Dari Sejarah Alkitab Indonesia
Penulis dan Penyunting
Pada tahun 1980, arkeolog Nachman Avigad mempubilkasikan sebuah segel lempung temuannya. Segel yang berasal dari masa akhir abad-7 SM hingga awal abad-6 SM ini sekarang tersimpan di Museum Israel. Pada salah satu sisinya terdapat huruf Ibrani "lbkryhw bn nryhw hspr", yang berarti "milik Barukh bin Neria, penulis". Di masa Perjanjian Lama, kadang-kadang manuskrip ditulis di atas lembaran papirus, yang kemudian digulung dan diikat dengan tali. Berikutnya, tali itu ditekankan pada bola lempung basah, lalu ditekan dengan segel seseorang. Melalui karakter huruf pada bekas segel pada lempung tersebut, para ahli dapat mengenali waktu pembuatannya, karena karakter huruf Ibrani berubah dari waktu ke waktu. Penemuan segel Barukh ini sangat penting bagi arkeologi Perjanjian Lama, karena merupakan artefak pertama milik seseorang yang namanya tersebut dalam Alkitab. R.E.Friedman dalam "Who Wrote the Bible" edisi revisi (1989) menyebut Barukh sebagai penulis (semacam sekretaris atau panitera) dan penyunting kitab tradisi D, berdasarkan konsep Nabi Jeremia. Segel Barukh antara lain dapat dilihat di http://home.att.net/~kmpope/SealofBaruch.html
Jeremia dan sekretarisnya (Barukh) pasti termasuk komunitas Musaiyah.
- Hubungan Jeremia dengan para imam Shiloh (atau Silo)
- Jeremia adalah salah satu nabi yang tercatat lima kali merujuk ke Shiloh (Jer 7:12,14; 26:6,9; 41:5)
- Jeremia menyebut Shiloh sebagai "tempat dimana Aku (Tuhan) membuat nama-Ku (Tuhan) diam" (Jer 7:12). Ungkapan deuteronomik untuk tempat utama pemujaan Tuhan.
- Jeremia berasal dari Anatot (Jos 21:18-19), kota tempat pengucilan Abyatar, imam besar komunitas Shiloh yang dipecat Samolo. Anantot adalah sebuah desa kecil komunitas Haruni di luar kota Jerusalem. Jeremia pasti bukan Haruni, karena ia mendapat perlakuan tak sedap dari komunitas keturunanHarun (Jer 11:21-23)
- Keterkaitan Jeremia dengan Raja Josia.
- Jeremia memulai karya kenabiannya di masa Raja Josia (Jer 1:2)
- Jeremia membuat syair ratapan kematian ketika Josia mati terbunuh (2Taw 35:25)
- Keterkaitan Jeremia dengan penemuan "Kitab Musa" di masa Raja Josia.
- Adalah Safan yang membawa "Taurat Musa" yang ditemukan imam Hilkia ke Raja Josia. (2Raj 22)
- Adalah Elasa anak Safan (dan Gemarya anak Hilkia) yang membawa surat Jeremia untuk orang Israel yang berada dalam pembuangan di Babelonia (Jer 29:1-3)
- Surat peringatan Jeremia untuk Joyakim, anak Josia, dibacakan Barukh di kamar Gemarya anak Safan (Jer 36:10)
- Adalah Gemarya anak Safan yang membela Jeremia di saat kritis. Juga, sebagaimana Jeremia dibela dan diselamatkan oleh Ahikam anak Safan (Jer 26:10)
- Adalah Gedalya, anak Ahikam, anak Safan, yang melindungi Jeremia, ketika Gedalya sedang menjabat sebagai Gubernur Judea yang diangkat oleh Nebukadnezar (Jer 39:14; 40:6)
Keterkaitan Jeremia dengan imam besar terakhir Shiloh yang dikucilkan di Anatot, dan dengan "Kitab Musa" yang ditemukan Hilkia di jaman Raja Josia, terwakili oleh dua ayat pembuka Kitab Jeremia: "Inilah perkataan-perkataan Jeremia bin Hilkia, dari keturunan imam yang ada di Anatot di tanah Benyamin. Dalam jaman Josia bin Amon, raja Jehuda, dalam tahun yang ketiga belas dari pemerintahannya . . . " (Jer 1:1-2a).
