Sejarah Alkitab Indonesia

Teks dan Terjemahan Alkitab

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
 
Baris 13: Baris 13:
Yesus berkata mengenai Perjanjian Lama bahwa "satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi" (Mat. 5:18). Demikianlah Ia mengajar bahwa Allah telah mengilhami seluruh teks Perjanjian Lama, bahkan sampai kepada hal-hal yang terkecil.
Yesus berkata mengenai Perjanjian Lama bahwa "satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi" (Mat. 5:18). Demikianlah Ia mengajar bahwa Allah telah mengilhami seluruh teks Perjanjian Lama, bahkan sampai kepada hal-hal yang terkecil.
-
Jemaat yang mula-mula menganggap pengilhaman Perjanjian Lama sebagai bagian yang pokok dan sangat penting dari ajarannya. Kitab-kitab Perjanjian Baru masih sedang ditulis selama abad yang pertama; jadi, ketika penulis-penulis Perjanjian Baru menyebutkan "Kitab Suci", pada umumnya mereka maksudkan kitab-kitab yang kita kenal sekarang sebagai Perjanjian Lama. Petrus menulis bahwa "tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah" (II Ptr. 1:20-21). Paulus memberi tahu Timotius, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah..." (II Tim. 3:16a). Dan karena Allah mengilhami tulisan-tulisan ini, itu "bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (II Tim 3:16b).
+
Jemaat yang mula-mula menganggap pengilhaman Perjanjian Lama sebagai bagian yang pokok dan sangat penting dari ajarannya. Kitab-kitab Perjanjian Baru masih sedang ditulis selama abad yang pertama; jadi, ketika penulis-penulis Perjanjian Baru menyebutkan "Kitab Suci", pada umumnya mereka maksudkan kitab-kitab yang kita kenal sekarang sebagai Perjanjian Lama.<ref>Akan tetapi, perhatikanlah bahwa Paulus secara khusus mengacu kepada kitab-kitab Musa sebagai "perjanjian lama" (II Kor. 3:14-15). Perhatikan juga bahwa di I Tim 5:18 tampaknya ia mengutip Luk 10:7 sebagai "Kitab Suci"</ref> Petrus menulis bahwa "tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah" (II Ptr. 1:20-21). Paulus memberi tahu Timotius, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah..." (II Tim. 3:16a). Dan karena Allah mengilhami tulisan-tulisan ini, itu "bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (II Tim 3:16b).
Pernyataan-pernyataan ini membangkitkan rasa ingin tahu kita tentang cara kerja Allah dalam penulisan Perjanjian Lama. Kita perlu mengerti proses ini sebelum kita menyelidiki bagaimana teks itu disampaikan kepada kita. Maka kita harus memikirkan perkara pengilhaman ini sebelum kita maju lebih jauh.
Pernyataan-pernyataan ini membangkitkan rasa ingin tahu kita tentang cara kerja Allah dalam penulisan Perjanjian Lama. Kita perlu mengerti proses ini sebelum kita menyelidiki bagaimana teks itu disampaikan kepada kita. Maka kita harus memikirkan perkara pengilhaman ini sebelum kita maju lebih jauh.
Baris 21: Baris 21:
Secara tradisional, gereja telah mengajarkan pengilhaman penuh Alkitab. Dinyatakan dengan sederhana, inilah doktrin bahwa (1) Allah mengaruniakan dan menjamin segala sesuatu yang telah dikatakan para penulis Alkitab mengenai semua pokok yang mereka bicarakan, dan (2) melalui dorongan batin (tambah penyesuaian dan pengendalian ilahi) Ia menentukan caranya mereka harus mengungkapkan kebenaran-Nya. Dengan demikian, Alkitab ditulis tepat seperti yang direncanakan Tuhan, dan karena itu sesungguhnya adalah Firman Tuhan dan juga kesaksian manusia. Kedua ajaran ini berasal dari Alkitab sendiri.
Secara tradisional, gereja telah mengajarkan pengilhaman penuh Alkitab. Dinyatakan dengan sederhana, inilah doktrin bahwa (1) Allah mengaruniakan dan menjamin segala sesuatu yang telah dikatakan para penulis Alkitab mengenai semua pokok yang mereka bicarakan, dan (2) melalui dorongan batin (tambah penyesuaian dan pengendalian ilahi) Ia menentukan caranya mereka harus mengungkapkan kebenaran-Nya. Dengan demikian, Alkitab ditulis tepat seperti yang direncanakan Tuhan, dan karena itu sesungguhnya adalah Firman Tuhan dan juga kesaksian manusia. Kedua ajaran ini berasal dari Alkitab sendiri.
-
Para penulis Perjanjian Lama berulang-ulang mengingatkan kita bahwa mereka sedang menyampaikan Firman Allah. Para nabi membuka pernyataan mereka dengan mengatakan "beginilah firman Tuhan," "firman Tuhan yang datang kepadaku," atau pernyataan lain yang serupa. Rene Pache menemukan 3.808 pernyataan seperti ini di Perjanjian Lama; kesimpulannya ialah, pernyataan-pernyataan itu menekankan bahwa Alkitab "menyampaikan Firman Allah yang tegas."
+
Para penulis Perjanjian Lama berulang-ulang mengingatkan kita bahwa mereka sedang menyampaikan Firman Allah. Para nabi membuka pernyataan mereka dengan mengatakan "beginilah firman Tuhan," "firman Tuhan yang datang kepadaku," atau pernyataan lain yang serupa. Rene Pache menemukan 3.808 pernyataan seperti ini di Perjanjian Lama; kesimpulannya ialah, pernyataan-pernyataan itu menekankan bahwa Alkitab "menyampaikan Firman Allah yang tegas."<ref>Rene Pache, ''The Inspiration and Authority of Scripture'' (Chicago: Moody Press, 1969, hlm. 65)</ref>
 +
[[Berkas:Codex Sinaiticus Matthew 2,5-3,7.JPG|center|thumb|'''Codex Sinaiticus'''. pangeran Constantinus von Tischendorf menemukan manuskrip Yunani dari seluruh Alkitab ini di Biara St. Catherina di Gunung Sinai pada tahun 1859]]
Berikut ini ada beberapa ayat yang melukiskan hal ini, " ... Berfirmanlah Tuhan kepada Musa, 'Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini telah Kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel"' (Kel. 34:27). "Semuanya itu terdapat dalam tulisan yang diilhamkan kepadaku (Daud) oleh Tuhan (I Taw. 28:19). Datanglah firman ini dari Tuhan kepada Yeremia, bunyinya, 'Ambillah kitab gulungan dan tulislah di dalamnya segala perkataan yang telah Kufirmankan kepadamu (Yer. 36:1-2; bdg. ay. 21-32). Setiap penulis menjelaskan bahwa ia sedang mencatat apa yang dinyatakan oleh Allah kepadanya, dan mengungkapkannya dengan kata-kata yang sama yang diterimanya dari Allah.
Berikut ini ada beberapa ayat yang melukiskan hal ini, " ... Berfirmanlah Tuhan kepada Musa, 'Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini telah Kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel"' (Kel. 34:27). "Semuanya itu terdapat dalam tulisan yang diilhamkan kepadaku (Daud) oleh Tuhan (I Taw. 28:19). Datanglah firman ini dari Tuhan kepada Yeremia, bunyinya, 'Ambillah kitab gulungan dan tulislah di dalamnya segala perkataan yang telah Kufirmankan kepadamu (Yer. 36:1-2; bdg. ay. 21-32). Setiap penulis menjelaskan bahwa ia sedang mencatat apa yang dinyatakan oleh Allah kepadanya, dan mengungkapkannya dengan kata-kata yang sama yang diterimanya dari Allah.
Baris 46: Baris 47:
Perhatikanlah bahwa para katib Ibrani tidak mulai memakai bahasa Aram; mereka hanya meminjam tulisannya dan memakainya untuk mengungkap kata-kata Ibrani mereka sendiri. Mereka dapat melakukan hal ini karena baik Ibrani maupun Aram adalah bahasa Semit, dan tulisan mereka melambangkan alfabet yang sama, yang menandakan banyak dari bunyi-bunyi yang sama dalam kedua bahasa ini.
Perhatikanlah bahwa para katib Ibrani tidak mulai memakai bahasa Aram; mereka hanya meminjam tulisannya dan memakainya untuk mengungkap kata-kata Ibrani mereka sendiri. Mereka dapat melakukan hal ini karena baik Ibrani maupun Aram adalah bahasa Semit, dan tulisan mereka melambangkan alfabet yang sama, yang menandakan banyak dari bunyi-bunyi yang sama dalam kedua bahasa ini.
 +
 +
...
== II. Teks Perjanjian Baru==
== II. Teks Perjanjian Baru==
Baris 241: Baris 244:
Tentu saja, orang yang tidak menguasai bahasa Ibrani atau Yunani 'harus mengandalkan pendapat para sarjana Alkitab yang bernama baik mengenai kesahihan terjemahan itu. Ia akan mendapat petunjuk tentang integritas suatu terjemahan tertentu dengan cara membaca kata pengantarnya dan memperhatikan manuskrip Ibrani dan Yunani mana yang telah dipakai para penerjemah. Selain itu, ia akan bijaksana bila memperhatikan apa yang dikatakan dalam resensi para sarjana Alkitab yang dapat dipercayai.
Tentu saja, orang yang tidak menguasai bahasa Ibrani atau Yunani 'harus mengandalkan pendapat para sarjana Alkitab yang bernama baik mengenai kesahihan terjemahan itu. Ia akan mendapat petunjuk tentang integritas suatu terjemahan tertentu dengan cara membaca kata pengantarnya dan memperhatikan manuskrip Ibrani dan Yunani mana yang telah dipakai para penerjemah. Selain itu, ia akan bijaksana bila memperhatikan apa yang dikatakan dalam resensi para sarjana Alkitab yang dapat dipercayai.
 +
 +
== Catatan kaki ==
 +
<references />
{{DISPLAYTITLE:Teks dan Terjemahan Alkitab}}
{{DISPLAYTITLE:Teks dan Terjemahan Alkitab}}
{{Ensiklopedi Fakta Alkitab - Bible Almanac|footer}}
{{Ensiklopedi Fakta Alkitab - Bible Almanac|footer}}

