Sejarah Alkitab Indonesia

Persaingan Imam Paska-Salomo

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
Taurat, Persaingan Dua Komunitas Imam

Daftar isi

Daud, Peredam Konflik Suku dan Tradisi Religi

Kerajaan Israel (bersatu) yang berawal dari masa Raja Saul, mencapai puncak kejayaannya di jaman raja penggantinya. Daud berhasil menyatukan dan membesarkan Israel karena mampu menjaga keseimbangan konstelasi politik keagamaan dan kesukuan bangsanya. Pada masanya, kekuatan seorang raja sangat ditentukan oleh dukungan suku. Angkatan perang Israel terdiri dari para prajurit yang dikirimkan oleh setiap suku. Semakin banyak suku yang mendukung seorang raja, semakin banyak prajurit yang dimilikinya. Sehingga semakin kuatlah angkatan perangnya. (Disamping itu, Daud memiliki prajurit profesional non-Israel, dari suku Kreti, Pleti) Orang-orang suku Jehuda yang jumlahnya hampir sama dengan jumlah orang seluruh suku non-Jehuda selalu dirasa sebagai ancaman oleh suku-suku non-Jehuda. Keseimbangan dan rasa keadilan menjadi faktor sangat penting dalam penggalangan dukungan suku-suku Israel.

Daud paling tidak telah melakukan dua langkah tepat untuk menciptakan konstelasi politik yang seimbang.

  1. Memindahkan ibukota dari Hebron ke Jerusalem, yang direbutnya dari orang Jebus, karena tiga alasan, yaitu bahwa Jerusalem :
    1. netral (secara etnis), karena tak terletak di wilayah suku Israel manapun
    2. netral (secara religi) dibanding Hebron yang kota imam Haruni
    3. di tengah-tengah (secara geografis), karena lebih dekat ke wilayah Utara.
  2. Mengangkat dua imam besar, yaitu Zadok bin Ahitub, yang berasal dari Hebron di wilayah Jehuda, di Selatan; dan Abyatar bin Ahimelekh, yang berasal dari wilayah Efraim, di Utara. (Abyatar adalah satu-satunya orang yang selamat dari pembantaian yang diperintahkan Raja Saul terhadap para imam di Nob. Kemudian ia menjadi pengikut Daud). Pengangkatan dua imam besar dari dua komunitas berbeda di masa Daud adalah pengakuan terhadap eksistensi tradisi kedua komunitas tersebut. Zadok mewakili komunitas Haruni (keturunan Harun, Imam Besar pertama bangsa Israel), yang semula berpusat di Hebron, lalu pindah ke Jerusalem. Abyatar mewakili tradisi komunitas Musaiyah (keturunan Musa, pemimpin pembebasan bangsa Israel menuju tanah perjanjian), yang berpusat di Shiloh.

Salomo dan Jerobeam, Pemicu Persaingan Suku dan Tradisi Religi

Salomo

Setelah masa Raja Solomo berakhir, Israel dengan cepat terpecah dua, karena dua tindakan Raja Solomo di bidang agama dan politik. Keseimbangan yang tercipta karena kebijakan akomodatif Daud, runtuh dalam waktu singkat. Sekalipun demikian Salomo tetap dapat bertahan sebagai raja hingga meninggalnya, antara lain karena mengandalkan dukungan prajurit profesional non-Israel warisan ayahnya.

  1. Salomo mencopot jabatan imam Abyatar, sehingga Zadok (dari wilayah Judea) menjadi satu-satunya Imam Besar. Salomo tak menyukai Abyatar, yang mendukung Adonia untuk menggantikan Daud sebagai raja. Persaingan dua anak Raja Daud dalam proses suksesi monarki Daud, berakhir ketika Daud memilih Salomo sebagai penggantinya. Komunitas Musaiyah tersingkir dari panggung religi. Komunitas Haruni menjadi satu-satunya komunitas imam kenegaraan yang resmi.
  2. Di masa kekuasaan Salomo, suku-suku di wilayah utara (non-Judea dan non-Benyamin) merasa dianaktirikan oleh kebijakan Salomo. Mereka merasa terdiskriminasi oleh sistem rodi dan mobilisasi pasokan kebutuhan istana yang memberatkan wilayah Utara. Selain itu, Salomo juga hanya memperhatikan keamanan perbatasan wilayah di selatan. Suku-suku Utara (non-Jehuda) merasa diperas demi kepentingan suku di Selatan (Jehuda). Ketakpuasan ini meledak ketika Rehabeam, anak dan pengganti Solomo, menyatakan akan meneruskan kebijakan ayahnya dalam itu. Maka Israel terbelah dua, secara politis (2 monarki), geografis (2 kerajaan), religi (2 komunitas tradisi).

Jerobeam

Paska-Salomo, di Selatan berdiri Kerajaan Judea dengan Raja Rehabeam. Jerusalem menjadi ibukota kerajaan Judea, sekaligus pusat perkembangan religi komunitas Haruni. Di Utara berdiri Kerajaan Israel dengan Raja Jerobeam, yang mengembangkan sistem religi baru. Jerobeam mendirikan dua pusat kegiatan agama di Dan dan Bethel, karena semua ikon religi bangsa Israel berada di Jerusalem. Komunitas Musaiyah benar-benar termarginalisasi.

