanes (sekitar th. 95 masehi).
Injil-injil Sinoptis
Ketiga Injil yang terdahulu, yakni injil karangan Mateus, Markus dan Lukas, lazimnya disebut "Injil-injil sinoptis." Istilah Yunani "synopsis" kira-kira berarti: dengan satu kali pandang. Ketiga injil tersebut dapat ditaruh berdampingan dalam tiga lajur, lalu dengan satu pandangan dapat dilihat. Sebab ketiga injil itu pada umumnya sejalan ceritanya. Tetapi tidak selalu dan dimana-mana ketiga injil tersebut sejalan dan itu lalu menimbulkan masalah yang lazimnya disebut "masalah sinoptis".Masalah itu adalah sebagai berikut. Dari satu pihak ketiga injil tersebut (kisah masa muda Yesus dipotong) sangat sejalan, baik dalam urutan ceritanya maupun dalam bahan yang disajikannya. Ada tiga bagian yaitu: tampilnya Yesus serta kerjaNya di Galilea, lalu Ia pergi ke Yudea dan beberapa lamanya bekerja disana, dan akhirnya kisah tentang sengsara serta kebangkitanNya. Memang tidak harus demikian susunannya. Terbukti hal itu oleh injil keempat, karangan Yohanes, yang urutannya berbeda sama sekali. Yesus mulai bekerja di Yudea, lalu pergi ke Galilea, tapi segera berangkat lagi ke Yudea; kembali ke Galilea, ke Yudea lagi. Dalam ketiga injil yang terdahulu, Yesus hanya sekali pergi ke Yerusyalem, tapi menurut injil karangan Yohanes sekurang-kurangnya tiga kali. Kesamaan bahan ketiga injil yang terdahulu serta caranya bahan itu disajikan juga menyolok mata. Hal itupun tidak perlu, sebagaimana sekali lagi dibuktikan oleh injil keempat. Tetapi kesamaan tersebut amat terganggu oleh perbedaan yang tidak kurang besar antara ketiga injil tersebut. Masing-masing injil mempunyai bahan khusus, yang tidak ada dalam injil-injil lain. Meskipun cerita-ceritanya kadang-kadang secara harfiah sama, tetapi tiba-tiba dan ditengah kesamaan muncul perbedaan yang tidak kecil. Demikianpun urutan cerita-cerita yang sama sekonyong-konyong terputus, entah karena apa. Masalahnya mungkin menjadi paling jelas dengan diberikan suatu contoh konkrit, meskipun hanya dalam bahasa aselinya dirasakan baik-baik.
Mat 16:13-20
Kemudian tibalah Yesus didaerah Sesarea Pilipi dan bertanya kepada para muridNya: Siapakah Putera manusia menurut kata orang-orang. Kata mereka: ada yang menyebutnya Yoanes Pemandi, yang lain Elias, yang lain pula Yeremias atau salah seorang dari antara para nabi. Bersabdalah Yesus kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menyebut Aku? Maka sahut Simon Petrus: Engkaulah Kristus, Putera Allah yang hidup. Maka ujar Yesus kepadanya..... (seluruh janji kepada Petrus)..... Lalu Ia menyuruh murid-muridNya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun jua, bahwa Ialah Kristus.
Mar 8:27-30
Dan Yesus serta murid-muridNya bertolak kedesa-desa daerah Sesarea Pilipi. Dan ditengah jalan ia bertanya kepada murid-muridnya, kataNya: Siapakah Aku ini menurut kata orang. Kata mereka, katanya: Yoanes Pemandi, dan lain-lain (berkata) Elias, lain-lain lagi salah seorang dari antara para nabi. Dan Ia bertanya kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menyebut Aku? Maka sahut Petrus dengan berkata kepadanya: Engkaulah Kristus. (janji kepada Petrus tidak ada sama sekali, bahkan bekasnya tidak) Dan Yesus mengancam mereka, supaya jangan-jangan berbicara tentangNya.
