Sejarah Alkitab Indonesia

Hikmah Taurat, Epilog

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
Taurat, Persaingan Dua Komunitas Imam

Taurat, lima kitab pertama Perjanjian Lama, ternyata rekaman persaingan dua komunitas imam, paska-Salomo dan paska-Samaria. Memang ironis, persaingan itu menjadi nyata justru karena ada orang yang ingin menghilangkan persaingan demi persatuan religi bangsanya. Penyuntingan dan penyusunan yang dilakukan di masa Ezra, justru memperhadapkan manuskrip-manuskrip yang pada awalnya dibuat sebagai alternatif satu sama lain. Dan dari penyatuan itu, sekarang tampak motif kepentingan dibalik penulisan setiap manuskrip.

Apa yang bisa diharapkan dari kitab-kitab Taurat (juga sebagian Nebiim), jika ternyata isinya sarat dengan kepentingan komunitas penulisnya ?

Apa manfaat citra Tuhan yang digambarkan bersifat adil, jika dibaliknya ada konsep persembahan korban demi kepentingan sekelompok imam ?

Apa manfaat sistem ritual terpusat yang digambarkan sebagai satu-satunya jalan pengampunan, jika ia dibuat untuk mempertahankan eksklusivitas keimaman ?

Apa manfaat kisah historis Taurat yang digambarkan sebagai "sejarah bangsa pilihan Tuhan", jika ia sebenarnya hanya berorientasi pada kepentingan politik situasional komunitas penulisnya ?

Apa manfaat hukum-hukum Taurat, jika sebenarnya ia disusun untuk mempertahankan kemapanan status elite para pemimpin agama ?

Apa manfaat Taurat jika isinya disusun dengan tujuan menjungkirkan supremasi komunitas pesaing jabatan keimaman ?

Jawabannya sudah ada. Sudah disampaikan Jesus, dua ribu tahun lalu :

22:37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
22:40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." [catatan: Nebiim adalah kitab para nabi]

Tetapi bukankah konsep "pengampunan" tradisi Priestly tidak sesuai dengan kedua hukum utama itu ?

Ya, karena Jesus adalah pewaris tradisi Deuteronomis, penerus suara kenabian yang sudah dimulai sejak Musa, Jeremia, hingga Jesaya dan seterusnya.

Ya, karena Jesus adalah pewaris nilai komunitas yang hampir selalu termarginalisasi dari kegiatan formal keagamaan yang terpusat di satu tempat, yang tidak merasa terancam kehilangan wewenang dan legitimasi.

Ya, karena Jesus dibesarkan dalam komunitas yang tidak mempedulikan ritual harian yang dibuat demi memperoleh nafkah penghidupan, yang tidak memanipulasi keimanan demi keimaman.

Karena itu, kitab-kitab Taurat bisa dipandang sebagai kesatuan hanya dari perspektif historis demi memahami sejarah penulisan dan pembentukannya, namun sekaligus harus dilihat secara separatif dari perspektif yang sama, demi memahami latar belakang dan motif penulisannya. Pemahaman teks Taurat secara historis akan memberikan pemahaman lebih baik terhadap inkonsistensi dan kontradiksi yang ada pada bagian-bagian Taurat. Karena itu pula, dalam kerangka kesatuan kitab-kitab Perjanjian Lama dan kitab-kitab Perjanjian Baru, Taurat (dan kumpulan kitab lainnya) harus dipandang secara diskriminatif dari perspektif substantif. Pemahaman teks secara diskriminatif akan memberikan pemahaman lebih baik terhadap konteks dan latar belakang penulisannya.

Hikmah Taurat, dengan demikian bisa diringkas dalam sebuah kalimat. Bahwa pemaknaan suatu ayat harus dilakukan secara vertikal dan horisontal sekaligus, secara vertikal untuk mengetahui benang merah konsep tradisinya, dan secara horisontal untuk mengetahui latar belakang dan konteks penulisannya.

Selesai

Bandung, Maret 2002
Heri Muliono


Bibliografi
Artikel ini diambil dari:
Milis i-kan-untuk-CyberGki, 27 Maret 2002. Oleh Heri Muliono http://www.gki.or.id
kembali ke atas