Dalam keadaan termarginal, komunitas Musaiyah tetap memelihara kontinuitas tradisi literatur, menulis teks baru dan menyimpannya berabad-abad, dalam bentuk hukum, kisah, laporan sejarah, dan puisi. Lalu muncul ke panggung sejarah ketika kesempatan datang. Seperti terjadi di masa Raja Josia (Kerajaan Judea), ketika salah satu anggota puas Musaiyah memperoleh posisi terhormat dan memiliki wewenang keagamaan, setelah tersingkir selama sekitar 300 tahun. Dalam masa tersebut mereka mengembangkan teks yang dikenal sebagai manuskrip deuteronomis, yaitu Kitab Ulangan dan semua kitab sejarah hingga jaman Raja Josia. Manuskrip ini dikenal sebagai sumber tradisi "D". Keberhasilan komunitas Musaiyah masuk kembali ke pusat religi yang bersinggungan erat dengan lingkaran kekuasaan monarki, melahirkan gerakan pembaharuan agama yang disebut "Reformasi Raja Josia".
Tradisi "D" adalah kontinuitas tradisi "E", setelah kejatuhan Kerajaan Efraim
- Bertunas di kerajaan Israel di Utara, tetapi mencapai perkembangan puncaknya di wilayah kerajaan Jehuda (setelah jatuhnya Samaria) hingga jatuhnya Jerusalem.
- Menghendaki sentralisasi aktivitas agama (karena Shiloh pernah menjadi pusat agama, di jaman Samuel), tapi tak terkait dengan tabut perjanjian atau keimamam Jerusalem (karena Abyatar, pemimpinnya, disingkirkan Salomo, dan setelah itu Jerusalem dikuasai imam Haruni)
- Menghendaki sentralisasi aktivitas agama dan melegitimasi kaum Lewi sebagai imam. Sangat peduli pada kehidupan para imam Lewi (karena mereka juga kaum Lewi, yang tak bertanah dan tak berpekerjaan) dan berpandangan hanya kaum Lewilah yang berhak menjadi imam (karena mereka pernah tersingkir oleh imam non-Lewi di Bethel), tetapi mengistimewakan hanya sebagian kecil saja (yaitu bukan yang di pedesaan)
- Menerima sistem monarki (karena Samuel menahbiskan dua raja pertama dan kedua), tetapi menghendaki pembatasan kekuasaan raja (karena Samuel juga bersikap demikian, dan karena Raja Salomo dan Raja Jerobeam pernah memperlakukan komunitas Shiloh dengan sangat buruk), misalnya dengan pendekatan pra-monarki dalam hal perang, yang mengutamakan dukungan suku (karena tentara profesional akan menjadikan raja lebih mandiri dan tidak bergantung pada dukungan rakyat).
- Memulai manuskrip dari kisah Musa dan berpuncak pada Raja Josia. Di masa Josia komunitas Musaiyah berhasil "menyingkirkan" komunitas Haruni. Dari sudut pandang Musaiyah, Raja Josia tampil bagai tangan pembalas "dendam aniaya" terhadap komunitas Haruni, Raja Salomo dan Raja Jerobeam, yang telah mereka simpan berabad-abad. Maka Raja Josia pun dikisahkan menghancurkan ikon keagamaan jaman Salomo dan Jerobeam.
Teks D membalas "dendam aniaya" berabad.
- Terhadap Salomo, tradisi D menyebutkan bahwa ia berperilaku buruk di masa tuanya, berpaling pada penyembahan dewa, menjadi pengikut dan mendirikan kuil pemujaan di bukit dekat Jerusalem bagi Dewi Astoret dari Sidon, dewa Khemos dari Moab, dewa Milkom dari Ammon. (2Raj11:5-7). Lalu dikisahkan bahwa Raja Josia menghancurkan tempat tersebut (2Raj 23:13)
- Terhadap Jerobeam, tradisi D mengisahkan kegiatan sistem religi baru Raja Jerobeam yang membangun kuil di Dan dan Bethel. (1Raj12-13) :Lalu dikisahkan penghancuran tempat tersebut, juga oleh Raja Josia (2Raj 23:15). Raja Josia telah membalaskan "aniaya" yang diterima komunitas Musaiyah dari Shiloh selama tiga ratusan tahun. Tak aneh jika para Deuteronomis memotret Raja Josia sebagai puncak sejarah tiga abad terakhir.
Bersambung ke MT7 - Ezra, Penyusun 5 Kitab Taurat
Bandung, Maret 2002
Heri Muliono
Bibliografi | |
Artikel ini diambil dari: |