Dari Sejarah Alkitab Indonesia
Kata "eskatologia" adalah kata majemuk Yunani. Ia terdiri atas kata "logos" =kata, ajaran, dan kata "eskaton"(mufrad) atau "eskata" (jamak) artinya: yang terakhir. Maka itu kata "eskatologia" artinya ialah kata/paham, ajaran tentang "yang terakhir",. Menurut istilah kata itu berarti: paham/ajaran tentang kejadian-kejadian terakhir didalam sejarah dunia dan umat manusia, jadi: akhir jaman atau jaman terakhir, jaman yang mengunci sejarah dunia ini. Maka itu "eskatologia" tidak sama artinya dengan "hari kiamat", meskipun "hari kiamat" tentu termasuk kedalam pengertian "eskatologia".
Orang memperbedakan "eskatologia umum" dan "Eskatologis perseorangan". Eskatologia umum mengenai umat manusia/umat Allah seluruhnya, pada hal eskatologia perseorangan mengenai masing-masing orang, jadi kematian dan nasibnya yang terakhir. Disini hanya diperbincangkan tentang "eskatologia umum" saja. Adapun sebabnya ialah: Eskatologia umum itu amat penting kedudukannya dalam Kitab Suci, pada hal "eskatologia perseorangan" kurang penting dan jarang sekali tampil kedepan.
Eskatologia umum tersebut menurut isinya boleh diringkaskan sebagai berikut: ajaran/paham dan pengharapan akan campur tangan Allah terakhir yang merobah sama sekali keadaan umat manusia dan hubungan-hubungannya dengan Allah. Campur tangan Allah itu dapat berlangsung agak lama dan tidak hanya pada "hari kiamat". Demikian misalnya jaman masehi adalah "eskata", kejadian, campur tangan Allah yang terakhir.
Adakalanya dalam campur tangan Allah terakhir itu ada seorang tokoh yang diperbedakan dengan Allah memegang peranan sebagai pengantara. Kalau demikian maka orang menggunakan istilah "masehi": al-Masih sebagai pengantara. Jadi "eskatologia dan "masehi" tidak sama artinya. Masehi memang termasuk ke dalam eskatologia, tapi pengertian eskatologia lebih luas dari masehi.
Eskatologia juga dibedakan dengan "apokaliptik". Apokaliptik adalah jenis sastera tertentu. Didalamnya tercakup eskatologia khusus. Campur tangan tersebut bukan suatu lanjutan sejarah yang sekarang, melainkan berlangsung ditingkatan lebih luhur. Terlebih dahulu dunia ini harus dibinasakan. Lalu bumi baru dan langit baru diciptakan untuk kaum pilihan Allah. Maka itu "eskatologia" adalah merupakan pengertian lebih luas dari pada pengertian "apokaliptik", tapi apokaliptik termasuk kedalam pengertian "eskalogia".
Dalam Kitab Suci eskatologia, masehi dan apokaliptik kerapkali bercampur satu sama lain. Maka itu sehubungan dengan Kitab Suci perbedaan tidak boleh terlalu ditekankan.
Daftar isi |
Perjanjian Lama
Kerap berbicara tentang campur tangan Allah yang terakhir itu dan keselamatan dimasa depan. Mula-mula ajaran itu (khususnya ajaran para nabi) mengenai umat Allah, Israel saja. Tetapi kemudian merangkum seluruh dunia dan segenap umat manusia. Nabi Amos (Am 5:1) menyebut "Hari Yahwe" yang adalah merupakan hari pengadilan ilahi atas orang-orang Israil yang murtad. Tapi nabi Hosea (Hos 2:16-17) melihat Israil bertobat dan demikian menyadi selamat. Menurut nabi Yesaya (Yes 2:9-21) murka Allah menghukum para bangsa, musuh Israil dan Tuhan yang angkuh hati. Nabi Yeremia menegaskan bahwa perjanjian Yahwe dengan Israil digunung Sinai sudah batal akibat pelanggaran Israil. Tapi iapun menubuatkan suatu perjanjian baru yang kekal dan tetap (Yer 31:31-34). Demikianpun nabi Yeheskiel (Yeh 36:26-27) yang menubuatkan pemulihan Israil dimasa depan (Yeh 37:1-34). Trito-Yesaya menubuatkan pemulihan Yerusyalem (Yeh 60:1-22; 62:1-9) serta bumi dan langit yang baru (Apokaliptik) (Yes 65:17; 66:22). Beberapa nabi menekankan, bahwa hanya "sisa Israil", Israil sejati akan selamat (Am 3:12; 5:15; Yes 4:3; 6:13; 10:20; Mikh. 4:6; Sef 3:12-13; Yeh 20:34-38). Para nabi memang mengharapkan pengadilan atas bangsa-bangsa, tapi merekapun menantikan bahwa dijaman terakhir atau diakhir jaman para bangsa selamat dan termasuk kedalam umat Allah kelak (Yes 2:2-4; Mikh 4:1-3; Yer 12:15-16; 19:19, 21; Yes 42:6; 45:22-23; Zak 2:15; 8:21). Dalam kitab Daniel (khususnya) eskalotogia berubah jadi apokaliptik (Dan 7-12; bdk. Yeh 38-39; Yes 24-27; Zak 9-14). Dimasa tampilnya Yesus harapan eskatologis yang berupa apokaliptik amat kuat dibeberapa kalangan orang Yahudi. Harapan itu tercantum dalam pelbagai kitab apokaliptik dan dalam naskah-naskah jemaah di Qumran.