Revisi terkini pada 15:09, 22 April 2014

Ensiklopedi Fakta Alkitab: Bible Almanac - 1
  • Teks dan Terjemahan Alkitab
Sejarah Alkitab di Indonesia
Sejarah Alkitab Daerah Indonesia
Sejarah Alkitab di Luar Indonesia
Biblika
Doktrin Alkitab
Pengantar dan Garis Besar Kitab
Studi Kata Alkitab



Betapa autentikkah Alkitab kita? Apakah kita benar-benar mempunyai Firman Allah? Ataukah penyimpangan-penyimpangan dari kebenaran Allah telah menyusup ke dalamnya?

Soal-soal ini menyangkut teks Alkitab yang telah disampaikan kepada kita dari penulis-penulis yang asli. Dalam uraian berikut mengenai teks Alkitab, kita akan berusaha untuk menilik bagaimana Allah mengilhami penulisan mula-mula dari Alkitab; bagaimana para juru tulis dari abad-abad yang silam telah memelihara kebenaran Allah ketika mereka menyalin manuskrip-manuskrip yang asli; dan patokan-patokan apakah yang dapat kita pakai untuk menguji apakah manuskrip-manuskrip kuno yang masih ada itu dapat dipercayai karena ada beberapa di antaranya yang tidak cocok. Kita juga akan meneliti berbagai terjemahan Alkitab karena tidak banyak di antara kita yang dapat membacanya dalam bahasa aslinya yaitu, bahasa Ibrani, Aram, dan Yunani. Dapatkah kita mempercayai terjemahan-terjemahan bahasa Inggris yang ada? Apakah terjemahan-terjemahan itu mengalihbahasakan teks Alkitab secara cermat? Patokan-patokan apakah yang dapat kita pakai untuk menilai berbagai terjemahan itu'?

Banyak generasi sebelum Perjanjian Baru ditulis, hamba-hamba Allah telah menulis kitab-kitab Perjanjian Lama. Kitab-kitab ini adalah kitab suci bangsa Yahudi; jadi kita telah menerimanya melalui saluran-saluran yang agak berbeda dari rute yang ditempuh oleh teks Perjanjian Lama. Teks Perjanjian Lama telah bertahan terhadap kekerasan waktu selama berabad-abad lebih lama daripada Perjanjian Baru. Para penulis Perjanjian Lama menulisnya dalam bahasa Ibrani dan Aram, sedangkan seluruh Perjanjian Baru telah ditulis dalam bahasa Yunani. Oleh karena perbedaan-perbedaan ini, kami akan menguraikan teks Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru itu secara terpisah.

I. Teks Perjanjian Lama

Yesus berkata mengenai Perjanjian Lama bahwa "satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi" (Mat. 5:18). Demikianlah Ia mengajar bahwa Allah telah mengilhami seluruh teks Perjanjian Lama, bahkan sampai kepada hal-hal yang terkecil.

Jemaat yang mula-mula menganggap pengilhaman Perjanjian Lama sebagai bagian yang pokok dan sangat penting dari ajarannya. Kitab-kitab Perjanjian Baru masih sedang ditulis selama abad yang pertama; jadi, ketika penulis-penulis Perjanjian Baru menyebutkan "Kitab Suci", pada umumnya mereka maksudkan kitab-kitab yang kita kenal sekarang sebagai Perjanjian Lama.[1] Petrus menulis bahwa "tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah" (II Ptr. 1:20-21). Paulus memberi tahu Timotius, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah..." (II Tim. 3:16a). Dan karena Allah mengilhami tulisan-tulisan ini, itu "bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (II Tim 3:16b).

Pernyataan-pernyataan ini membangkitkan rasa ingin tahu kita tentang cara kerja Allah dalam penulisan Perjanjian Lama. Kita perlu mengerti proses ini sebelum kita menyelidiki bagaimana teks itu disampaikan kepada kita. Maka kita harus memikirkan perkara pengilhaman ini sebelum kita maju lebih jauh.

A. Bagaimana Perjanjian Lama "Diilhami"

Secara tradisional, gereja telah mengajarkan pengilhaman penuh Alkitab. Dinyatakan dengan sederhana, inilah doktrin bahwa (1) Allah mengaruniakan dan menjamin segala sesuatu yang telah dikatakan para penulis Alkitab mengenai semua pokok yang mereka bicarakan, dan (2) melalui dorongan batin (tambah penyesuaian dan pengendalian ilahi) Ia menentukan caranya mereka harus mengungkapkan kebenaran-Nya. Dengan demikian, Alkitab ditulis tepat seperti yang direncanakan Tuhan, dan karena itu sesungguhnya adalah Firman Tuhan dan juga kesaksian manusia. Kedua ajaran ini berasal dari Alkitab sendiri.