Luk 9:18-22
Dan terjadilah ketika Yesus sedang berdoa ditempat sunyi para murid ada sertaNya. Dan Ia bertanya kepada mereka, katanya: Siapakah Aku ini menurut kata orang? Sahut mereka, katanya: Yoanes Pemandi, yang lain: Elias, lain-lain pula: Salah seorang nabi dari dahulukala yang bangkit kembali. Kata Yesus kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menyebut Aku? Maka Petrus menyahut: Kistus dari Allah, (janji kepada Petrus sama sekali tidak ada) Tetapi Ia mengancam mereka sambil melarang, supaya itu jangan dikatakannya kepada siapapun jua.Perbedaan besar memang ada, sebab Markus dan Lukas tidak memuat sama sekali janji kepada Petrus. Tapi yang lain-lain adalah sekaligus sama dan tidak sama. Dan itulah masalahnya.Bagaimana gerangan perbedaan dalam kesamaan dan kesamaan dalam perbedaan dapat diterangkan? Masalah itu sudah banyak dipikirkan dan puluhan sistem yang berusaha memecahkannya. Dewasa ini penyelidikan sedikit banyak dijalan buntu. Tidak ada satu sistem yang berhasil menghilangkan segala kesulitan. Sebagai contoh beberapa sistem disajikan disini. Yang satu berpendapat dapat memecahkan soalnya dengan tradisi lisan. Ketiga injil sinoptis berangkat dari tradisi lisan yang sama, yakni tradisi umat di Yudea (Palestina). Tetapi tradisi itu lalu (ditempat lain) berkembang ketiga jurusan. Masing-masing jurusan memberikan bentuk tertentu kepada tradisi aseli. Maka kesamaan antara ketiga injil itu berasal dari tradisi lisan yang menjadi sumber bersama. Perbedaan datang dari perkembangan selanjutnya. Akhirnya ketiga arus itu dibukukan dalam injil-injil kita.Suatu sistem yang dahulu amat laku ialah, teori kedua sumber. Ketiga injil sinoptis tersusun dengan pertolongan dua sumber (utama) yang tertulis. Sumber yang satu ialah injil karangan Markus (atau: injil yang mendahuluinya dan disebut "pra-Markus") dan sumber yang lain, suatu kumpulan perkataan-perkataan Yesus (logia). Adanya kumpulan sedemikian itu diterima atas dasar suatu berita (kabur) dari seorang bernama Papias, murid Rasul Yohanes. Sumber kedua itu dinamakan Q (dari kata Jerman: Quelle=sumber). Oleh karena kedua sumber tersebut tidak dapat menerangkan seluruh masalahnya, maka kerap kali diterima beberapa sumber lain lagi, yang kurang penting. Masing-masing penginjil mempunyai sumber tersendiri-sendiri.Kedua teori tersebut, yakni teori tradisi lisan dan teori dokumen-dokumen tertulis acap kali digabung menjadi satu: penginjil-penginjil menggunakan baik dokumen-dokumen maupun tradisi lisan.Teori lain lagi berpendapat dapat menerangkan semua dengan berkata: ketiga injil sinoptis bergantung satu sama lain. Umumnya diterima bahwa injil Markus adalah yang terdahulu. Mateus menggunakan Markus, dan Lukas menggunakan baik Markus maupun Mateus (dan sumber-sumber lain lagi). Atau dikatakan: Lukas menggunakan Markus dan Mateus menggunakan kedua-duanya. Lain-lain orang menyisipkan antara Lukas dan Markus suatu injil Mateus yang ditulis dalam bahasa Aram, lalu diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Markus dan Lukas menggunakan Injil karangan Mateus itu. Tetapi saduran injil Mateus dalam bahasa Yunani (seperti sekarang ada) menggunakan injil karangan Lukas juga. Lain teori menempatkan injil karangan Mateus dalam bahasa Aram pada awal mula semua.Dari ringkasan beberapa teori tersebut sudah jelas kiranya betapa berbelitnya masalah sinoptis. Tidak ada banyak harapan, bahwa pernah akan diketemukan suatu teori yang berhasil memecahkan seluruh soalnya.
