Sejarah Alkitab Indonesia

Ezra, Penyusun 5 Kitab Taurat

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
Taurat, Persaingan Dua Komunitas Imam

Daftar isi

Pra-Babelonia

Pada awalnya, ada dua "kitab suci" dari dua tradisi berbeda, Jahwis dan Elohis (J dan E), yang ditulis dua komunitas imam yang berbeda (Haruni dan Musaiyah), dan dipelihara di dua wilayah kerajaan yang terpisah (Jehuda dan Israel), hingga kedatangan bangsa Assiria yang meruntuhkan Kerajaan Efraim di Utara. Situasi politik paska-Samria, tahun 72 SM, memaksa terjadinya diaspora, sebagian rakyat bekas kerajaan Efraim bermigrasi ke berbagai penjuru dunia, lalu dikenang sebagai "10 suku Israel yang hilang". Sebagian lainnya bermigrasi ke Selatan, bergabung dengan saudara-saudaranya suku Jehuda. Lalu bergabung pulalah dua tradisi menjadi satu: teks JE, yang tersebar dan saat ini dikenali dalam Kitab Kejadian, Kitab Keluaran, dan Kitab Bilangan. Sekelompok imam merasa kedudukannya terancam, karena sebagian isi kolase "kitab suci" itu mengerogoti legitimasi dan wewenang keimaman komunitasnya. Maka dimulailah tradisi penulisan baru yang kemudian dikenal sebagai manuskrip P, atau 'Priestly', "Kitab Taurat" versi baru pesaing "Kitab Taurat" JE. Raja berganti, jaman berganti, sekelompok imam dari komunitas yang pernah tersingkir, berhasil naik panggung lagi. Mereka membawa manuskrip baru yang kemudian disebut sebagai teks "Deuteronomy" atau "D". Sebelum Jerusalem dan Baitallah Pertama luluh lantak di tangan pasukan Nebukadnezar dari Babelonia, tahun 587SM, Israel memiliki empat tradisi manuskrip (J,E,D,P) yang dipelihara dua komunitas imam (Musaiyah dan Haruni).

Di Pembuangan

Keruntuhan dua kerajaan kecil Israel, dan terutama masa pembuangan di Babelonia, adalah salah satu peristiwa yang menjadi tonggak besar perjalanan religius bangsa Israel. Untuk pertama kalinya mereka berinteraksi secara intensif dengan kultur asing. Untuk pertama kalinya mereka kehilangan seluruh ikon religi mereka. Tidak ada raja yang dianggap wakil Tuhan di dunia. Tidak ada Baitallah, lambang kehadiran Tuhan di dunia. Tidak ada wilayah negara, lambang janji Tuhan kepada mereka sebagai "bangsa pilihan". Israel meratap, seperti terekam di banyak bagian Alkitab, misalnya yang terbaca pada Kitab Ratapan dan bagian akhir Kitab Jeremia yang mengkisahkan kehidupan pengungsi di Mesir; juga Kitab Yehezkiel dan bagian akhir Kitab Jesaya yang mengkisahkan kehidupan di tempat pembuangan Babelonia. Kegetiran dan kerinduan, dendam dan ketakberdayaan, pengharapan dan penyesalan, sekaligus terwakili dalam syair Mazmur 137

Paska-Babelonia

Lalu muncul kesadaran dalam komunitas tertentu. Kesadaran yang makin lama makin kuat, bahwa keterpurukan itu disebahkan oleh keterpecahan mereka sendiri. Lalu datanglah pasukan Darius dari Persia, meruntuhkan dominasi Babelonia. Dan orang-orang Israel kembali dari pembuangan. Hidup paska-pembuangan ternyata sulit, ikon religi masih belum terpulihkan, keterceraiberaian belum dipersatukan. Dan datanglah hari-hari Ezra, yang serba tepat. Ezra berasal dari keluarga imam yang tepat, dari profesi yang tepat, di tempat yang tepat, di waktu yang tepat, dengan wewenang mencukupi, dan dengan bekal yang tepat (naskah "kitab suci" yang pertama kali diperkenalkan kembali ke depan khalayak Judea paska-Babelonia).

Dari Kitab Ezra terbaca :

7:6 Ezra ini berangkat pulang dari Babel. Ia adalah seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan TUHAN, Allah Israel. Dan raja memberi dia segala yang diingininya, oleh karena tangan TUHAN, Allahnya, melindungi dia.
7:10 Sebab Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat TUHAN dan melakukannya serta mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang Israel.
7:14 Oleh karena engkau disuruh raja serta ketujuh orang penasihatnya untuk mengadakan penyelidikan mengenai Yehuda dan Yerusalem dengan berpedoman kepada hukum Allahmu yang menjadi peganganmu, Ezra, yang berasal dari komunitas Haruni, memperoleh wewenang besar dari Raja Persia untuk memulihkan Judea, dan tangannya menggenggam "Taurat Musa yang diberikan TUHAN, Allah Israel".