Para penulis Perjanjian Lama berulang-ulang mengingatkan kita bahwa mereka sedang menyampaikan Firman Allah. Para nabi membuka pernyataan mereka dengan mengatakan "beginilah firman Tuhan," "firman Tuhan yang datang kepadaku," atau pernyataan lain yang serupa. Rene Pache menemukan 3.808 pernyataan seperti ini di Perjanjian Lama; kesimpulannya ialah, pernyataan-pernyataan itu menekankan bahwa Alkitab "menyampaikan Firman Allah yang tegas."[2]

Codex Sinaiticus. pangeran Constantinus von Tischendorf menemukan manuskrip Yunani dari seluruh Alkitab ini di Biara St. Catherina di Gunung Sinai pada tahun 1859

Berikut ini ada beberapa ayat yang melukiskan hal ini, " ... Berfirmanlah Tuhan kepada Musa, 'Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini telah Kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel"' (Kel. 34:27). "Semuanya itu terdapat dalam tulisan yang diilhamkan kepadaku (Daud) oleh Tuhan (I Taw. 28:19). Datanglah firman ini dari Tuhan kepada Yeremia, bunyinya, 'Ambillah kitab gulungan dan tulislah di dalamnya segala perkataan yang telah Kufirmankan kepadamu (Yer. 36:1-2; bdg. ay. 21-32). Setiap penulis menjelaskan bahwa ia sedang mencatat apa yang dinyatakan oleh Allah kepadanya, dan mengungkapkannya dengan kata-kata yang sama yang diterimanya dari Allah.

Akan tetapi, Tuhan tidak mendikte manuskrip Perjanjian Lama kepada penulis-penulis ini, seakan-akan mereka itu sekretaris-Nya. Ia menyatakan kebenaran-Nya kepada mereka dan menunjukkan kepada mereka bagaimana mereka harus menyampaikannya; tetapi dengan berbuat demikian Ia menuntun mereka untuk mengutarakan Firman-Nya sesuai dengan pandangan mereka sendiri, minatnya, kebiasaan-kebiasaan kesusasteraannya, dan sifat-sifat khas gaya bahasanya. Seperti yang dikatakan oleh Benjamin B. Warfield," ... Setiap kata dalam Alkitab, tanpa kecuali, adalah firman Allah; tetapi, di samping itu ... tiap kata adalah perkataan manusia." Ini sebabnya penulis Surat Ibrani mengatakan bahwa Allah "pada zaman dahulu ... berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi" (Ibr. 1:1). Daripada mengikat para penulis Perjanjian Lama untuk menghasilkan satu laporan tertulis dari pesan-Nya, semuanya dalam gaya bahasa yang sama, Allah berbicara "dalam pelbagai cara" menurut keadaan dan kemampuan setiap penulis. Karena itu terjadi keanekaragaman materi yang mengagumkan dari para nabi, penyair, sejarawan, orang bijaksana, dan orang yang melihat visiun yang melaluinya Allah berfirman.

Para penulis Perjanjian Lama memberi tahu cara-cara yang dipakai Tuhan untuk mengilhami beberapa tahap dari pekerjaan mereka. Adakalanya Ia menyatakan pesan-Nya kepada manusia melalui penglihatan-penglihatan yang terdiri atas pemandangan dan bunyi (misalnya, Yes. 6:1 dst.); kali lain Ia berfirman secara langsung melalui mereka (II Sam. 23:2). Kita tidak mengetahui dengan tepat bagaimana Ia mengilhami tiap bagian dari tiap kitab Perjanjian Lama dan sebenarnya hal itu tidak menjadi soal. Yang penting ialah bahwa kita mengetahui bahwa Alkitab adalah Firman-Nya, baik dalam isi maupun dalam strukturnya. Inilah yang kita maksudkan bila kita mengatakan bahwa Alkitab adalah hasil dari pengilhaman penuh.

Tentu saja, kita dapat mengatakan hal ini mengenai manuskrip-manuskrip yang asli saja, dan manuskrip-manuskrip itu tidak ada lagi pada kita. (Istilah teknis untuk naskah-naskah yang asli itu adalah autograf.) Bagaimanakah kita dapat yakin bahwa salinan-salinan manuskrip yang kita miliki itu masih merupakan Firman Allah?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus meneliti cara yang dipakai nenek moyang kita untuk menyalin manuskrip-manuskrip asli dari Perjanjian Lama dan meneruskan salinan-salinan itu kepada kita. Para sarjana menyebut proses ini textual transmission (transmisi naskah).

B. Bagaimana Kita Menerima Perjanjian Lama

Ketika para penulis Perjanjian Lama menyelesaikan gulungan-gulungan kitab mereka, belum ada alat-alat untuk mengopi atau mesin cetak untuk memperbanyak tulisan mereka bagi orang banyak. Mereka bergantung pada juru tulis atau katib - orang-orang yang dengan sabar menyalin nas Kitab Suci dengan tangan bila salinan-salinan tambahan diperlukan dan bila gulungan kitab yang asli menjadi terlalu usang untuk dipakai lagi. Para katib itu berusaha untuk membuat salinan yang akurat dari gulungan kitab yang asli dan katib sesudah mereka berusaha untuk membuat salinan yang akurat dari salinan itu. Meskipun demikian, mereka tidak selalu dapat menghindari kesalahan-kesalahan yang tak disengaja dalam beberapa hal ketika menyalin. Siapa pun yang pernah melakukan pekerjaan menyalin akan menaruh simpati!

Pada waktu Yesus lahir, kitab Perjanjian Lana yang terakhir (Maleakhi) telah disalin dan disalin kembali selama jangka waktu 400 tahun lebih: kitab-kitab yang ditulis Musa telah disalin dengan cara ini selama seribu empat ratus tahun. Namun selama waktu itu para katib telah menjaga teks Perjanjian Lama dengan baik sekali. Telah dihitung bahwa rata-rata mereka membuat kekeliruan satu dari setiap 1.580 huruf ketika menyalin; dan biasanya mereka membetulkan kesalahan-kesalahan ini ketika mereka membuat salinan baru.

Sebagaimana yang terjadi dengan bahasa-bahasa, maka lambat laun bahasa Ibrani mulai berubah selama berabad-abad sesudah para penulis Perjanjian Baru. Bahasa yang dipakai Musa akan kelihatan aneh sekali bagi orang Israel masa kini, sama seperti bahasa Chaucer atau bahkan Shakespeare sudah berbeda sekali dari bahasa kita sekarang ini. (Lihat. "Bahasa dan Tulisan.") Sepanjang perjalanan waktu, arti dari beberapa kata Ibrani dan beberapa aturan tata bahasa telah hilang. Oleh karena itu para penerjemah Alkitab merasa sangat sulit ketika mereka berusaha untuk membaca dan mengartikan beberapa bagian dari manuskrip-manuskrip Perjanjian Lama. Namun, luar biasa sekali betapa banyak yang dapat mereka mengerti secara keseluruhan. Charles Hodge, yang seabad lalu menjadi profesor teologi di Princeton Seminary, pernah berkata bahwa masalah-masalah terjemahan dan tafsiran yang masih ada tidak banyak mempengaruhi Alkitab sama seperti suatu lapisan tipis batu kapur tidak akan mengurangi keindahan Parthenon yang dibangun dari pualam. Dan pernyataan itu semakin benar dewasa ini.

Lama sebelum zaman nabi-nabi besar yang menulis kitab (abad ke-7 dan ke-8 sM), para katib telah berulang-ulang menyalin nas Kitab Suci. Akan tetapi, Yeremialah yang pertama kalinya menyebut para katib itu sebagai satu kelompok yang profesional, "Bagaimanakah kamu berani berkata, Kami bijaksana, dan kami mempunyai Taurat Tuhan? Sesungguhnya, pena palsu penyurat (sopherim) sudah membuatnya menjadi bohong" (Yer. 8:8). Kata sopherim secara harfiah berarti "para penghitung"; para katib yang mula-mula patut mendapat gelar ini karena mereka menghitung tiap huruf dari tiap kitab di Alkitab untuk memastikan bahwa mereka tidak menghilangkan apa pun. Agar mereka lebih pasti lagi, mereka mencocokkan huruf yang terdapat di tengah tiap kitab dan di tengah tiap bagian utama dari kitab itu. Mereka hati-hati sekali agar memelihara susunan kata yang asli dari teks itu, meskipun bahasa Ibrani yang sudah berubah membuatnya kedengaran kuno sekali.

