Dari Sejarah Alkitab Indonesia
Adalah kerinduan kami untuk melihat umat Allah mengalami transformasi melalui pembaharuan pikiran sebagaimana Paulus mengingatkan kita dalam surat Roma. Dan tidak ada pembaharuan lebih penting selain dari mempelajari Firman Allah. Pusat dari sebuah Reformasi baru adalah keyakinan yang teguh pada otoritas Alkitab dan tunduk pada Firman Allah. Dan untuk itulah "Foundation for Reformation" (Yayasan Untuk Reformasi) ada, yaitu untuk menolong menguatkan dasar yang penting ini dalam kehidupan gereja. Pengetahuan dan pemahaman akan Alkitab merupakan langkah pertama yang penting bagi ketaatan kita terhadap Firman Allah.
Pemazmur Daud membagikan kerinduan hatinya kepada para pembaca dengan menyatakan: "Lihatlah, betapa aku mencintai titah-titah-Mu! Ya Tuhan, hidupkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu. Dasar Firman-Mu adalah kebenaran, dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya." (Maz 119:159-161).
Saya yakin ketika Daud menuliskan Mazmur 119 ia mengetahui bahwa penganiayaan sering tak terelakkan ketika kita hidup dalam ketaatan pada Firman Allah. Bahkan mungkin saat ini, di negeri anda yang elok ini, anda menyaksikan saudara-saudara seiman yang mengasihi Firman Tuhan harus mempertaruhkan hidup mereka bagi ketaatan tersebut.
Demikianlah yang terjadi di Inggris, saat terjadi Reformasi sekitar tahun 1550-an. Pada waktu itu orang-orang begitu mencintai Tuhan Allah dan Firman-nya, bahkan sering kali lebih daripada hidup mereka sendiri. Orang-orang ini hidup dibuang dan diasingkan karena iman mereka, dan mereka rela mempertaruhkan segalanya untuk membawa kebenaran Alkitab bagi bangsa mereka. Itulah awal mula kisah Alkitab Geneva.
Daftar isi |
Sejarah
William Tyndale
Alkitab Geneva bukanlah Alkitab bahasa Inggris pertama yang dibuat. Pada abad 14, John Wycliffe menyelesaikan tugas tersulit yaitu membuat terjemahan tertulis pertama dari seluruh Alkitab berbahasa Latin Vulgate ke dalam bahasa Inggris. Bayangkan proses penulisan dan penerjemahan pada saat komputer, pengolah kata, mesin ketik dan bahkan mesin cetak belum ditemukan. Semua kalimat, kata, baris demi baris, dan halaman demi halaman, harus disalin oleh tangan. Proses yang lambat dan memerlukan ketelitian yang tinggi. Sekalipun saat itu menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris sangat dilarang, namun puji Tuhan sampai saat ini masih ada 200 salinan manuskrip yang berhasil diselamatkan dan bertahan hingga saat ini.
Dengan penemuan mesin cetak, pekerjaan penerjemahan menjadi jauh lebih mudah. Alkitab dapat dicetak, dipublikasikan, dan disebarkan kepada banyak orang dengan lebih cepat daripada sebelumnya. Alkitab Perjanjian Baru Terjemahan William Tyndale yang diterbitkan tahun 1526 ini adalah Alkitab pertama yang diterbitkan dalam bahasa Inggris. Ini juga merupakan Alkitab Terjemahan bahasa Inggris pertama dari bahasa asli Yunani. Tyndale kemudian mulai bekerja menerjemahkan Perjanjian Lama dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Inggris. Pada saat itu para bishop dan raja menjadi sangat geram dan merasa sangat terancam. Mereka menolak Terjemahan Tyndale ini dan membakar salinan yang ada sebanyak-banyaknya. Tyndale dianggap bersalah sebagai bidat dan dipenjarakan. Ia akhirnya dicekik dan dibakar karena kesungguhan dedikasinya pada Penerjemahan Alkitab.