Injil karangan Yohanes
Habis membaca ketiga injil yang terdahulu dan membuka injil yang keempat orang serta merta merasakan diri didunia yang lain sama sekali. Jika sipembaca berpendapat sudah mengenal Yesus serta karyaNya, maka kini menjadi insaf belum tahu apa-apa. Baik urutan peristiwa serta bahan maupun suasana umum dalam injil keempat ini mempunyai ciri khas dan perbedaan dengan injil-injil lainnya menyolok mata. Sejak dahulukala injil karangan Yohanes suka disebut "injil rohani" dan sebutan itu sungguh menunjukkan sifatnya yang khas.Kesamaan bahan - kecuali kisah sengsara, meskipun disinipun perbedaan cukup besar juga - hampir tidak ada. Yang sama hanya yang berikut ini: tampilnya Yohanes Pembaptis sebagai perintis Yesus (Yoh1:19-39: tapi tidak dikatakan Yesus dibaptis oleh Yohanes), penyembuhan anak seorang perwira di Kafarnaum (Yoh 4:46-53), perbanyakan roti secara ajaib (Yoh 6:1-13), Yesus berjalan dipermukaan air tasik (Yoh 6:1-13). Tetapi caranya peristiwa yang sama diceritakan terlalu berlainan. Masih ada disana sini ayat-ayat atau bagian yang mungkin mengingatkan sesuatu yang diceritakan oleh para sinoptisi juga, tapi sukar dipastikan karena perbedaan. Yohanes umumnya tidak menceritakan banyak peristiwa, tapi terutama perkataan Yesus.Jalan kehidupan Yesus dalam injil keempat cukup berbeda dengan jalannya dalam ketiga injil lain. Menurut ketiga dinoptisi Yesus hanya sekali saja pergi ke Yerusyalem. Tapi menurut injil keempat Ia seringkali tampil dikota suci itu. Yesus seolah-olah pulang-pergi dari Yerusyalem (Yudea) ke Galilea. Perbedaan paling-paling dirasakan dalam hal ini: Pembersihan Bait Allah dari kaum pedagang ditempatkan oleh Yohanes pada permulaan kehidupan Yesus (Yoh 2:13-17), pada hal oleh injil-injil lain ditempatkan pada akhirnya (Mar 11:15-19).Perbedaan paling menyolok mata dalam perkataan Yesus. Dalam ketiga injil yang terdahulu wejangan-wejangan Yesus (juga kalau cukup panjang) terdiri atas pepatah singkat-padat yang umumnya cukup jelas artinya, atau berupa perumpamaan. Tapi dalam injil karangan Yohanes wejangan-wejangan Yesus berupa ulasan-ulasan teoretis yang panjang lebar dan selalu berangkat dari salah satu peristiwa (mukjijat). Wejangan-wejangan itu memberikan kepadanya arti rohani serta mengartikannya sebagai tanda. Wejangan-wejangan Yesus biasanya agak misterius dan berupa dialog dengan lawan-lawannya atau orang-orang lain. Anehnya lagi suasana dan istilah selalu hampir sama, baik pabila Yesus berbicara atau Yohanes Pembaptis maupun pabila si penginjil menjanjikan renungan-renungannya sendiri.Terang sekali dalam injil keempat itu diketemukan suatu tradisi yang tersendiri. Tradisi ini menempuh jalan perkembangan yang amat berlainan dari jalan tradisi sinoptis. Mungkin sipenginjil tidak mengenal tradisi sinoptis, atau sekurang-kurangnya tidak menggunakannya dan terang-terang tidak mengindahkannya. Dalam tradisi Yohanes lebih jauh dilanjutkan apa yang sudah dimulai tradisi sinoptis, yaitu: kejadian-kejadian dari kehidupan Yesus serta ajarannya ditafsirkan, diperkembangkan dengan keadaan serta kebutuhan umat yang baru. Memang dasar terakhir kedua tradisi itu sama, yakni diri Yesus serta ajaranNya. Tetapi tradisi tentang-Nya menempuh dua jalan yang lain sama sekali. Ada tradisi sinoptis (yang umumnya sama) dan ada tradisi Yohanes.Injil karangan Yohanespun kiranya tidak sekali jadi digubah. Dibelakangnya ada suatu tradisi lisan yang lama kelamaan berkembang dan akhirnya dibukukan. Mungkin beberapa kali dibukukan. Boleh diterima tradisi itu berasal dari rasul Yohanes dan terus dipimpin olehnya. Dalam pembukuan terakhirpun pengaruhi rasul itu kiranya besar sekali. Tetapi kitabnya ini mungkin tidak ditulisnya dengan tangan sendiri.
- Catatan: dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA
Artikel ini diambil dari: |