Suatu perubahan penting dalam bahasa Ibrani terjadi sekitar tahun 500 sM, ketika para sopherim mulai memakai tulisan Aram yang bentuknya persegi, yang telah mereka pelajari selama masa Pembuangan di Babel. (Bahasa Aram telah diperkenalkan di Babel melalui surat-surat raja Persia.) Sejak masa Raja Daud para sopherim telah memakai tulisan Paleo-Ibrani (Ibrani awal) yang bentuknya bulat untuk menyalin manuskrip-manuskrip Perjanjian Lama, sebab mereka dapat menuliskannya atas perkamen, tidak seperti tulisan berbentuk baji dari orang Kanaan. Akan tetapi, pada tahun 500 sM, bahasa Alam telah menjadi bahasa yang umum di bidang perniagaan dan pendidikan di Timur Tengah, maka orang Ibrani memakai sistem tulisannya. Berbagai manuskrip papirus dari sebuah koloni Yahudi di Pulau Elefantin di Delta Sungai Nil) membuktikan bahwa tulisan miring yang lama tidak lagi dipakai pada tahun 250 sM. Naskah-naskah Laut Mati meliput periode peralihan ini; beberapa di antara naskah-naskah ini ditulis dalam tulisan Paleo-Ibrani yang bulat, tetapi kebanyakannya dalam tulisan Aram yang persegi.

Perhatikanlah bahwa para katib Ibrani tidak mulai memakai bahasa Aram; mereka hanya meminjam tulisannya dan memakainya untuk mengungkap kata-kata Ibrani mereka sendiri. Mereka dapat melakukan hal ini karena baik Ibrani maupun Aram adalah bahasa Semit, dan tulisan mereka melambangkan alfabet yang sama, yang menandakan banyak dari bunyi-bunyi yang sama dalam kedua bahasa ini.

...

II. Teks Perjanjian Baru

Para penulis Perjanjian Baru menyelesaikan pekerjaan mereka dalam waktu sekitar enam puluh tahun sesudah penyaliban Yesus. Karena ditulis pada suatu zaman ketika kesusastraan tumbuh dengan subur, dan dari mulanya terus-menerus disalin, maka teks Perjanjian Baru telah bertahan dengan baik selama berabad-abad. J.H. Greenlee menaksir bahwa pada keseluruhannya kita memiliki 15.000 manuskrip lengkap dan kutipan Perjanjian Baru dewasa ini.a href="#" class="resource_fn" id="tf_15">15

A. Pengilhaman Perjanjian Baru

Allah mendorong para penulis Perjanjian Baru agar dengan setia mencatat Firman-Nya sebagaimana yang dilakukan-Nya dengan para penulis Perjanjian Lama. Sering kali Rasul Paulus dan penulis kitab-kitab Injil menunjukkan bahwa mereka menyadari apa yang sedang dilakukan Roh Kudus melalui mereka. Kita akan mempelajari kembali beberapa dari teks-teks ini dengan singkat sebab daripadanya kita memperoleh pengertian yang berharga tentang cara Allah mengilhami Firman-Nya yang tertulis.

Lukas memulai Injilnya dengan mengatakan bahwa "banyak orang" telah berusaha untuk menulis sebuah kisah tentang kehidupan dan pelayanan Yesus, tetapi ia sendiri memutuskan untuk membukukannya setelah "menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama dari asal mulanya" (Luk. 1:3). Demikian pula, kita diyakinkan bahwa kita dapat mempercayai Injil Yohanes karena ia seorang saksi mata dari kejadian-kejadian yang dicatatnya (Yoh. 21:24). Allah memberikan kesempatan kepada para penulis Injil untuk menyaksikan dari dekat peristiwa-peristiwa dari pelayanan Yesus dan pengertian sempurna tentang peristiwa-peristiwa itu; hal ini secara khusus membuat mereka mampu untuk melakukan tugas penulisan mereka.

Sama halnya, ketika menulis kepada jemaat-jemaat mengenai soal-soal praktis yang berkaitan dengan moral dan etika (I Kor. 4:14; 5:9; II Kor. 9:1), Paulus mengetahui bahwa ia sedang mengungkapkan apa yang harus ditulisnya menurut pimpinan Roh Kudus. Ia berkata tentang pengarahannya yang terperinci mengenai pelaksanaan ibadah dalam gereja Korintus, "Jika seorang menganggap dirinya nabi atau orang yang mendapat karunia rohani, ia harus sadar bahwa apa yang kukatakan kepadamu adalah perintah Tuhan" (I Kor. 14:37). Ia seorang rasul yaitu orang yang diberi kemampuan oleh Tuhan untuk mengumumkan hikmat-Nya yang telah dinyatakan "dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh" (I Kor. 2:13). Oleh karena itu, apa yang ditetapkan oleh Paulus harus diterima sebagai perintah ilahi. Seperti yang dikatakan oleh Petrus, Paulus telah menulis "menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya" (II Ptr. 3:15).

Juga, Rasul Yohanes menerangkan bahwa ia tidak menulis kepada jemaat-jemaat untuk menyatakan perintah-perintah baru dari Allah (I Yoh. 2:7-8). Ia pun tidak menulis oleh sebab pembacanya tidak mengetahui kebenaran yang telah dinyatakan oleh Kristus (I Yoh. 2:21). Sebaliknya, ia menulis karena para pembacanya telah mengetahui kebenaran dan surat-suratnya akan mendorong mereka untuk mematuhi kebenaran itu (I Yoh. 1:4; 2:21b). Hal ini menunjukkan bahwa Roh Kudus mengilhami para penulis Perjanjian Baru untuk bekerja dalam keselarasan yang sempurna dengan kebenaran yang telah dinyatakan. Mereka tahu bahwa kebenaran yang sedang mereka ungkapkan dan jalankan itu berasal dari Kristus sendiri.

B. Bagaimana Kita Menerima Perjanjian Baru

Kita memiliki banyak penggalan naskah Perjanjian Baru yang ditulis pada abad ke-2 M. Beberapa di antaranya ditulis pada ostrakon (pecahan-pecahan tembikar yang dipakai oleh para penulis zaman dahulu sebagai sejenis kertas surat yang murah) dan talisman (anting-anting, gelang, dan benda-benda lain yang dipakai oleh orang Kristen yang mula-mula untuk menangkal roh-roh jahat). Akan tetapi, benda-benda ini hanya berisi cuplikan yang sangat singkat dari Perjanjian Baru, sehingga hanya memberikan informasi sedikit tentang naskah yang asli.

Yang lebih penting adalah manuskrip-manuskrip Perjanjian Baru yang ditulis atas papirus. Kebanyakan manuskrip ini yang ditulis pada sejenis kertas yang dibuat dari batang-batang papirus, yang diberi cat penutup yang pudar, bertarikh dari abad ke-3 dan ke-4 sesudah Kristus.

Penggalan paling tua yang diketahui dari sebuah manuskrip Perjanjian Baru atas papirus bertarikh sekitar tahun 125 atau 140 M. Umumnya penggalan ini disebut Fragmen Rylands karena disimpan di Perpustakaan John Rylands di Manchester, Inggris. Ukuran fragmen ini hanya 6 cm x 9 cm dan berisi sebagian dari Yoh. 18:32-33, 37-38. Para arkeolog memperoleh Fragmen Rylands ini dari reruntuhan sebuah kota Yunani di Mesir purba. Meskipun tarikhnya dari zaman dahulu, fragmen itu terlalu kecil untuk memberikan banyak informasi tentang teks Injil Yohanes pada abad ke-2.