Hasil kerja keras Tyndale tidaklah sia-sia. Semasa pemerintahan Raja Henry VIII Inggris, sekretaris Thomas Cromwell dan Archibishop Cramner mempersiapkan pekerjaan terjemahan yang baru. Seorang rekan William Tyndale, Miles Coverdale, dipilih untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Untuk menghasilkan terjemahan baru ini, Converdale mempelajari Alkitab Latin Vulgate, karya terjemahan lain versi bahasa Jerman, dan juga karya Tyndale sendiri. Ini menjadi Alkitab lengkap bahasa Inggris pertama yang dicetak.
Hampir bersamaan dengan itu, "the Matthew Bible" muncul. John Rogers, yang juga rekan Tyndale, adalah penterjemah yang membuat versi ini. Sumber-sumber yang digunakan Rogers meliputi terjemahan Perjanjian Baru dan bagian-bagian Perjanjian Lama yang dikerjakan oleh Tyndale, terjemahan karya Coverdal, dan juga karya perbaikan yang dibuatnya sendiri. Karyanya ini menjadi Alkitab pertama yang boleh dijual secara resmi.
Tak lama kemudian Cromwell meminta Coverdale untuk mempersiapkan terjemahan yang lain lagi. Dia takut kalau hubungan dekat "Matthew Bible" dengan karya Tyndale, yang banyak bagian catatan yang ada di dalamnya tidak disukai oleh para pejabat gereja, akan membuat pekerjaan penterjemahan dalam bahaya untuk dihancurkan. Oleh karena itu Cromwell ingin membuat terjemahan baru yang tetap setia pada teks aslinya, tetapi yang tidak akan menimbulkan kesulitan diterima oleh para pejabat gereja (klergi).
Kemudian "the Great Bible" diterbitkan. Alkitab ini hampir sama dengan "the Matthew Bible", tetapi tanpa catatan karena mungkin akan tidak disukai oleh para klergi. Henry VIII sangat senang, lalu diumumkan dengan surat keputusan kerajaan supaya Alkitab tersebut dibaca secara umum, di setiap gereja di Inggris. Salinan-salinan Alkitab di tempatkan di gereja dan diberi rantai (supaya tidak dibawa pulang atau dicuri -red), itu sebabnya "the Great Bible" ini kemudian dijuluki dengan sebutan "the Chain Bible." Ironisnya, Alkitab yang pada mulanya dilarang dan menyebabkan kematian Tyndale, sekarang menjadi Alkitab yang diperintakan oleh raja untuk dibaca di setiap gereja.
Alkitab Jenewa
Tak lama sesudah itu banyak masalah mulai bermunculan. Semasa pemerintahan Ratu Mary, pada pertengahan abad 16, pekerjaan penerjemahan Alkitab dihambat lagi. Ratu mencoba untuk mengembalikan iman Katolik Roma di Inggris. Cetakan-cetakan Alkitab berbahasa Inggris dibrendel, demikian juga penggunan Alkitab bahasa Inggris dalam kebaktian gereja. Pada masa ini penganiayaan berdarah sering terjadi di kalangan kaum Protestan, sehingga banyak yang melarikan diri dari Inggris dan mencari perlindungan di daratan Eropa. Kota Jenewa, di Switzerland, selain memberikan kebebasan agama politik bagi kaum Protestan, juga memberikan pengaruh kaum Calvinis yang kuat sehingga para Reformator diijinkan berkarya dan bertumbuh. Di sini, pemimpin-pemimpin seperti William Wittingham, John Knox dan John Calvin bersama-sama dengan para ahli teologia terkenal lainnya, memulai pekerjaan penerjemahan Alkitab untuk kepentingan masyarakat umum berbahasa Inggris.
Hasilnya adalah the Geneva Bible, pertama kali diterbitkan tahun 1560. Alkitab ini relatif kecil dan tidak mahal sehingga terjangkau oleh masyarakat biasa dan juga mudah disimpannya, tidak seperti versi-versi sebelumnya yang besar dan memakan tempat untuk menyimpannya. Alkitab ini berisi lebih banyak catatan pinggir, daripada versi terjemahan Alkitab sebelumnya, dan catatan-catatan tsb. merefleksikan pandangan teologi para Reformator Protestan dan kaum Calvinis. Alkitab Jenewa menjadi Alkitab bahasa Inggris pertama yang berisi paling banyak catatan/keterangan. Teologi yang dijelaskan dalam catatan-catatan tsb. betul-betul mencerminkan pandangan para Reformator. Mereka ingin agar catatan-catatan tersebut menolong orang-orang biasa (awam) yang pada saat itu kebanyakan tidak berpendidikan. Para Reformator mencari cara untuk membantu orang awam agar mengerti lebih dalam akan Tuhan dari Alkitab. Alkitab Jenewa juga merupakan terjemahan pertama yang membagi teks dalam ayat-ayat.