"Kitab Taurat", sebagaimana yang kita kenal sekarang sebagai 5 kitab pertama Perjanjian Lama, yang untuk pertamakalinya diperkenalkan di Judea, adalah manuskrip yang berada di tangan Ezra. Ezra membawanya sendiri ke Jerusalem, Ezra membacakannya sendiri untuk pertamakalinya ke khalayak ramai di Jerusalem. Ezra adalah penyusun Kitab Taurat. Ezra adalah Redaktur, penggabung dan penyunting manuskrip dari berbagai tradisi, menjadi satu kesatuan.

Redaktur Taurat

Redaktur yang menggabungkan empat tradisi menjadi satu kesatuan dalam kumpulan kitab Taurat dan Nebiim pasti terkait dengan komunitas imam Haruni. Mungkin ia (atau mereka) adalah imam dari komunitas Haruni, sekutu komunitas Haruni, atau punya komitmen terhadap kepentingan komunitas Haruni.

  1. Hampir semua karyanya dimulai dari kisah atau hukum tradisi P, tak pernah dari tradisi J atau E.
  2. Ia menggunakan dokumen karya tradisi P sebagai kerangka. Dokumen pertama yang digunakannya adalah "Kitab Silsilah" (Book of Generations) yang :
    1. menggunakan istilah Elohim, bukan Yahweh.
    2. menyebut manusia diciptakan sesuai gambaran Allah
    3. peduli terhadap pengulangan detil nama dan waktu.
  3. Menggunakan teks tradisi P sebagai struktur 15 pasal Kitab Kejadian mulai dari perbudakan di Mesir. (Dalam tradisi P setiap musibah dimulai dengan "tetapi hati Firaun ..."
  4. Menambahkan kata dengan gaya bahasa yang tipikal tradisional P dan mengandung kepentingan komunitasnya.
  5. Menekankan pemusatan agama: satu pusat kegiatan, satu mezbah, satu tabernakel, satu tempat persembahan korban. Raja yang memulai pemusatan agama adalah Hiskia, Raja Judea. Dalam masa pemerintahannya Kerajaan Israel (Utara) runtuh.

Penyuntingan

Redaktur Kitab Taurat pasti menghadapi kesulitan teknis luar biasa. Ia berhadapan dengan berbagai jenis manuskrip: prosa, puisi, hukum, narasi, daftar dan silsilah, instruksi teknis arsitektur dan liturgi. Ia bertemu muka dengan berbagai tradisi yang masing-masing unik, respons suatu komunitas terhadap situasi dan kebutuhan khusus dalam sejarah panjang Israel. Karenanya, ia harus menggeluti berbagai kontradiksi dan inkonsistensi.

Maka langkah-langkah yang dilakukannya sejauh yang bisa dikenali saat ini adalah sebagai berikut :

  1. Dua kisah penciptaan diletakkannya di depan. Teks P yang berperspektif kosmis menjadi Kej 1, teks J yang berperspektif anthropomorfis menjadi Kej 2. Peletakan dua teks dengan perspektif berbeda, ternyata memberi quasi-efek saling melengkapi, sebagaimana dirasakan beberapa pembacanya.
  2. Kisah Adam dan Hawa, Kain dan Habel, dari tradisi J, diletakkan dalam bagian selanjutnya. Lalu dilanjutkan dengan sepuluh aras silsilah dari Kitab Silsilah, dan berakhir di Nuh.
  3. Dua Kisah Air Bah (dari J dan P) sangat menyulitkan redaktur, karena keduanya merupakan kisah yang lengkap dan utuh, dan masing-masing memiliki unsur-unsur kisah dengan perbedaan yang sangat nyata. Kej 5:8~9:17 menjadi bukti ketrampilan penyuntingan Redaktur Taurat. Kedua kisah dari dua masnuskrip itu dipenggal-penggal menjadi beberapa bagian, lalu disatukannya kembali menjadi satu kisah utuh dalam satu manuskrip.
  4. Di banyak bagian lain Redaktur menggunakan berbagai teknik yang berbeda.
    1. menempatkan dua kisah yang sama di dua bagian berbeda;
    2. membiarkan satu manuskrip tetap utuh, dan menambah satu dua kalimat penghubung atau tambahan

Selain menyunting Taurat, Redaktur juga menyunting Nebiim, dengan prinsip sama: tanpa penghilangan suatu bagianpun dari teks yang telah ada, dengan satu tujuan: rekonsiliasi religi demi reunifikasi Israel.

Bersambung ke MT8 - Jesus, Pewaris Tradisi Deuteronomis

Bandung, Maret 2002
Heri Muliono


Bibliografi
Artikel ini diambil dari:
Milis i-kan-untuk-CyberGki, 27 Maret 2002. Oleh Heri Muliono http://www.gki.or.id
kembali ke atas