Manuskrip papirus tertua berikutnya adalah salah satu manuskrip yang termasuk kelompok Papirus Chester Beatty karena sebagian besar kelompok ini dimiliki oleh Chester Beatty Museum di Dublin. Manuskrip ini terdiri atas 76 lembar papirus (46 di Dublin, 30 di Universitas Michigan). Tiap lembar berukuran kira-kira 16 1/2 cm x 28 cm dan berisi sekitar 25 baris tulisan. Para ahli tulisan tangan berpendapat bahwa manuskrip ini ditulis pada abad ke-2, dan berisi bagian terbesar dari surat-surat Paulus.

Satu manuskrip lain yang penting disebut Papirus Bodmer (atau Bodmer 11). Manuskrip ini yang juga ditulis sekitar 150-175 M berisi pasal 1-14 dari Injil Yohanes dan cuplikan-cuplikan dari tujuh pasal yang terakhir. Manuskrip ini disimpan dalam perpustakaan pribadi Martin Bodmer di Cologny, Swis.

Jose O'Callaghan dari Barcelona, seorang profesor di Lembaga Kepausan di Roma, berpendapat bahwa beberapa penggalan dari Goa 7 di Qumran berisi sebagian dari Injil Markus; kalau hal itu benar, maka penggalan-penggalan itu adalah temuan Perjanjian Baru yang tertua hingga kini. Itu berarti bahwa Injil Markus telah ditulis jauh lebih awal daripada yang menurut tradisi diduga oleh para ahli. Penggalan-penggalan itu bertarikh dari tahun 50 M., dan mungkin sekali merupakan salinan dari sebuah manuskrip yang ditulis bertahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, kebanyakan ahli Alkitab meragukan identifikasi O'Callaghan akan penggalan-penggalan itu.16

Salinan-salinan tertua dari Perjanjian Baru ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa spasi di antara kata-kata dan ditulis atas vellum (perkamen) atau papirus. Para ahli menyebut manuskrip-manuskrip ini yang ditulis atas perkamen uncial, dan hampir 275 buah telah ditemukan. Para katib menggunakan gaya tulisan uncial atas perkamen dan papirus sampai sekitar abad ke-9, ketika mereka mulai menyalin manuskrip-manuskrip dalam tulisan Yunani yang kursif dan kecil. Manuskrip-manuskrip yang kemudian ini disebut minuscule (L. agak kecil). Kita mempunyai lebih dari 2.700 manuskrip Perjanjian Baru yang ditulis dalam gaya minuscule.

Para sarjana menganggap Kodeks Vatikanus (atau "Vatikanus B") sebagai salah satu manuskrip uncial yang terpenting. Manuskrip ini yang ditulis tidak lama sesudah tahun 300 M., mula-mula memuat segenap teks Septuaginta dan seluruh Perjanjian Baru. Sebagian dari Surat Ibrani, Surat-surat Penggembalaan, dan Kitab Wahyu telah hilang. Beberapa bagian Perjanjian Lama dari manuskrip ini juga sudah hilang, tetapi apa yang masih ada merupakan sumber informasi yang berguna mengenai teks Perjanjian Lama. Manuskrip ini disimpan di Perpustakaan Vatikan.

Sebuah manuskrip uncial lain yang berharga disebut Kodeks Sinaitikus sebab Constantinus von Tischendorf (1815-1874) menemukannya di sebuah biara di kaki Gunung Sinai yang tradisional pada tahun 1859. Manuskrip ini yang ditulis tidak lama setelah Kodeks Vatikanus adalah manuskrip lengkap yang tertua dari Perjanjian Baru.

III. Terjemahan-Terjemahan Alkitab Dalam Bahasa Inggris

Banyak buku telah ditulis mengenai sejarah penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Inggris, tetapi di sini kita akan meninjau kembali terjemahan-terjemahan itu dengan amat singkat. Kita juga akan berusaha untuk menilai kegunaan tiap terjemahan itu.

A. Kitab Mazmur dan Beberapa Terjemahan Lama Lainnya

Uskup Aldhelm dari Sherborne (wafat tahun 709 M.) menerjemahkan Kitab Mazmur ke dalam bahasa Anglo-Sakson, satu bentuk kuno dari bahasa Inggris. Sudah dari dahulu sekali, para pujangga Inggris menuangkan Mazmur-mazmur dalam bentuk syair yang biasa sehingga mudah untuk mengingatnya. Dengan demikian Kitab Mazmur menjadi bagian Alkitab yang paling populer dalam bahasa Inggris. Para petani menyanyikannya di ladang dan orang tua mengajarkannya kepada anak mereka. Kita memiliki manuskrip-manuskrip kitab Mazmur dalam berbagai logat Anglo-Sakson yang ditulis sejak abad ke-10.

Seorang rahib pada abad ke-10, yang bernama Aldred, menulis sebuah terjemahan Inggris dari kitab-kitab Injil di antara baris-baris teks bahasa Latin yang sedang disalinnya. Manuskrip ini adalah bukti tertua dari sebuah terjemahan Perjanjian Baru dalam bahasa Inggris. Sekitar tahun 1000 M., Alfric dari Bath menghasilkan sebuah terjemahan Injil-Injil dalam bahasa Inggris.

John Wycliffe menerbitkan Alkitab pertama yang lengkap dalam bahasa Inggris pada tahun 1382. Wycliffe terutama menggunakan Vulgata Latin, dan terjemahannya kurang baik dalam beberapa hal. Akan tetapi, rakyat biasa di Inggris dengan senang hati menerima kitab itu, dan Wycliffe mengorganisir sekelompok pendeta yang terkenal sebagai kaum Lollard (karena mereka memakai "lollardy" atau bahasa yang umum) untuk mengadakan perjalanan ke seluruh negeri dan berkhotbah dari Alkitab terjemahannya. Gereja Katolik Roma yang resmi mengutuk karya Wycliffe dan membakar banyak dari salinan yang ditulis tangan itu. Meskipun demikian, kira-kira seratus lima puluh salinan dari Versi Wycliffe masih ada, tetapi hanya satu yang lengkap.

Seorang pria Inggris lain, William Tyndale, mulai mencetak terjemahan penting yang berikut dalam bahasa Inggris di Keulen, Jerman, pada tahun 1525. Oleh sebab Tyndale adalah teman akrab Martin Luther, maka para penguasa Roma berusaha untuk menghentikan usaha ini. Namun, Tyndale berhasil menyelesaikan kitab itu dan menyelundupkan kitab-kitab Perjanjian Baru yang dicetaknya itu ke Inggris. Pada tahun 1535, setelah ia menyelesaikan terjemahan kitab-kitab Pentateukh dan Yunus, petugas-petugas dari Inggris menangkap dia di Belgia, mencekik dia, dan membakar dia di kayu sula.

Juga, pada tahun 1535, seorang Inggris bernama Miles Coverdale menerbitkan sebuah terjemahan dari seluruh Alkitab dalam bahasa Inggris di kota Zurikh. Edisi ini didukung oleh Raja Henry VIII, oleh sebab Coverdale menerjemahkan banyak bagian dalam suatu cara yang mendukung doktrin Katolik Anglikan dan mengurangi penggunaan Vulgata Latin.

Lalu Coverdale mulai mengerjakan sebuah Alkitab Inggris lainnya yang akan menggabungkan hal-hal yang terbaik dari Tyndale dan penerjemah-penerjemah Inggris lainnya, juga pengertian-pengertian baru dari manuskrip Yunani dan Ibrani. Ia menyiapkan halaman-halaman sebesar 23 cm x 38 cm untuk Alkitab ini, sehingga dinamai "Alkitab Besar". Ia menyelesaikannya pada tahun 1539 dan pemerintah Inggris memerintah para pendeta memamerkan kitab itu secara menonjol dalam gereja-gereja di seluruh negeri. Hal ini menimbulkan perhatian terhadap Kitab Suci.