Dengan kembalinya orang-orang Protestan ke Inggris, Alkitab Jenewa menjadi versi yang paling disukai di Inggris. Ini adalah Alkitab yang mendapat dukungan dari para teolog besar, seperti John Calvin dan John Knox. Sampai pada pertengahan masa Reformasi Protestan, Alkitab Jenewa menjadi Alkitab Terjemahan bahasa Inggris yang mendominasi selama lebih dari 80 tahun. Terjemahan ini digunakan dan disukai baik oleh orang kebanyakan maupun orang-orang ternama. William Shakespeare memakai Alkitab Jenewa, demikian juga John Bunyan, penulis "Pillgrim's Progress". Alkitab Jenewa juga menjadi Alkitab yang dipakai oleh penduduk imigran yang datang pertama di Amerika, yaitu kaum Puritan, penduduk Jamestown, dan juga Polymouth Pilgrims membawa Alkitab Jenewa.
Tetapi di pihak lain Alkitab Jenewa mulai menggerogoti otoritas para bishop di Inggris. Popularitas Alkitab Jenewa menyebabkan kaum Puritan dan para Reformator memiliki pengaruh yang meningkat diantara masyarakat Kristen di gereja-gereja, terutama karena catatan-catatan pinggir yang menjelaskan Kitab Suci dari sudut pandang teologia Reformed. Sekali lagi, para klergi gereja menjadi sangat geram. Hal ini mendorong para bishop membuat Alkitab terjemahan mereka sendiri untuk mengambil alih "the Great Bible" atau "the Chain Bible" di dalam gereja, dengan demikian Alkitab Jenewa tidak mendapat tempat. Hasilnya adalah "the Bishop's Bible" (Alkitab Bishop) yang sangat tebal dan mahal. Karya terjemahannya tidak cukup akurat dan menyeluruh. Baik para ahli teologia maupun masyarakat umum tidak tertarik, sehingga Alkitab tersebut tidak pernah mendapat popularitas. Namun, sekalipun kurang populer, Alkitab tersebut sempat menjadi Alkitab resmi gereja Inggris selama hampir lima puluh tahun.
Versi King James
Pada saat Raja James (King James) berjaya, pejabat pemerintah gereja berpihak pada Alkitab Bishop, tetapi masyarakat lebih memilih Alkitab Jenewa. Raja James sendiri tidak menyukai catatan-catatan pinggir dalam Alkitab Jenewa karena teologi Roformed dan puritan yang tercermin didalamnya. Tetapi ia juga tidak puas dengan Alkitab Bishop. Lalu ia mengadakan sebuah konferensi dan menunjuk para ahli teologia untuk memulai sebuah terjemahan yang baru. Pada tahun 1611, versi "King James Bible" yang juga dikenal dengan "Authorized Version" diterbitkan untuk pertama kalinya. Selama lebih dari lima puluh tahun kemudian secara berangsur-angsur Alkitab versi King James mengambil alih posisi pendahuluannya, Alkitab Jenewa.
Alkitab versi "King James" memiliki banyak manfaat yang tidak dimiliki oleh versi sebelumnya. Pengetahuan tentang bahasa Yunani dan Ibrani juga telah lebih berkembang dibandingkan masa-masa terjemahan yang terdahulu. Terdapat bermacam-macam kelompok ahli teologia yang mengerjakan terjemahan tersebut dan mereka dapat memakai semua karya terjemahan lain yang telah dikerjakan saat itu. Tujuannya adalah untuk menghasilkan terjemahan Alkitab bahasa Inggris yang terbaik. Sifat akademis dan juga gaya keindahan bahasa versi "King James" telah membuat Alkitab ini menjadi Alkitab bahasa Inggris yang berjaya selama lebih dari 300 tahun. Bahkan sampai sekarang masih banyak orang yang menggunakannya. Saat ini, 400 tahun setelah Reformasi dan penerbitan Alkitab Jenewa, kebutuhan untuk sebuah Reformed Study Bible yang baru sangat dirasakan.