  1. Banyak kaum Lewi di Utara hidup menderita. Terutama yang tinggal di 20 kota di Galilea, yang telah diberikan Raja Salomo kepada Raja Hiram dari Tirus (1Raj 9:11).
  2. Jerobeam mengangkat orang-orang non-Lewi menjadi imam kerajaan di Bethel dalam sistem religi baru yang ia ciptakan. Komunitas Musaiyah tidak mendapat tempat. Padahal Jerobeam ditahbiskan sebagai raja oleh imam Shiloh.

Komunitas Imam Paska-Salomo

Kisah perpecahan komunitas imam Israel hampir tidak pernah dibicarakan, sekalipun tersirat dalam Alkitab. Padahal justru pertumbuhan komunitas yang beragam inilah yang menjadi penyebab munculnya empat tradisi sumber naskah kitab-kitab Perjanjian Lama, teristimewa kumpulan Taurat dan Nebiim. Pada jaman monarki paska-Salomo, terdapat paling tidak empat komunitas imam.

  1. Kaum Lewi Israel Utara di Shiloh kemudian Nob
  2. Kaum Lewi keturunan Harun di Hebron kemudian Jerusalem
  3. Kaum Lewi pedesaan di Judea dan Israel
  4. Kaum non-Lewi yang diangkat Jerobeam menjadi imam di Beth-El.

Dua komunitas pertama adalah sumber tradisi teks yang kemudian membentuk kitab-kitab dalam kumpulan Taurat dan Nebiim. Imam Lewi di pedesaan dan imam non-Lewi pasti tidak masuk hitungan. Mereka tak berakses ke sumber tradisi, apalagi mengembangkan konsep dan teologi. Paska-Salomo, polarisasi tradisi religi berjalan seiring persaingan monarki.

Komunitas Musaiyah

Tradisi Elohis ("E") dan Deuteronomis ("D") berasal dari komunitas yang semula berpusat di Shiloh (wilayah Efraim, Israel Utara), dan mengaku sebagai keturunan Musa (karena itu selanjutnya disebut sebagai komunitas Musaiyah). Komunitas ini memiliki tradisi dan peran sejarah yang panjang, bermula dari masa pra-monarki (jaman hakim-hakim). Marginalisasi di jaman Salomo dan Jerobeam menimbulkan kegetiran dalam pandangan terhadap sosok dan ikon keagamaan yang mewakili kekuatan yang menyingkirkan mereka. Pada peristiwa pertama terlambangkan pada sosok Salomo dan Harun, dan ikon keagamaan Salomo. Pada peristiwa kedua terlambangkan pada sosok Jerobeam dan ikon religinya.

Komunitas Haruni

Tradisi Jahwis ("J") dan Priestly ("P") berasal dari komunitas yang semula berpusat di Hebron (ibukota Judea), lalu pindah ke Jerusalem (Wilayah Judea, Israel Selatan), dan mengaku sebagai keturunan Harun (karena itu selanjutnya disebut sebagai komunitas Haruni). Di masa Daud mulai terbentuk komunitas imam elite di sekeliling Zadok, dan sejak itu komunitas Haruni mulai berperan di panggung pusat agama Israel. Lebih-lebih setelah Zadok menjadi satu-satunya imam kerajaan pada masa Salomo. Maka dengan perlahan tumbuh tradisi yang kemudian dikenal sebagai tradisi "J". Komunitas Haruni meraih masa kejayaan dari masa Salomo hingga Hizkia, raja Jehuda ketika Samaria jatuh (722 SM).

Polarisasi Tradisi Religi

Tradisi J dan E memiliki sumber yang sama (mungkin berupa tradisi lisan atau teks yang lebih kuno), namun dikembangkan di wilayah kerajaan yang berbeda, dan dengan tujuan berbeda pula. Keduanya ditulis hingga sebelum jatuhnya Samaria pada tahun 722 SM. Tradisi J ditulis di wilayah Kerajaan Judea, dan berorientasi pada kepentingan Judea. Tradisi E ditulis di wilayah Kerajaan Israel dan berorientasi pada kepentingan Israel. Kisah-kisah tradisi J dan E hanya melegitimasi situasi politik, monarki, geografi, dan sistem religi di sekelilingnya. Pembandingan karakteristik kedua tradisi memperlihatkan masing-masing teks terkait dengan kepentingan komunitasnya.

Lihat MT2 - Musaiyah Versus Haruni, untuk legitimasi dan kritisi religi.
Lihat MT3 - Jahwis Versus Elohis, untuk orientasi dan legitimasi toponomis-geografis dan politis-monarkis

Bandung, Maret 2002
Heri Muliono


Bibliografi
Artikel ini diambil dari:
Milis i-kan-untuk-CyberGki, 27 Maret 2002. Oleh Heri Muliono http://www.gki.or.id
kembali ke atas