TIGA VERSI DIBANDINGKAN
Coverdale (1535) Geneva Bible (1560) King James Version (1611)
Ay. 14:1 Manusia yang lahir dari perempuan hanya singkat umurnya dan penuh macam-macam kesengsaraan. Manusia yang lahir dari perempuan itu umurnya pendek dan penuh kesukaran. Manusia yang lahir dari perempuan umurnya beberapa hari saja dan penuh kesukaran.
Mzm. 46:1 Dalam kesukaran dan kemalangan kita, kita mendapati bahwa Allah adalah perlindungan kita, kekuatan kita. Allah adalah harapan dan kekuatan dan pertolongan kita dalam kesukaran, siap sedia untuk ditemukan. Allah adalah perlindungan dan kekuatan kita, penolong yang selalu siap dalam kesukaran.

Diagram 19

Pada tahun 1553, Mary Tudor naik takhta Inggris dan menjalankan kebijakan Katolik 'yang ketat atas rakyat. Ia melarang penggunaan semua Alkitab dalam bahasa Inggris, demi versi-versi dalam bahasa Latin. Coverdale dan banyak penerjemah Alkitab lainnya melarikan diri ke kota Jenewa di Swis, di mana Yohanes Calvin telah mendirikan sebuah kubu Protestan. William Whittingham dari Jenewa mengorganisir beberapa ahli ini 'untuk mulai mengerjakan sebuah Alkitab baru dalam bahasa Inggris, yang mereka terbitkan pada tahun 1560. Inilah Alkitab pertama yang membagi isi Kitab Suci dalam ayat-ayat. Inilah pekerjaan Robert Estienne, seorang pencetak kitab-kitab Perjanjian Baru Yunani di Paris.. Para penjual buku menamakannya "Breeches Bible" (Alkitab Celana) karena caranya yang aneh untuk menerjemahkan Kej. 3:7, "Lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat celana."

Whittingham dan rekan-rekannya mempersembahkan terjemahan ini kepada Ratu Elizabeth I, yang telah naik takhta Inggris pada tahun 1558. Rakyat Inggris di mana-mana menggunakan Alkitab Jenewa ini selama dua generasi berikut.

B. King James Version

Pada tahun 1604, James VI dari Skotlandia menjadi Raja James I dari Inggris dan memulai suatu program pendamaian di antara golongan-golongan agama yang bermusuhan di Inggris Raya. Pada tahun yang sama ia memanggil rapat pemimpin-pemimpin gereja di Hampton Court. Dr. John Reynolds, juru bicara kaum Puritan, menyarankan untuk menerbitkan sebuah terjemahan baru Alkitab dalam bahasa Inggris untuk menghormati raja baru itu. Versi King James itu akan menjadi sebuah titik penting yang menentukan dalam sejarah terjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris.

Raja James menugaskan 54 sarjana untuk mengerjakan terjemahan baru ini. Untuk Perjanjian Lama, mereka mengandalkan edisi ben Hayyim dari teks ben Asher; untuk Perjanjian Baru, mereka mengandalkan teks Erasmus dalam bahasa Yunani dan sebuah teks Yunani - Latin dari abad ke-6, yang ditemukan oleh Theodore Beza. Para penerjemah mengikuti pembagian pasal yang dibuat oleh Uskup Besar Stephen Langton pada tahun 1551 dan pembagian ayat-ayat oleh Robert Estienne.

Karena Raja James telah mengesahkan proyek ini, maka Alkitab baru ini menjadi terkenal sebagai "Authorized Version." Edisi ini diterbitkan pertama kalinya pada tahun 1611 dan direvisi pada tahun 1615, 1629, 1638, dan 1762.

Secara khusus kita harus memperhatikan sebuah edisi KJV (King James Version) yang diterbitkan oleh Uskup William Lloyd pada tahun 1701. Alkitab inilah yang pertama-tama berisi catatan-catatan pinggiran yang menarikhkan peristiwa-peristiwa Alkitab dalam hubungannya dengan kelahiran Kristus (sM dan M). Edisi Lloyd juga berisi kronologi yang disusun oleh Uskup Besar James Ussher (15811656), yang menarikhkan Penciptaan pada tahun 4004 sM. Kronologi ini pertama kali dipakai dalam sebuah edisi Oxford KJV yang diterbitkan pada tahun 1679.19 Banyak edisi KJV berikutnya telah mencetak ulang kronologi ini.

Edisi tabun 1762 yang direvisi itulah yang sekarang dikenal oleh kebanyakan orang sebagai King James Version. Pengetahuan alkitabiah yang mutakhir mendorong untuk merevisi KJV dan terjemahan-terjemahan baru berdasarkan teks mayoritas yang telah disunting ulang.

C. Berbagai Revisi King James Version

Di antara banyak usaha untuk merevisi KJV, kita harus memperhatikan English Revised Version (ERV atau RV) dan American Standard Version (ASV). Kedua edisi ini berusaha untuk mempertahankan keagungan bahasa yang telah menandakan KJV, sementara menggunakan pengertian baru yang telah diperoleh dari penemuan-penemuan manuskrip yang belum lama berselang dan pengetahuan yang bertambah baik tentang perkataan dan tata bahasa Ibrani. Mereka juga berusaha untuk mengeluarkan kata-kata dan kebiasaan-kebiasaan kuno yang tidak dipakai lagi, yang masih tertinggal dari bahasa zaman Tudor dari King James Version.

1. English Revised Version

Uskup Harold Browne dan Uskup C. J. Ellicott - keduanya pemimpin-pemimpin gereja Anglican yang dihormati - mengetuai dua komisi yang berusaha untuk merevisi KJV pada tahun 1870-an; sebuah komisi Amerika bergabung dengan mereka pada tahun 1872. Kelompok-kelompok ini menghasilkan sebuah versi Perjanjian Baru yang direvisi pada tahun 1881, yang disambut dengan sangat gembira oleh masyarakat di Inggris Raya dan Amerika. Komisi-komisi ini menerbitkan versi revisi dari seluruh Alkitab pada tahun 1885. Pada waktu itu, Revised Version ini mempunyai reputasi berorientasi kepada ejaan dan kiasan-kiasan di Inggris, hingga ERV kehilangan dukungan masyarakat Amerika Serikat.

2. American Standard Version

Beberapa anggota dari komisi Amerika untuk ERV bersatu untuk menghasilkan revisi mereka sendiri dari Alkitab King James. Dengan diketuai oleh J. Henry Thayer, komisi baru ini menggantikan ungkapan-ungkapan Inggris dengan ungkapan Amerika serta kembali kepada terjemahan King James untuk banyak kata. Komisi ini juga menyamakan bacaan bagian-bagian yang paralel apabila teks Yunaninya serupa; KJV tidak selalu konsekuen dalam hal ini. Komisi ASV itu bertujuan agar bilamana mungkin membuat terjemahan kata lepas kata dari bahasa Yunani dan Ibrani. Hal ini membuat pembacaan ASV agak kaku. Alkitab ASV yang lengkap diterbitkan pada tahun 1901.

3. New King James Version

Pada tahun 1979, Penerbit Thomas Nelson menerbitkan edisi baru dari Perjanjian Baru KJV. Edisi ini didasarkan pada edisi tahun 1894 dari Textus Receptus. Meskipun edisi ini memelihara integritas teks itu, banyak ungkapan kuno ditiadakan hingga KJV yang lama itu sulit untuk dibaca.

Penerbit itu mengumpulkan 119 sarjana untuk mengerjakan terbitan baru ini. Dr. Arthur Farstad mengoordinasi pekerjaan di bagian Perjanjian Baru. "Kami memutuskan untuk mengikuti teori yang sama sehubungan dengan seleksi manuskrip seperti yang dipakai oleh para penerjemah edisi tahun 1611," kata Dr. Farstad.

Pada tahun 1982, Thomas Nelson menerbitkan Alkitab NKJV yang lengkap, yang dengan segera diterima di mana-mana.