The New Geneva Study Bible
The New Geneva Study Bible merupakan kelanjutan dari tradisi pembaharuan. Tujuannya adalah untuk menegakkan kembali teologi Reformasi dari serangan teologia Liberal dan Armenian. Sebagaimana Alkitab Jenewa yang asli, The New Geneva Study Bible dihasilkan oleh sekelompok ahli teologia kenamaan. Terdapat lebih banyak catatan keterangan, garis besar kitab, pengantar, dan artikel-artikel dari pandangan teologia Reformed. Catatan-catatan keterangan lebih diperluas dari catatan Geneva Bible yang asli, sebagai usaha untuk menjelaskan teologia Reformed yang ditemukan dalam Alkitab. Editor umum R. C. Sproul menyatakan bahwa The New Geneva Study Bible menawarkan banyak sekali alat yang dibutuhkan untuk suatu pemahaman Reformed terhadap Alkitab. Struktur perjanjian dari Alkitab terpancar melalui karya ini sehingga semakin jelas motif utama anugerah Allah dalam penebusan kita.
Karena Reformasi semakin nampak pengaruhnya dalam dunia, The New Geneva Study Bible bermaksud untuk memperluas jangkauannya ke wilayah internasional dengan tambahan terjemahan dalam berbagai bahasa seperti bahasa Rusia, Jerman Portugis dan Rumania. Kami dengan gembira ingin memberitahukan bahwa "Foundation for Reformation" telah membuat kesepakatan dengan yayasan Alkitab yang ada di Indonesia untuk memproduksi The New Geneva Study Bible dalam bahasa Indonesia. Kami juga sedang mendiskusikan dengan sejumlah rekan tentang kemungkinan memproduksi The New Geneva Study Bible dalam edisi China dan juga Korea. Kami meminta dukungan doa anda sekalian untuk proyek-proyek yang penting ini.
Salah seorang ahli teologia senior kami adalah Dr. J. I. Packer, beliau yang menulis 100 artikel dalam Teologia Sistematika dan kita bisa mendapatkan artikel-artikel tsb. tersebar di dalam The New Geneva Study Bible. Dr. Packer memberikan hasil penelitian yang sangat penting bahwa "Empat abad yang lalu, catatan-catatan keterangan dalam Geneva Bible yang pertama telah membuat bidang akademis melayani Allah, kebenaran dan hidup dalam kesalehan sesuai dengan intisari dari momentum dalam Reformasi saat itu. The New Geneva Study Bible ingin memberikan hal yang sama tetapi dalam konteks modern saat ini."
Tetapi, yang lebih penting daripada catatan-catatan keterangan adalah Alkitab itu sendiri. Rasul Paulus, dalam tulisannya kepada pendeta muda Timotius, menekankan nilai dan penyelidikan dari Alkitab, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan yang baik" (2Tim. 3:16, 17).
Penutup
Sebagai kesimpulannya, sangat tepat jika kita mengalunkan pujian seperti Daud ketika menggambarkan keindahan dan berharganya Firman Allah dalam Kitab Mazmur: "Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikah hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah Tuhan itu tepat menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan Tuhan itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum Tuhan itu benar, adil semuanya, lebih indah daripada emas, bahkan daripada banyak emas tua; dan lebih manis daripada madu, bahkan daripada madu tetesan dari sarang lebah." Mazmur 19:8-11.
Doa kami, kiranya Tuhan memakai The New Geneva Study Bible sebagai alat bantu yang dapat menolong kita menginspirasikan kasih baru kepada Tuhan dan Firman-Nya. Terima kasih banyak dan kiranya Tuhan memberkati anda dengan limpah.
Artikel ini diambil dari: |