Sejarah Alkitab Indonesia

Alkitab Terjemahan Baru

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
Alkitab tb cover besar.jpg
Sejarah Alkitab Bahasa Indonesia

Sejarah dari versi-versi Alkitab dalam bahasa Melayu/Indonesia di Indonesia.

Sejarah Alkitab Bahasa Daerah
Biografi Penerjemah Alkitab
Lembaga-lembaga Alkitab



Download | Baca Online

Keterangan Tabel
Versi
Id
PL
PB
Porsi
Oleh
Organisasi
Bahasa
Ejaan
e-Text
Alkitab Terjemahan Baru
TB
Tahun 1974
Tahun 1971 dan 1974
Tahun 1959
Panitia LAI (termasuk Dr.Swellengrebel, Dr. J.L. Abineno)
LAI
Indonesia
Baru
Tahun 1991 IHO, 1994 OLB/YLSA, 1997/99, 2000, 2001
Kutipan ayat:

Perbandingan ayat

Matius 6:9-13 (Doa Bapa Kami)

Mat. 6:9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,
Mat. 6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
Mat. 6:11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
Mat. 6:12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
Mat. 6:13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)

Matius 28:18-20 (Amanat Agung)

Mat. 28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
Mat. 28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
Mat. 28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Dari: Alkitab Terjemahan Baru

Proyek penerjemahan Terjemahan Baru bahasa Indonesia ini dimulai oleh Lembaga Alkitab Belanda (NBG) pada tahun 1952, karena sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia kegiatan-kegiatan penerjemahan dan penyebaran Alkitab di Indonesia ditangani oleh Lembaga Alkitab Belanda dan Inggris. Dengan berdirinya Lembaga Alkitab Indonesia yang mandiri pada tanggal 9 Pebruari 1954, maka tanggung jawab proyek ini diserahkan kepada LAI pada tahun 1959.

Panitia penerjemahannya terdiri dari tenaga-tenaga ahli berasal dari Belanda, Swiss dan Indonesia (dari unsur Tapanuli, Jawa, Minahasa, dan Timor).

Edisi percobaan karya panitia ini diterbitkan secara bertahan mulai tahun 1959. Akhirnya setelah dua kali tertunda, proyek penerjemahan ini diselesaikan pada tahun 1970 dan Perjanjian Barunya diterbitkan pada tahun 1971, Perjanjian Lamanya pada tahun 1974.

[ Dr. Daud H. Soesilo, Ph.D, 2001, 64-65 ]


Dari: Alkitab: Untuk Masa Kini

Hasil karya mereka mulai diterbitkan secara berangsur-angsur pada tahun 1959, berbentuk beberapa kitab dalam ukuran saku. Perjanjian Baru menyusul pada tahun 1971, dan seluruh Alkitab pada tahun 1974.

Inilah Alkitab yang biasa disebut: "terjemahan baru." (Anehnya, ada terjemahan yang lebih baru lagi daripada "terjemahan baru." Dan tentu saja ada terjemahan yang lebih lama lagi daripada "terjemahan lama"!)

[H.L. Cermat, 42-43]


Dari: Terbitan-Terbitan Alkitab Di Indonesia

Maka pada tahun 1975, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menerbitkan Kitab Suci dalam terjemahan baru. Karena memang baru, maka terbitan itu dinamakan TERJEMAHAN BARU, singkatnya TB, sedangkan terjemahan yang kuno tadi dengan sendirinya menjadi Terjemahan Lama. Jadi, singkatan TB mengacu kepada terjemahan Alkitab yang dibuat oleh Lembaga Alkitab Indonesia dan yang beredar sejak tahun 1975 sampai sekarang. Terjemahan bernama TB itu "formal", bahkan boleh disebut "harfiah", sebab bertujuan mempertahankan sejauh mungkin bentuk asli teks Kitab Suci. Akibatnya, terjemahan itu agak kaku dan tidak selalu mudah dipahami, walaupun cukup sesuai buat studi.

[ Stefan Leks, 1996, 29 ]


Referensi:

  1. Soesilo, Dr. Daud H., Ph.D. 2001. Mengenal Alkitab Anda. Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta. Halaman 64-66.
  2. Cermat, H.L. Alkitab: Dari Mana Datangnya?. Lembaga Literatur Baptis, Bandung. Halaman 40-46.
  3. Leks, Stefan. 1996. Mengenal Abc Kitab Suci. Kanisius, Yogyakarta. Halaman 29-33.

Galeri

kembali ke atas