Perjanjian Baru
Pemakluman Yesus sendiri bersifat eskatologia dan malah apokaliptik bersesuaian dengan alam pikiran dijamanNya. Cukuplah kiranya orang ingat akan pokok utama pemaklumanNya, yakni "Kerajaan Allah" yang sudah dekat dan tengah datang. Pokok itu tentu adalah pokok eskatologis dan apokaliptis (bdk. Mar 1:15; Mat 9:35). Pokok-pokok lain dari eskalotogia ialah pengadilan (Luk 19:41-44; Mat 25:31-46), perjuangan antara Allah dan yang jahat serta murtadnya banyak orang (Mat 24:4-13), bumi dan langit yang bergoncang (Mat 24:29) dan lain-lainnya. Bahkan ketiga injil yang terdahulu muat suatu wejangan tentang akhir jaman (Mat 24; Mar 13; Luk 21:5-36) dan wejangan itu nyata bersifat apokaliptik.
Sikap dan pendirian Yesus sendiri sehubungan dengan "akhir jaman" sesungguhnya tidak menjadi amat jelas. Ayat yang paling jelas dan paling penting ialah yang menegaskan, bahwa Yesus sendiri tidak tahu saatnya (Mat 24:36). Juga jelaslah kerajaan Allah jadi akhir jaman, sudah mulai dengan pemakluman dan mukjijat-mukjijat serta diri Yesus (Mar 1:15; Mat 12:28; Luk 6:20; 16:16; 17:21). Dilain pihak kerajaan Allah (akhir jaman) belum ada juga (Mat 13:43; 26:29). Ada ayat-ayat yang menyarankan seolah-olah Yesus berharap akhir jaman tidak lama lagi akan tiba (sesudah wafatNya) (Mar 9:1; 13:29; Mat 10:23).
Semua keterangan-keterangan itu sukar disesuaikan satu sama lain. Kiranya boleh dikatakan sebagai berikut: Yesus sendiri memang tidak tahu kapan "akhir jaman" akan berlangsung. Tapi Ia sungguh memperhitungkan, bahwa tidak lama setelah Ia wafat mungkin terjadi. Tetapi kepastian tidak ada. Maka Iapun mengindahkan kemungkinan, bahwa jaman antara wafatNya dan akhir dunia akan cukup lama juga.
Dijaman para rasul orang dapat melihat suatu perkembangan. Mula-mula orang-orang Keristen menaruh harapan yang hangat sekali bahwa akhir jaman segera akan tiba, meskipun kepastian tiada ada (bdk. 1Tes 4:15, 17; 2Tes 2:1-2). Tapi lambat-laun-oleh karena tidak jadi-harapan itu menjadi kendor (2Ptr 3:4). Maka mulai ditekankan, bahwa hidup abadi dan kebangkitan dalam diri orang keristen sudah berlangsung juga (Injil karangan Yohanes).
Gambaran-gambaran Eskatologis
Dalam menggambarkan akhir jaman dan jaman terakhir Kitab Suci menggunakan bahasa kiasan dan bahasa-penghebat yang sudah tradisionil. Perjanjian Baru memakai gambaran yang lazim dalam sastera apokaliptip Yahudi dijamannya. Gambaran dan bahasa kiasan itu tidak boleh diartikan secara harfiah, melainkan sebagai sastera belaka dan sesuai dengan alam pikiran dijaman itu. Tidak jadi jelas bagaimana halnya akan berlangsung dan apa yang terjadi kelak pabila Allah akan mengunci sejarah penyelamatan.