D. Terjemahan-Terjemahan Baru

Di samping merevisi KJV, para sarjana mutakhir telah menghasilkan beberapa terjemahan Alkitab yang baru sama sekali.

1. Revised Standard Version

Pada tahun 1929, Dewan Pendidikan Agama Internasional (suatu perwakilan dari Dewan Gereja-Gereja seDunia) mulai mengerjakan sebuah revisi dari ASV. Setelah beberapa kali tertunda, komisi ini memutuskan untuk mengerjakan sebuah terjemahan yang baru sama sekali, dengan mendasarkan Perjanjian Baru pada teks-teks Yunani terbaru yang teliti. Akhirnya, komisi ini setuju menggunakan sebuah teks eklektis yang dalam banyak hal berbeda dari Westcott dan Hort. Bagian Perjanjian Baru dari Revised Standard Version ini diterbitkan pada tahun 1946 dan Perjanjian Lama pada tahun 1952.

Tanggapan terhadap RSV ini bermacam-macam. Banyak denominasi besar menyambutnya sebagai terjemahan yang lebih menarik untuk dibaca dan terjemahan yang lebih dapat dipercayai dari naskah-naskah kuno. Ini adalah salah satu terjemahan yang paling konsisten yang pernah dibuat dalam bahasa Inggris. Akan tetapi, terjemahan ini menimbulkan semburan kritik karena dua hal: (1) Susunan kata dari banyak ayat yang klasik telah diubah. (2) Bacaan-bacaan yang baru telah dipilih untuk sejumlah ayat dengan implikasi teologis yang luas.

2. New English Bible

Pada Oktober 1946, wakil-wakil dari gereja-gereja Protestan yang besar di Inggris Raya berkumpul di Westminster Abbey untuk memesan sebuah terjemahan batu yang akan lebih cocok bagi para pembaca di Inggris. Bagian Perjanjian Bata dari New English Bible ini dikeluarkan pada tahun 1961, tepat 350 tahun setelah penerbitan KJV. NEB yang lengkap dikeluarkan pada tahun 1970, dengan mencatat C. H. Dodd sebagai pemimpin proyek.

Donald Ebor, yang pada waktu itu adalah Uskup Agung York, dan Ketua Komisi Bersama untuk NEB, menyatakan bahwa para penerjemah NEB "bebas untuk menggunakan ungkapan yang kontemporer daripada mengulang bahasa Inggris 'alkitabiah' yang tradisional."20 Meskipun demikian, NEB mencerminkan banyak ciri khas Inggris sehingga menjadikannya kurang cocok di Amerika Serikat.

Para penerjemah NEB memakai Biblia Hebraica dari Kittel (dengan sejumlah perubahan spekulatif yang mungkin tidak perlu) dan sebuah teks Perjanjian Baru eklektis oleh R.V.G. Tasker, yang diterbitkan pada tahun 1964. Mereka menghasilkan terjemahan yang baru sama sekali, tanpa berusaha untuk meniru KJV atau versi-versi lain yang terbit sebelumnya.

E. Berbagai Revisi dan Parafrase yang Belum Lama Terbit

Kita tidak dapat membahas semua edisi Alkitab yang direvisi dan parafrase yang terbit pada tahun-tahun belakangan ini. Namun, kita harus memperhatikan bagaimana beberapa edisi yang baru-baru ini telah berusaha untuk mempertahankan teks alkitabiah.

1. New American Standard Bible

Dalam New American Standard Bible, para ahli injili telah berusaha untuk membaharui ASV dan menjadikannya jelas. Para penerjemah Perjanjian Baru NASB terutama memakai teks Nestle yang telah diperbaiki, berdasarkan Westcott dan Hort; tetapi mereka juga mengacu kepada beberapa manuskrip papirus dan penyelidikan-penyelidikan terbaru dari teks Perjanjian Baru. Pada umumnya, komisi Perjanjian Lama memakai teks Ibrani dari Kittel; mereka mencatat di pinggir halaman terjemahan-terjemahan alternatif dari berbagai manuskrip dan versi lain, khususnya dari Septuaginta.

Para penerjemah NASB mengambil kebijaksanaan untuk melakukan transliterasi (menulis dengan huruf Inggris) kebanyakan dari nama Ibrani dan Yunani. Mereka memakai huruf kapital untuk kata ganti diri yang mengacu kepada Tuhan dan memakai kata "Thou" dan "Thee" kapan saja seorang tokoh di Alkitab berbicara kepada Allah. Apabila sebuah terjemahan harfiah akan membingungkan pembaca, NASB memberi arti teks itu dan menempatkan bacaan yang harfiah di pinggir halaman. Rupanya catatan-catatan di pinggir halaman itu mengikuti teks Ibrani yang sangat dihormati dari Jewish Publication Society, yang dikenal oleh para sarjana sebagai JPS. NASB yang lengkap terbit pada tahun 1971 dan diterima dengan baik oleh pembaca Kristen dari latar belakang yang berbeda-beda.

2. New American Bible

Sebuah komisi yang terdiri dari sarjana-sarjana Katolik Roma yang terkemuka dikumpulkan pada tahun 1944 dan mereka bekerja selama bertahun-tahun untuk menghasilkan sebuah terjemahan baru. Pertama-tama mereka membuat teks Perjanjian Lama dan Baru mereka sendiri dan kemudian menerjemahkannya dalam bahasa Inggris. Teks yang dipilih untuk diterjemahkan agak berbeda sifatnya pada tiap bagian Alkitab. Akan tetapi, sebuah pedoman teks dan pengantar yang lengkap telah diterbitkan untuk memberi informasi kepada pembaca tentang keputusan-keputusan yang telah diambil. Seluruh NAB ' diterbitkan pada tahun 1970 dan sebuah konkordansi lengkap dari NAB terbit pada tahun 1978. Di beberapa tempat, NAB berisi bacaan-bacaan yang didasarkan pada tradisi interpretasi alkitabiah Katolik yang jauh berbeda dari tradisi Protestan. Namun versi ini mempunyai gaya penulisan yang bersemangat dan mencerminkan kesarjanaan yang berbobot.

3. New International Version

Versi ini berusaha untuk memberi anti teks Alkitab dengan lebih efektif daripada ASV atau versi-versi kontemporer lainnya. Versi ini dimulai pada tahun 1965 oleh sejumlah sarjana yang mewakili sekelompok denominasi injili. Kelompok ini bekerja selama satu dasawarsa di bawah pimpinan New York Bible Society. Terjemahannya mempunyai dua ciri pokok: (1) Ini merupakan suatu usaha oikumenis yang pertama-tama akan membuat sebuah teks kritis. Edisi terbaru dari Biblia Hebraica Kittel digunakan untuk Perjanjian Lama, tetapi perbedaan-perbedaan besar dalam Septuaginta dicatat. Teks Yunani dari Perjanjian Baru diangkat dari sejumlah sumber. (2) Sebuah prinsip penerjemahan yang dipopulerkan pada tahun 1960-an, yang dikenal sebagai dynamic equivalence (ekuivalensi dinamis), dipergunakan ketika menerjemahkan sejumlah perikop. Prinsip ini menghendaki dipakainya sebuah kata atau frase yang mempunyai dampak yang sama dengan kata atau frase yang asli pada pembaca yang mula-mula, daripada hanya menggunakan padanan gramatikal atau leksikal (yang dalam kebudayaan Inggris yang sudah berubah mungkin tidak akan mempunyai arti sama sekali).

Perjanjian Baru dari NIV diterbitkan pada tahun 1973 dan Perjanjian Lama pada tahun 1978. Gaya bahasa Inggris di NIV betul-betul kontemporer dan serupa dengan gaya bahasa di RSV. NIV mempunyai banyak segi yang berguna. Versi ini berusaha menyampaikan arti dari teks asli dalam bahasa Inggris masa kini. Secara keseluruhan, versi ini menyenangkan untuk dibaca dan mudah untuk dipahami pembaca yang biasa. NIV menempatkan tanda kutip pada kutipan langsung dan memberi tanda kurung besar pada kata-kata yang ditambah oleh para penerjemah untuk membantu pembaca.

4. Goodspeed's Paraphrase

Pada tahun 1923, Edgar J. Goodspeed (1871-1962) menerbitkan versi Perjanjian Barunya dalam bahasa Inggris, yang diberi judul An American Translation. Goodspeed berusaha untuk menerjemahkan teks Yunani dari Westcott dan Hort ke dalam "bahasa Inggris sehari-hari yang sederhana dan gamblang." Agar tidak membingungkan pembaca dengan struktur kalimat Yunani, ia harus memparafrasekan (menguraikan kembali dalam bentuk lain) sebagian besar dari teks tersebut. Versi ini sangat digemari di Amerika Serikat dan pada tahun 1931 digabung dengan terjemahan yang serupa dari Perjanjian Lama yang dikerjakan oleh J. M. Powis Smith dan lain-lain.

5. J. B. Phillips' Paraphrase

New Testament in Modern English oleh J. B. Phillips terbit pada tahun 1957, yang menyatukan serangkaian kitab-kitab Perjanjian Baru yang telah diparafrasekan. Phillips memulai pekerjaan ini pada tahun 1947 dengan bagian Letters to Young Churches. Phillips menerjemahkan teks itu dengan bebas sekali, dan sering kali menyimpang sama sekali dari manuskrip-manuskrip Yunani. Parafrasenya menarik perhatian amat banyak orang karena bahasanya yang hidup (dan kadang-kadang bersahaja). Tetapi para penyelidik Alkitab yang serius tidak menggunakannya sebagai versi dasar mereka karena terjemahan teks Perjanjian Barunya terlalu bebas.

6. Today's English Version (Good News Bible)

Terjemahan ini (Perjanjian Baru - 1966; Perjanjian Lama - 1976) disponsori oleh Lembaga Alkitab Amerika. Penulis utama TEV, Robert G. Bratcher (1920- ), menggunakan sebuah teks kritis baru dari Perjanjian Baru Yunani, yang disediakan oleh Lembaga Alkitab untuk usaha ini. Bratcher memandang pekerjaannya sebagai suatu terjemahan daripada sebagai suatu parafrase, tetapi ia menggunakan cara ekuivalensi dinamis lebih banyak daripada di terjemahan-terjemahan sebelumnya. Hal ini membuat REV tidak dapat digolongkan bersama-sama parafrase-parafrase yang lain. Dalam banyak hal TEV menyimpang sama sekali dari makna leksikal yang tepat dalam teks bahasa Ibrani dan Yunani.

7. Living Bible

Kenneth Taylor (1917- ), seorang editor pada sebuah penerbit di Chicago, mulai menulis versi ini, yang diakui sebagai sebuah parafrase, karena berusaha membuat Alkitab lebih dapat dimengerti oleh anak-anaknya. Rekan-rekannya menganggap karya ini sangat berguna dan Taylor mendirikan penerbitnya sendiri - Tyndale House - agar dapat menghasilkan sebuah parafrase dari seluruh Alkitab. Ia menerbitkan bagian Perjanjian Baru pada tahun 1956 dan Perjanjian Lama pada tahun 1972.

Bahasa dalam Living Bible sangat jelas dan sederhana. Beribu-ribu pembaca merasa bahwa mereka dapat mengerti LB dengan lebih mudah daripada KJV atau terjemahan-terjemahan yang lain. Namun, para sarjana Alkitab dan pemimpin agama telah mengritik LB karena banyak perikop telah diterjemahkannya dengan bebas.

IV. Patokan-Patokan untuk Penilaian

Orang Kristen masa kini mendapat dirinya dalam suatu situasi yang membingungkan dan menggairahkan sekaligus karena ada begitu banyak terjemahan dan parafrase yang tersedia dalam bahasa Inggris. John H. Skilton (1906) 107 terjemahan dalam bahasa Inggris yang telah terbit dari 1881 sampai 1973 (Lihat hlm. ). Lebih banyak lagi sedang dipersiapkan.

Bagaimanapun juga, sering kali pembaca-pembaca Kristen tidak yakin bagaimana membandingkan bermacam-macam terjemahan dan parafrase satu sama lain. Di sini kami akan menyarankan beberapa garis pedoman yang sederhana untuk menilai berbagai edisi dalam bahasa Inggris.

Pada umumnya, ada tiga hal yang harus diperiksa dalam suatu terjemahan Alkitab: (1) sikapnya terhadap teks yang asli, (2) caranya menerjemahkan teks itu, dan (3) apakah terjemahan itu menyampaikan pesan Alkitab dengan jelas kepada pembaca masa kini atau tidak.

Orang yang tidak berpengetahuan bahasa Yunani atau Ibrani dapat memberikan pendapat tentang hal yang terakhir saja - apakah terjemahan itu menyampaikan pesan Alkitab dengan jelas kepada mereka. Namun, mereka dapat mengetahui banyak tentang caranya tiap versi menangani pekerjaan penerjemahan itu dengan melihat apa yang dilakukannya dengan beberapa bagian penting. Misalnya, kita dapat mengetahui sedikit tentang pandangan teologis penerjemah dengan memeriksa ayat-ayat ini:

Keallahan Kristus - Yoh. 1:1; Rm. 9:5. Tit. 2:13

Pendamaian - Rm. 3:25; Ibr. 2:17; I Yoh. 2:2; 4:10

Pembenaran - Rm. 3:25: 5:1

Pertobatan - Mat. 3:2

Baptisan - Mat. 28:19

Hukuman Kekal - Mat. 25:46

Kepemimpinan Gereja - Kis. 14:23; 20:17, 28; Yak. 5:14

Pengilhaman Alkitab - 11 Tim. 3:16

Daftar periksa yang lebih saksama tentang ayat-ayat pen ting di Perjanjian Baru disediakan oleh teks-teks percobaan untuk Pengakuan Iman Westminster.21

Beberapa bagian yang paling sulit di Perjanjian Lama adalah Kejadian 1:1-10; 49; Ayub 9-11; dan Yehezkiel 1-10. Dengan membandingkan bagaimana berbagai terjemahan mengalihbahasakan bagian-bagian, pembaca dengan segera akan mengetahui corak teologi dari tiap terjemahan tersebut.

Tentu saja, orang yang tidak menguasai bahasa Ibrani atau Yunani 'harus mengandalkan pendapat para sarjana Alkitab yang bernama baik mengenai kesahihan terjemahan itu. Ia akan mendapat petunjuk tentang integritas suatu terjemahan tertentu dengan cara membaca kata pengantarnya dan memperhatikan manuskrip Ibrani dan Yunani mana yang telah dipakai para penerjemah. Selain itu, ia akan bijaksana bila memperhatikan apa yang dikatakan dalam resensi para sarjana Alkitab yang dapat dipercayai.

Catatan kaki

  1. Akan tetapi, perhatikanlah bahwa Paulus secara khusus mengacu kepada kitab-kitab Musa sebagai "perjanjian lama" (II Kor. 3:14-15). Perhatikan juga bahwa di I Tim 5:18 tampaknya ia mengutip Luk 10:7 sebagai "Kitab Suci"
  2. Rene Pache, The Inspiration and Authority of Scripture (Chicago: Moody Press, 1969, hlm. 65)


Bibliografi
Artikel ini diambil dari:
J.I. Packer, Merrill C. Tenney, William White, Jr., 1995. Ensiklopedi Fakta Alkitab: Bible Almanac - 1. Yayasan Penerbit Gandum Mas
kembali ke atas