Inti eskalotogia
Apa yang sesungguhnya dimaksudkan Kitab Suci dengan ajarannya tentang akhir jaman ialah: pernah sejarah penyelamatan ilahi akan selesai dan berakhir. Maka semua orang yang selamat akan menjadi nyata sebagai orang yang ditebus oleh Tuhan dan diselamatkan oleh Allah, bukannya orang tersendiri-tersendiri, melainkan bersama-sama sebagai umat Allah. Sejarah umat manusia berkembang dan dipimpin kesana. Jadi pikiran dilatar belakang ialah ada sejarah penyelamatan yang pernah mulai dan pernah akan berakhir. Sejarah umat manusia bukan suatu lingkaran. Bagaimana semuanya akan berlangsung tidak kita ketahui sedikitnya. Penyelesaian itu adalah penyelesaian sejarah yang kini tengah berlangsung. Tidak dapat dikatakan, bahwa dunia (jagat raya) dan umat manusia akan berhenti, tapi hanya sejarah penyelamatan akan selesai. Penyelamatan itulah "akhir jaman" yang kita alami ini. Semenjak Kristus "eskatologia" sudah berlangsung, tapi belum selesai. Jaman terakhir sudah mulai tapi akhir jaman masih dinantikan.
Interpretasi eskatologia Perjanjian Baru
Para ahli tidak sepakat tentang apa gerangan ajaran Perjanjian Baru tentang akhir jaman, khususnya pendirian Yesus sendiri. Tidak semua pendapat itu dapat diterima, meskipun semua memang mengandung sedikit kebenaran juga.
- Ada yang berpendapat, bahwa Yesus mengharapkan akhir jaman dan kedatangan Kerajaan Allah eskatologis selama hidup. Tanggapannya tentang Kerajaan Allah itu sama saja dengan yang lazim dalam sastera apokaliptik dijamannya. Tapi harapanNya itu tidak terlaksana. Maka Ia mulai berpendapat, bahwa Ia sendiri harus menderita dan mati supaya Kerajaan Allah itu dapat tiba. Tapi akhirnya harapan itupun nyata sia-sia belaka. Jadi Yesus keliru.
- Orang lain beranggapan bahwa dalam kabar Yesus tidak ada harapan akan masa depan. Yesus sendiri adalah Kerajaan Allah dan akhir jaman sudah ada sama sekali didalam dan dengan Dia. Ia memaklumkan hanya hidup abadi dan kebangkitan rohani yang terjadi didalam orang yang percaya akan Dia. Dalam diri Yesus "campur tangan Allah" yang terakhir sudah terwujud seluruhnya dan Yesus sendiri adalah pernyataan Allah tentang kehendak penyelamatanNya yang terakhir. Semua ungkapan Kitab Suci tentang "Kerajaan Allah", "masa depan", "pengadilan", "kebangkitan" dan lain-lainnya mengenai semua diri Yesus. Kemudian dalam Perjanjian Baru orang lupa akan ajaran Yesus itu dan lalu baru lahirlah tanggapan tentang "akhir jaman" dimasa depan.
- Pendapat yang sedikit serupa mengatakan: semua ide dan gagasan "waktu" harus dihilangkan dari "eskalotogia". Perjanjian Baru berbicara dengan bahasa "mitologis". "Jam terakhir" yang sebenarnya ialah keputusan yang tiap-tiap kali diambil manusia terhadap keselamatan yang tiap-tiap kali ditawarkan kepadanya. Bila orang menerimanya artinya beriman, maka ia selamat; jika menolak, maka ia "dihukum". Yesus adalah merupakan panggilan ilahi yang mendorong manusia untuk mengambil keputusan yang tepat. Jadi dalam anggapan ini tidak ada "waktu" terakhir, atau "hari kiamat", "akhir sejarah" dan lain-lainnya.
- Pendapat yang tepat kiranya sebagai berikut; Jaman terakhir (eskaton) sudah mulai dengan Kristus. Didalam diri Yesus serta karyaNya. Kerajaan Allah sudah hadir serta nampak. Tapi belum selesai dan belum ternyata. Pernyataan dan penyelesaian itu baru terjadi pada akhir sejarah. Dalam lanjutan karya Kristus, yakni Gereja, kerajaan Allah tetap hadir dan terus bekerja. Gereja tidak sama dengan kerajaan Allah (demikian pendapat sementara orang), melainkan terlebih "sakramennya". Gereja adalah kerajaan Kristus yang akhirnya akan beralih jadi Kerajaan Bapa. Gereja tengah jalan menuju ke Kerajaan Allah, keakhir sejarah waktu Kerajaan Bapa akan nyata seluruhnya.
- Catatan: dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA
Artikel ini diambil dari: |